Limbah Domestik Masih Jadi Masalah di Kota Bandung
loading...
A
A
A
BANDUNG - Limbah domestik atau air kotor rumah tangga dinilai masih menjadi persoalan di kota besar seperti Bandung. Pihaknya mendorong pengolahan limbah sebelum dialirkan ke badan air permukaan.
"Memang masalah limbah domestik ini tetap menjadi masalah di kota besar. Makanya kami dorong pengolahan limbah," kata Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana.
Baca juga: Jembatan Jembalas Swadaya Warga KKB Jadi Fenomena Bisnis Menggiurkan
Menurut dia, dengan adanya pengolahan limbah seperti Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat semakin mempercepat proses pencapaian 100 persen ODF (Open Defecation Free) di Kota Bandung.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat Sanimas Citarum Harum yang diinisiasi oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BBPW) Jawa Barat Kementerian PUPR, kemudian dibangun oleh KSM Sauyunan Pisan.
SPALD Terpusat merupakan sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan.SPALD Terpusat tersebut berlokasi di Wilayah RW 06, Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung.
Menurut Yana, dengan terbangunnya SPALD Terpusat di wilayah tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi role model bagi wilayah lain. "Mudah-mudahan air tanahnya juga kualitasnya menjadi baik, karena mengurangi limbah domestik warga. Harapannya karena ini dibangun oleh masyarakat, masyarakat juga bisa ikut menjada, memelihara IPALnya terus berfungsi baik," ucapnya.
Baca juga: Data Akhir Tahun, Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 di KBB Sisakan 2 Orang
Yana juga mengapresiasi pembangunan SPALD Terpusat yang di atasnya terdapat ruang publik, sehingga bisa dicontoh kewilayahan lain agar dibagian atas SPALD dapat dimanfaatkan.
"Kita lihat ini sudah lebih dari 1 bulan IPAL ini berfungsi, tidak bau, dan bisa dipakai ruang publik, disini digunakan untuk ruang bermain anak, kalau di tempat lain itu ada Balai RW, ada tempat-tempat fasilitas publik lainnya," katanya.
Sementara itu, Kepala BBPW Jawa Barat, Oscar R.H. Siagian mengaku, pihaknya ikut andil dalam pengendalian pencemaran DAS Citarum yang banyak penyebab pencemarannya, salah satunya limbah domestik.
"Memang masalah limbah domestik ini tetap menjadi masalah di kota besar. Makanya kami dorong pengolahan limbah," kata Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana.
Baca juga: Jembatan Jembalas Swadaya Warga KKB Jadi Fenomena Bisnis Menggiurkan
Menurut dia, dengan adanya pengolahan limbah seperti Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat semakin mempercepat proses pencapaian 100 persen ODF (Open Defecation Free) di Kota Bandung.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat Sanimas Citarum Harum yang diinisiasi oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BBPW) Jawa Barat Kementerian PUPR, kemudian dibangun oleh KSM Sauyunan Pisan.
SPALD Terpusat merupakan sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan.SPALD Terpusat tersebut berlokasi di Wilayah RW 06, Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung.
Menurut Yana, dengan terbangunnya SPALD Terpusat di wilayah tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi role model bagi wilayah lain. "Mudah-mudahan air tanahnya juga kualitasnya menjadi baik, karena mengurangi limbah domestik warga. Harapannya karena ini dibangun oleh masyarakat, masyarakat juga bisa ikut menjada, memelihara IPALnya terus berfungsi baik," ucapnya.
Baca juga: Data Akhir Tahun, Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 di KBB Sisakan 2 Orang
Yana juga mengapresiasi pembangunan SPALD Terpusat yang di atasnya terdapat ruang publik, sehingga bisa dicontoh kewilayahan lain agar dibagian atas SPALD dapat dimanfaatkan.
"Kita lihat ini sudah lebih dari 1 bulan IPAL ini berfungsi, tidak bau, dan bisa dipakai ruang publik, disini digunakan untuk ruang bermain anak, kalau di tempat lain itu ada Balai RW, ada tempat-tempat fasilitas publik lainnya," katanya.
Sementara itu, Kepala BBPW Jawa Barat, Oscar R.H. Siagian mengaku, pihaknya ikut andil dalam pengendalian pencemaran DAS Citarum yang banyak penyebab pencemarannya, salah satunya limbah domestik.