16 dari 24 DPC Sepakat Tolak LPj Ni'matullah di Musda Demokrat Sulsel
loading...
A
A
A
Alasan terakhir atau keempat, Nasyit menyebut Ulla dinilai gagal menjaga solidaritas internal partai terkait kasus KLB. Keterlibatan 5 DPC Demokrat Sulsel terdaftar dalam forum KLB di Sumut adalah fakta kegagalan komunikasi dalam kepemimpinan Ulla.
"Pembiaran 5 DPC Demokrat Sulsel terdaftar dalam forum KLB di Sumut dapat dinilai bahwa saudara Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel pada dasarnya tidak secara total menjaga eksistensi kepemimpinan AHY sebagai Ketum DPP Demokrat yang sah di saat dinamika proses KLB terjadi di Sumut," terangnya.
Lebih jauh, Nasyit mengungkapkan sama sekali tidak ada sentimen pribadi terkait keinginan pihaknya bersama belasan DPC lain untuk menolak LPj Ketua DPD Demokrat Sulsel . Semuanya demi perbaikan dan kebangkitan Demokrat Sulsel, apalagi menghadapi Pemilu 2024.
Ia pun optimistis suara dari 16 DPC sudah cukup mengantarkan jagoannya, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) untuk memimpin Demokrat Sulsel . Pihaknya condong merapat ke IAS karena memiliki arah yang jelas. Mantan Wali Kota Makassar itu siap maju pada Pilgub Sulsel 2024, artinya ada keinginan untuk membenahi partai lebih baik.
Nasyit juga percaya DPP akan mempertimbangkan suara mayoritas yang kini mendukung IAS. Bila ngotot memilih figur lain yang hanya didukung segelintir DPC, maka tentunya berpotensi menimbulkan masalah baru. Padahal, Demokrat harus solid dalam menghadapi Pemilu 2024.
"Hitungan kita sudah jelas, ada 16 DPC mendukung IAS. Lalu, ada 8 DPC belum jelas ditambah dua suara dari DPD dan DPP. Kalau pun digabung ada 10, yang lebih banyak 16 kan. Sangat berisiko kalau DPP malah memenangkan N'matullah, karena akan jadi preseden buruk. Yang punya massa kan DPC, makanya jangan khianati suara akar rumput," paparnya.
Hal senada disuarakan Ketua DPC Demokrat Toraja Utara, Hatsen Bangri. Ia mengakui pihaknya mempertimbangkan menolak LPj UIla bila masih ngotot memimpin Demokrat Sulsel. Toh, kepengurusan yang berjalan bisa dibilang gagal. Pihaknya ingin ada penyegaran dan percaya IAS merupakan figur tepat untuk mengembalikan kejayaan Demokrat di Sulsel.
Ia mencontohkan kepengurusannya di Toraja Utara tidak pernah dilantik oleh Ulla. Lalu, saat ada usungan Demokrat maju di Pilkada Toraja Utara 2020, perhatian DPD pun sangat minim. Kondisi itu pula yang membuat figur usungannya itu, yang belakangan terpilih menjadi bupati malah pindah ke Partai Golkar.
"Yang saya sangat disayangkan adalah Ulla dalam kurun lima tahun terakhir tidak pernah melantik kepengurusan ( Demokrat ) Toraja Utara. Perhatian ke usungan yang belakangan jadi bupati pun kurang, tidak ada satupun kalimat untuk Bupati Toraja Utara terpilih, hingga akhirnya pindah ke Golkar. Kami dibiarkan bagai ayam kehilangan induk," tuturnya.
"Pembiaran 5 DPC Demokrat Sulsel terdaftar dalam forum KLB di Sumut dapat dinilai bahwa saudara Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel pada dasarnya tidak secara total menjaga eksistensi kepemimpinan AHY sebagai Ketum DPP Demokrat yang sah di saat dinamika proses KLB terjadi di Sumut," terangnya.
Lebih jauh, Nasyit mengungkapkan sama sekali tidak ada sentimen pribadi terkait keinginan pihaknya bersama belasan DPC lain untuk menolak LPj Ketua DPD Demokrat Sulsel . Semuanya demi perbaikan dan kebangkitan Demokrat Sulsel, apalagi menghadapi Pemilu 2024.
Ia pun optimistis suara dari 16 DPC sudah cukup mengantarkan jagoannya, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) untuk memimpin Demokrat Sulsel . Pihaknya condong merapat ke IAS karena memiliki arah yang jelas. Mantan Wali Kota Makassar itu siap maju pada Pilgub Sulsel 2024, artinya ada keinginan untuk membenahi partai lebih baik.
Nasyit juga percaya DPP akan mempertimbangkan suara mayoritas yang kini mendukung IAS. Bila ngotot memilih figur lain yang hanya didukung segelintir DPC, maka tentunya berpotensi menimbulkan masalah baru. Padahal, Demokrat harus solid dalam menghadapi Pemilu 2024.
"Hitungan kita sudah jelas, ada 16 DPC mendukung IAS. Lalu, ada 8 DPC belum jelas ditambah dua suara dari DPD dan DPP. Kalau pun digabung ada 10, yang lebih banyak 16 kan. Sangat berisiko kalau DPP malah memenangkan N'matullah, karena akan jadi preseden buruk. Yang punya massa kan DPC, makanya jangan khianati suara akar rumput," paparnya.
Hal senada disuarakan Ketua DPC Demokrat Toraja Utara, Hatsen Bangri. Ia mengakui pihaknya mempertimbangkan menolak LPj UIla bila masih ngotot memimpin Demokrat Sulsel. Toh, kepengurusan yang berjalan bisa dibilang gagal. Pihaknya ingin ada penyegaran dan percaya IAS merupakan figur tepat untuk mengembalikan kejayaan Demokrat di Sulsel.
Ia mencontohkan kepengurusannya di Toraja Utara tidak pernah dilantik oleh Ulla. Lalu, saat ada usungan Demokrat maju di Pilkada Toraja Utara 2020, perhatian DPD pun sangat minim. Kondisi itu pula yang membuat figur usungannya itu, yang belakangan terpilih menjadi bupati malah pindah ke Partai Golkar.
"Yang saya sangat disayangkan adalah Ulla dalam kurun lima tahun terakhir tidak pernah melantik kepengurusan ( Demokrat ) Toraja Utara. Perhatian ke usungan yang belakangan jadi bupati pun kurang, tidak ada satupun kalimat untuk Bupati Toraja Utara terpilih, hingga akhirnya pindah ke Golkar. Kami dibiarkan bagai ayam kehilangan induk," tuturnya.