Selama Januari - Nopember 2021, Neraca Perdagangan Jawa Timur Defisit USD3,99 Miliar
loading...
A
A
A
SURABAYA - Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) selama Januari - Nopember 2021 mengalami defisit sebesar USD3,99 miliar. Hal ini akibat defisit pada sektor migas sebesar USD3,30 miliar. Sedangkan neraca perdagangan sektor nonmigas mengalami surplus sebesar USD0,48 juta.
“Kondisi ini membuat kedua sektor tersebut perlu peningkatan kinerja agar neraca perdagangan Jawa Timur secara kumulatif berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Jumat (17/12/2021).
Baca juga: Gunung Semeru Bergolak, Awan Panas dan Aliran Lahar Bisa Capai 17 Km dari Puncak
Selama Januari - Nopember 2021, komoditas terbesar ekspor terbesar adalah tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda dengan nilai USD1,62 miliar. Disusul minyak petroleum mentah USD1,38 miliar. Peringkat ketiga adalah komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan nilai ekspor sebesar USD955,48 juta.
Sedangkan komoditas impor terbesar adalah bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur senilai USD1,51 miliar. Disusul bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON 90 dan lebih tetapi di bawah RON 97 tidak dicampur senilai USD1,49 juta. Berikutnya adalah komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan nilai USD986,38 juta.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, selama Januari - Nopember 2021, ekspor nonmigas ke kawasan negara ASEAN sebesar USD3,43 miliar atau sebesar 17,74 persen dari total ekspor Jatim. Malaysia menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor USD1,42 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas ke Uni Eropa mencapai USD1,60 miliar. Ekspor ke Belanda merupakan yang terbesar ke Uni Eropa yakni senilai USD496,54 juta.
Sementara itu untuk impor nonmigas, selama Januari - Nopember 2021, dari kelompok negara ASEAN sebesar USD2,51 miliar. Utamanya dari Thailand dengan nilai sebesar USD848,59 juta. Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD1,25 miliar. Utamanya berasal dari Jerman sebesar USD375,07 juta. Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim periode Januari - Nopember 2021, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD5,65 miliar. Disusul dari Amerika Serikat sebesar USD1,31 miliar dan dari Hongkong sebesar USD918,93 juta
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
“Kondisi ini membuat kedua sektor tersebut perlu peningkatan kinerja agar neraca perdagangan Jawa Timur secara kumulatif berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Jumat (17/12/2021).
Baca juga: Gunung Semeru Bergolak, Awan Panas dan Aliran Lahar Bisa Capai 17 Km dari Puncak
Selama Januari - Nopember 2021, komoditas terbesar ekspor terbesar adalah tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda dengan nilai USD1,62 miliar. Disusul minyak petroleum mentah USD1,38 miliar. Peringkat ketiga adalah komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya dengan nilai ekspor sebesar USD955,48 juta.
Sedangkan komoditas impor terbesar adalah bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur senilai USD1,51 miliar. Disusul bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON 90 dan lebih tetapi di bawah RON 97 tidak dicampur senilai USD1,49 juta. Berikutnya adalah komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan nilai USD986,38 juta.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, selama Januari - Nopember 2021, ekspor nonmigas ke kawasan negara ASEAN sebesar USD3,43 miliar atau sebesar 17,74 persen dari total ekspor Jatim. Malaysia menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor USD1,42 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas ke Uni Eropa mencapai USD1,60 miliar. Ekspor ke Belanda merupakan yang terbesar ke Uni Eropa yakni senilai USD496,54 juta.
Sementara itu untuk impor nonmigas, selama Januari - Nopember 2021, dari kelompok negara ASEAN sebesar USD2,51 miliar. Utamanya dari Thailand dengan nilai sebesar USD848,59 juta. Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD1,25 miliar. Utamanya berasal dari Jerman sebesar USD375,07 juta. Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim periode Januari - Nopember 2021, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD5,65 miliar. Disusul dari Amerika Serikat sebesar USD1,31 miliar dan dari Hongkong sebesar USD918,93 juta
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
(msd)