Elektrifikasi PLN, Mendulang Emas di Kebun Naga
loading...
A
A
A
Itulah beberapa menu olahan buah naga buatan juru masak Resto Kebun Naga Poernama. Buah dihasilkan sendiri, hasil budidaya menggunakan metode penyinaran. Metode khusus memanfaatkan lampu LED agar pohon naga berbuah lebih cepat.
"Buah naga di sini hasil memetik langsung dari pohon yang kami budidayakan sendiri. Kami olah menjadi berbagai menu makanan spesial seperti nasi goreng, minuman segar, dan aneka cemilan seperti keripik," kata Manajer Kebun Naga Poernama Milani Biru Apyenta.
Menu lainnya yang terbuat dari buah naga diantaranya minuman si drego koktail dan si drego jus. Dua minuman ini menjadi favorit dan paling banyak diburu konsumen. Tak hanya warga sekitar Garut, banyak wisatawan asal Bandung, Jakarta, dan berbagai daerah di Indonesia datang jauh-jauh untuk menikmati olahan makanan buah naga.
Destinasi wisata ini semakin menarik pada malam hari, di mana lebih dari 1.000 buah lampu LED menyala dengan terangnya di antara pohon buah naga. Bak lautan cahaya, itulah proses penyinaran agar pohon naga berbuah lebih cepat.
Dari kejauhan, bukit pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu begitu indah dipandang mata. Sementara pengunjung yang datang ke lokasi, akan mendapati tempat swafoto menarik, antara merahnya buah naga dan ribuan lampu LED yang menyala dengan cerahnya.
"Selama ini kami mendapat suplai listrik dari PLN. Sehingga proses penyinaran tak ada kendala," ujar perempuan berkacamata bulat itu.
Produksi Melimpah
Menurut Milani, metode penyinaran pada pohon naga membuat produksi panen meningkat. Dalam satu bulan, setidaknya bisa panen buah naga hingga 3 ton. Padahal, jika menggunakan cara tradisional, masa panen biasanya hanya satu tahun sekali dengan hasil sekitar 1 ton untuk lahan 3,5 hektare.
"Ini berkat sistem penyinaran tanaman yang kami gunakan dalam budidaya buah naga. Mulai pukul 18.00, pohon naga kami sinari menggunakan lampu LED selama 12 jam selama 20 hari berturut-turut," jelas dia.
"Buah naga di sini hasil memetik langsung dari pohon yang kami budidayakan sendiri. Kami olah menjadi berbagai menu makanan spesial seperti nasi goreng, minuman segar, dan aneka cemilan seperti keripik," kata Manajer Kebun Naga Poernama Milani Biru Apyenta.
Menu lainnya yang terbuat dari buah naga diantaranya minuman si drego koktail dan si drego jus. Dua minuman ini menjadi favorit dan paling banyak diburu konsumen. Tak hanya warga sekitar Garut, banyak wisatawan asal Bandung, Jakarta, dan berbagai daerah di Indonesia datang jauh-jauh untuk menikmati olahan makanan buah naga.
Destinasi wisata ini semakin menarik pada malam hari, di mana lebih dari 1.000 buah lampu LED menyala dengan terangnya di antara pohon buah naga. Bak lautan cahaya, itulah proses penyinaran agar pohon naga berbuah lebih cepat.
Dari kejauhan, bukit pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu begitu indah dipandang mata. Sementara pengunjung yang datang ke lokasi, akan mendapati tempat swafoto menarik, antara merahnya buah naga dan ribuan lampu LED yang menyala dengan cerahnya.
"Selama ini kami mendapat suplai listrik dari PLN. Sehingga proses penyinaran tak ada kendala," ujar perempuan berkacamata bulat itu.
Produksi Melimpah
Menurut Milani, metode penyinaran pada pohon naga membuat produksi panen meningkat. Dalam satu bulan, setidaknya bisa panen buah naga hingga 3 ton. Padahal, jika menggunakan cara tradisional, masa panen biasanya hanya satu tahun sekali dengan hasil sekitar 1 ton untuk lahan 3,5 hektare.
"Ini berkat sistem penyinaran tanaman yang kami gunakan dalam budidaya buah naga. Mulai pukul 18.00, pohon naga kami sinari menggunakan lampu LED selama 12 jam selama 20 hari berturut-turut," jelas dia.