Episode Baru Coklat Kita NJP Ethnotic, Angkat Musik Kontemporer dan Etnik
loading...
A
A
A
BANDUNG - Cokelat Kita Napak Jagat Pasundan (NJP) kembali hadir mengangkat tema baru yang lebih fresh, memadukan tontonan musik kontemporer dan etnik. Mengusung tema "Ethnotic", NJP akan tayang secara virtual sebanyak 13 episode, menggandeng komunitas seni dan narasumber ternama.
Cokelat Kita NJP Ethnotic adalah babak baru, setelah sebelumnya NJP Miang Tandang sukses digelar sebanyak 20 episode. Rencananya, Coklat Kita NJP Ethnotic akan hadir mulai Desember 2021 hingga Februari 2022. Suguhan budaya ini akan tayang setiap Rabu pukul 20.00 WIB di YouTube Channel Napak Jagat Pasundan Official.
Menurut perwakilan EO dari Enam CC Agus Pryoga, jika sebelumnya NJP mengangkat tema obrolan tentang kasundaan, seperti tema sastra jendra hingga millenial sunda, kali ini akan mengangkat tentang musik kontemporer atau musik etnik yang digarap dengan kekinian.
Untuk tema ini, NJP mengusung komunitas Ethnic Creative Base (ECB). Sebuah komunitas musik yang bergerak di jalur kontemporer. Di luar negeri, komunitas ini sudah banyak dikenal atas karya-karya yang diusungnya. Menariknya dari ECB adalah mengangkat sisi seni yang jarang ditemukan.
"Kali ini kami ingin memberikan ruang bagi komunitas seni kontemporer untuk bisa mengapresiasikan dan menampilkan karya mereka di panggung NJP. Ada beberapa seniman yang dulu pernah booming kami angkat lagi di NJP ini," kata Yoga saat menggelar press conference di Studio Minuz, Bojong Koneng Atas, Bandung, Rabu (24/11/2021).
15 grup dari ECB yang akan tampil diantaranya Lingga Angling, Setiawan Ethnic, Mangasira, Wipper Production, Adit n Friends, Kyai Fatahillah, kunstmachi, Ramida, Jaya Swara, Java Ethnic, Pandita Mukti, Ethnoptogresive, Discoethnic, Sambasunda, dan Idea Percussion.
"Nanti ada Ismet Sambasunda, Tohpati, dan lainnya. Mereka pelopor musik kontemporer dan pernah booming di zamannya. Dengan kehadiran mereka, diharapkan generasi saat ini mengenal musik sunda," kata dia.
Tak hanya itu, juga akan hadir dari sanggar atau paguron yang melibatkan satu sanggar dari 10 kota atau kabupaten di Jawa Barat. Sedangkan narasumber akademisi dan praktisi akan hadir seperti Ismet Ruchinat (Ismet Samba Sunda), Lili Suparli, Ade Rudiana, Iwan Gunawan, Suhendi Adriyanto, Asep Nata, Tohpati, Boyke Snooker, dan lainnya.
Seperti Miang Tandang, NJP kali ini juga akan menghadirkan narasumber dan bintang tamu seperti Budi Dalton, Ira Indrawardana, Lili Supali, Sule, Doet Sumbang, Ronal Surapradja, Dadan Sunandar, Manshur Angklung, dan Asep Balon.
Tak kalah seru, sketsa NJP masih tetap menampilkan para seniman dan komedian Sunda seperti Ceu Popon, Aman-Amin (Kiansantang), Aep Bancet (Preman Pensiun), dan tokoh Cepot (wayang golek) yang dimainkan anak maestro dalang Asep Sunandar Sunarya, yaltu Bhatara Sena Sunandar dan Yogaswara Sunandar.
Menurut Perkenalan Cokelat Kita Andri Yulandri, Coklat Kita NJP Ethnotic tak hanya mengangkat karya-karya dari komunitas ECB dan bintang tamu, tetapi juga hadir memberikan edukasi dengan "ngaguar" tentang filosofi yang ada dalam alat musik tradisional Sunda. Diantaranya kecapi, tarawangsa, gamelan.
"Semangat yang diusung adalah kreativitas dari masing masing sanggar dan seniman. Kejutannya dari musikalitas yang dibawakan, yaitu karya baru berbazis tradisi. Misalnya ada genre kliningan, namun pakai komposer modern," jelas Andri.
Nantinya, kata dia, akan ada kolaborasi antara musik yang dibawakan oleh ECB dan sanggar dalam bentuk gerak ratu atau pencak silat. Tak hanya itu, juga akan membawakan lagu Sunda buhun yang diaransemen dengan unsur ethnic modern.
NJP, kata dia, berusaha memberikan warna yang berbeda dari tayangan sebelumnya dengan visual tayangan yang lebih menarik dan kekinian, sehingga diharapkan bisa menjadi tontonan dan tuntunan serta inspirasi bagi generasi muda dalam berkarya, terutama yang berkecimpung di ranah musik kontenporer.
"Tema ini saya yakin akan cukup sukses karena ini mengangkat komunitas dan genre baru yang belum tersentuh. Sehingga bisa memberi tontotan baru. Apalagi, SCB misalnya, selama ini mereka sangat diapresiasi di luar negeri, kenapa enggak di dalam negeri diangkat," ujarnya.
NJP, kata dia, hadir dengan program long trem, tak hanya by program saja. NJP hadir selama budaya masih ada, dengan mengangkat budaya sunda di Jawa Barat. "Kalau bukan kita yang notabene warga Jawa Barat yang menjaga dan melestarikan budaya kita lalu siapa lagi," imbuh dia.
Sementara itu, Perwakilan ECB Erlan Suwardana mengatakan, ECB lahir sekitar tahun 2017, di mana saat itu banyak seniman punya kemampuan musik tapi tidak mampu show up. Sehingga ECB dibuat untuk mengakomodir. Setidaknya ada 40 kolompok yang gabung di komunitas ini.
"Saya bersyukur kali ini bisa mengangkat potensi lokal sunda di NJP. Semoga bisa menjadi awalan yang baik bagi seni kita. Bahwa sunda tidak ketinggalan. Banyak potensi yang harus diangkat, dari semua sisi, baik sejarah, karya, dan lainnya yang sangat luar biasa," kata dia.
Diakuinya, tampil online atau dnegan sistem tapping video membawa kesan tersendiri. Selain karena tidak ada penonton langsung, para seniman juga harus terbiasa dengan skema rekaman. "Memang kalau online emosi musik menurun karena tidak ada interaksi dnegan penonton. Tapi kami bersyukur, ada beberapa yang pernah online. Dengan tampil NJP, ini pengalaman baru karena didukung ecuipment yang memadai," imbuh dia.
Cokelat Kita NJP Ethnotic adalah babak baru, setelah sebelumnya NJP Miang Tandang sukses digelar sebanyak 20 episode. Rencananya, Coklat Kita NJP Ethnotic akan hadir mulai Desember 2021 hingga Februari 2022. Suguhan budaya ini akan tayang setiap Rabu pukul 20.00 WIB di YouTube Channel Napak Jagat Pasundan Official.
Menurut perwakilan EO dari Enam CC Agus Pryoga, jika sebelumnya NJP mengangkat tema obrolan tentang kasundaan, seperti tema sastra jendra hingga millenial sunda, kali ini akan mengangkat tentang musik kontemporer atau musik etnik yang digarap dengan kekinian.
Untuk tema ini, NJP mengusung komunitas Ethnic Creative Base (ECB). Sebuah komunitas musik yang bergerak di jalur kontemporer. Di luar negeri, komunitas ini sudah banyak dikenal atas karya-karya yang diusungnya. Menariknya dari ECB adalah mengangkat sisi seni yang jarang ditemukan.
"Kali ini kami ingin memberikan ruang bagi komunitas seni kontemporer untuk bisa mengapresiasikan dan menampilkan karya mereka di panggung NJP. Ada beberapa seniman yang dulu pernah booming kami angkat lagi di NJP ini," kata Yoga saat menggelar press conference di Studio Minuz, Bojong Koneng Atas, Bandung, Rabu (24/11/2021).
15 grup dari ECB yang akan tampil diantaranya Lingga Angling, Setiawan Ethnic, Mangasira, Wipper Production, Adit n Friends, Kyai Fatahillah, kunstmachi, Ramida, Jaya Swara, Java Ethnic, Pandita Mukti, Ethnoptogresive, Discoethnic, Sambasunda, dan Idea Percussion.
"Nanti ada Ismet Sambasunda, Tohpati, dan lainnya. Mereka pelopor musik kontemporer dan pernah booming di zamannya. Dengan kehadiran mereka, diharapkan generasi saat ini mengenal musik sunda," kata dia.
Tak hanya itu, juga akan hadir dari sanggar atau paguron yang melibatkan satu sanggar dari 10 kota atau kabupaten di Jawa Barat. Sedangkan narasumber akademisi dan praktisi akan hadir seperti Ismet Ruchinat (Ismet Samba Sunda), Lili Suparli, Ade Rudiana, Iwan Gunawan, Suhendi Adriyanto, Asep Nata, Tohpati, Boyke Snooker, dan lainnya.
Seperti Miang Tandang, NJP kali ini juga akan menghadirkan narasumber dan bintang tamu seperti Budi Dalton, Ira Indrawardana, Lili Supali, Sule, Doet Sumbang, Ronal Surapradja, Dadan Sunandar, Manshur Angklung, dan Asep Balon.
Tak kalah seru, sketsa NJP masih tetap menampilkan para seniman dan komedian Sunda seperti Ceu Popon, Aman-Amin (Kiansantang), Aep Bancet (Preman Pensiun), dan tokoh Cepot (wayang golek) yang dimainkan anak maestro dalang Asep Sunandar Sunarya, yaltu Bhatara Sena Sunandar dan Yogaswara Sunandar.
Menurut Perkenalan Cokelat Kita Andri Yulandri, Coklat Kita NJP Ethnotic tak hanya mengangkat karya-karya dari komunitas ECB dan bintang tamu, tetapi juga hadir memberikan edukasi dengan "ngaguar" tentang filosofi yang ada dalam alat musik tradisional Sunda. Diantaranya kecapi, tarawangsa, gamelan.
"Semangat yang diusung adalah kreativitas dari masing masing sanggar dan seniman. Kejutannya dari musikalitas yang dibawakan, yaitu karya baru berbazis tradisi. Misalnya ada genre kliningan, namun pakai komposer modern," jelas Andri.
Nantinya, kata dia, akan ada kolaborasi antara musik yang dibawakan oleh ECB dan sanggar dalam bentuk gerak ratu atau pencak silat. Tak hanya itu, juga akan membawakan lagu Sunda buhun yang diaransemen dengan unsur ethnic modern.
NJP, kata dia, berusaha memberikan warna yang berbeda dari tayangan sebelumnya dengan visual tayangan yang lebih menarik dan kekinian, sehingga diharapkan bisa menjadi tontonan dan tuntunan serta inspirasi bagi generasi muda dalam berkarya, terutama yang berkecimpung di ranah musik kontenporer.
"Tema ini saya yakin akan cukup sukses karena ini mengangkat komunitas dan genre baru yang belum tersentuh. Sehingga bisa memberi tontotan baru. Apalagi, SCB misalnya, selama ini mereka sangat diapresiasi di luar negeri, kenapa enggak di dalam negeri diangkat," ujarnya.
NJP, kata dia, hadir dengan program long trem, tak hanya by program saja. NJP hadir selama budaya masih ada, dengan mengangkat budaya sunda di Jawa Barat. "Kalau bukan kita yang notabene warga Jawa Barat yang menjaga dan melestarikan budaya kita lalu siapa lagi," imbuh dia.
Sementara itu, Perwakilan ECB Erlan Suwardana mengatakan, ECB lahir sekitar tahun 2017, di mana saat itu banyak seniman punya kemampuan musik tapi tidak mampu show up. Sehingga ECB dibuat untuk mengakomodir. Setidaknya ada 40 kolompok yang gabung di komunitas ini.
"Saya bersyukur kali ini bisa mengangkat potensi lokal sunda di NJP. Semoga bisa menjadi awalan yang baik bagi seni kita. Bahwa sunda tidak ketinggalan. Banyak potensi yang harus diangkat, dari semua sisi, baik sejarah, karya, dan lainnya yang sangat luar biasa," kata dia.
Diakuinya, tampil online atau dnegan sistem tapping video membawa kesan tersendiri. Selain karena tidak ada penonton langsung, para seniman juga harus terbiasa dengan skema rekaman. "Memang kalau online emosi musik menurun karena tidak ada interaksi dnegan penonton. Tapi kami bersyukur, ada beberapa yang pernah online. Dengan tampil NJP, ini pengalaman baru karena didukung ecuipment yang memadai," imbuh dia.
(atk)