Tim Dosen UWP Sulap Sampah Pasar Jadi Bahan Bakar Minyak dan Kompos
loading...
A
A
A
Dengan adanya alat tersebut, pasar Desa Kunjang mampu mengelola sampah secara mandiri yang awalnya tidak bermanfaat sekarang bisa dijadikan pupuk kompos padat dan cair yang bernilai ekonomis serta mengurangi sampah non organik seperti sampah jenis plastik menjadi bahan bakar cair setara minyak tanah dan bensin.
"Kami meminta warga dan petugas pasar memilah sampah organik yang terdiri dari sampah sayur dan buah dari para pedagang sebagai bahan pembuatan kompos. Sebelum dijadikan kompos, sampah dicacah dengan mesin pencacah. Sampah yang telah dicacah tersebut dicampur dengan bakteri strater (EM4) yang telah dicampur dengan molase dan air dengan perbandingan 1:1:50 (Em4:molase:air)," papar dia.
Penggunaan EM4 ini lanjut Astria, bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan. Selanjutnya sampah dimasukkan ke dalam tong komposter. Komposter dirancang dengan dua tipe yaitu komposter aerob dan komposter anaerob. Hasil dari komposter ini berupa pupuk organik padat (POP ) dan pupuk organik cair (POC).
Sedangkan pada pengolahan sampah non organik jenis plastik, lanjut Astria, pihaknya merancang alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dengan metode thermolysis yaitu reaktor pirolisis. Sampah plastik dimasukkan dalam sebuah tabung kedap udara kemudian dipanaskan. Hasil pemanasan berupa asap atau gas ini kemudian dialirkan ke kondensor untuk merubah fase gas menjadi fase cair.
"Cairan ini dikumpulkan, dan digunakan sebagai bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin pencacah dan membakar ulang sampah plastik pada tungku reaktor," ujarnya.
Dengan kegiatan ini, UWP berharap agar sistem pengolalaan sampah Desa Kunjang dapat menjadi percontohan desa lain di area Kabupaten Kediri dalam mengelola sampah secara mandiri dan memberikan tambahan pemasukan desa serta membantu pertanian desa dari hasil pengolahan sampah pasar.
"Kami meminta warga dan petugas pasar memilah sampah organik yang terdiri dari sampah sayur dan buah dari para pedagang sebagai bahan pembuatan kompos. Sebelum dijadikan kompos, sampah dicacah dengan mesin pencacah. Sampah yang telah dicacah tersebut dicampur dengan bakteri strater (EM4) yang telah dicampur dengan molase dan air dengan perbandingan 1:1:50 (Em4:molase:air)," papar dia.
Penggunaan EM4 ini lanjut Astria, bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan. Selanjutnya sampah dimasukkan ke dalam tong komposter. Komposter dirancang dengan dua tipe yaitu komposter aerob dan komposter anaerob. Hasil dari komposter ini berupa pupuk organik padat (POP ) dan pupuk organik cair (POC).
Sedangkan pada pengolahan sampah non organik jenis plastik, lanjut Astria, pihaknya merancang alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dengan metode thermolysis yaitu reaktor pirolisis. Sampah plastik dimasukkan dalam sebuah tabung kedap udara kemudian dipanaskan. Hasil pemanasan berupa asap atau gas ini kemudian dialirkan ke kondensor untuk merubah fase gas menjadi fase cair.
"Cairan ini dikumpulkan, dan digunakan sebagai bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin pencacah dan membakar ulang sampah plastik pada tungku reaktor," ujarnya.
Dengan kegiatan ini, UWP berharap agar sistem pengolalaan sampah Desa Kunjang dapat menjadi percontohan desa lain di area Kabupaten Kediri dalam mengelola sampah secara mandiri dan memberikan tambahan pemasukan desa serta membantu pertanian desa dari hasil pengolahan sampah pasar.
(msd)