Seorang CPNS Pemkot Makassar Meninggal Saat Ikut Latsar
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Nasib malang menimpa Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemkot Makassar, Nurmalasari (26). Dia meregang nyawa saat mengikuti Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS, di Hotel Aerotel Smile, Makassar.
Nurmalasari lulus dalam formasi guru di SDN 1 Ujung Tanah, Kota Makassar, pada CPNS penerimaan 2019. Menurut informasi yang dihimpun, dia meninggal dunia pada Sabtu 9 Oktober, sekitar pukul 00.00 Wita, dini hari.
Baca Juga: Pelamar CPNS Pemkot Makassar Ujian di Tokyo
Peristiwa ini pun sempat membuat heboh. Sebab, kematian korban terjadi secara tiba-tiba. Rekan-rekan korban juga tak menyangka hal ini terjadi. Sebab, sebelum meninggal korban masih dalam kondisi baik.
Rekan sekamar korban, Sri Resky Wahyuni menuturkan, korban kesehariannya cukup energik. Setiap malam, dia selalu menyempatkan waktu untuk mencuci pakaiannya. Kecuali malam sebelum tragedi itu terjadi.
Sri mengatakan, korban juga selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan suaminya melalui video call. Begitu juga dengannya. Mereka sama-sama sudah berkeluarga, namun belum memiliki anak.
“Kadang dia tiap malam mandi kalau habis video call dengan suaminya. Baru istirahat. Tapi memang selama saya sama kamar, saya selalu lebih duluan tidur,” tururnya.
Korban sempat mengaku punya riwayat penyakit maag dan vertigo kepada Sri. Namun, selama Latsar berjalan, korban masih tampak sehat. Tidak menunjukkan gejala yang parah.
Meski, sebelum meninggal dunia, korban sempat memeriksakan dirinya ke dokter yang disiapkan di lokasi Latsar . Korban mengaku mengalami pusing. Namun setelah dicek, hasilnya baik-baik saja. Tekanan darahnya normal.
“Sampai malam kejadian, saya tidak lihat pasti jamnya, dia kejang-kejang. Yang bikin saya terbangun karena goyang-goyang tempat tidur. Nah awalnya saya pikir dia kesetrum,” ucap Sri, mengingat peristiwa nahas itu.
Sri pun langsung lari keluar kamar. Dia meminta pertolongan kepada rekannya yang ada di sekitar kamarnya. Setelah itu, barulah mereka memanggil dokter untuk melakukan tindakan.
“Sempat diberi tindakan. Dipompa, dikasih napas buatan. Baru diantar ke Rumah Sakit Stella Maris. Kita di sana sekitar jam 12.30 malam,” sambungnya.
Dia menambahkan, selama Latsar berlangsung semua peserta diperlakukan baik. Tidak ada yang mengalami penyiksaan. Termasuk tindakan perpeloncoan.
“Dia (korban) selalu cerita dengan suaminya. Kadang melapor kalau dihukum. Tapi mungkin suaminya yang salah persepsi, karena kita tidak pernah dihukum,” imbuhnya.
Atas kejadian ini, Badan Kepegawaian dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Makassar langsung angkat bicara. Mereka juga dengan tegas membantah jika meninggalnya peserta Latsar dikarenakan adanya perpeloncoan.
“Kalau kelelahan juga saya rasa tidak. Karena pelatihan itu tidak ada latihan fisik. Jam pelajaran juga selesai itu paling lama jam 8 malam,” kata Kepala BKPSDM Kota Makassar , Siswanta Attas.
Nurmalasari lulus dalam formasi guru di SDN 1 Ujung Tanah, Kota Makassar, pada CPNS penerimaan 2019. Menurut informasi yang dihimpun, dia meninggal dunia pada Sabtu 9 Oktober, sekitar pukul 00.00 Wita, dini hari.
Baca Juga: Pelamar CPNS Pemkot Makassar Ujian di Tokyo
Peristiwa ini pun sempat membuat heboh. Sebab, kematian korban terjadi secara tiba-tiba. Rekan-rekan korban juga tak menyangka hal ini terjadi. Sebab, sebelum meninggal korban masih dalam kondisi baik.
Rekan sekamar korban, Sri Resky Wahyuni menuturkan, korban kesehariannya cukup energik. Setiap malam, dia selalu menyempatkan waktu untuk mencuci pakaiannya. Kecuali malam sebelum tragedi itu terjadi.
Sri mengatakan, korban juga selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan suaminya melalui video call. Begitu juga dengannya. Mereka sama-sama sudah berkeluarga, namun belum memiliki anak.
“Kadang dia tiap malam mandi kalau habis video call dengan suaminya. Baru istirahat. Tapi memang selama saya sama kamar, saya selalu lebih duluan tidur,” tururnya.
Korban sempat mengaku punya riwayat penyakit maag dan vertigo kepada Sri. Namun, selama Latsar berjalan, korban masih tampak sehat. Tidak menunjukkan gejala yang parah.
Meski, sebelum meninggal dunia, korban sempat memeriksakan dirinya ke dokter yang disiapkan di lokasi Latsar . Korban mengaku mengalami pusing. Namun setelah dicek, hasilnya baik-baik saja. Tekanan darahnya normal.
“Sampai malam kejadian, saya tidak lihat pasti jamnya, dia kejang-kejang. Yang bikin saya terbangun karena goyang-goyang tempat tidur. Nah awalnya saya pikir dia kesetrum,” ucap Sri, mengingat peristiwa nahas itu.
Sri pun langsung lari keluar kamar. Dia meminta pertolongan kepada rekannya yang ada di sekitar kamarnya. Setelah itu, barulah mereka memanggil dokter untuk melakukan tindakan.
“Sempat diberi tindakan. Dipompa, dikasih napas buatan. Baru diantar ke Rumah Sakit Stella Maris. Kita di sana sekitar jam 12.30 malam,” sambungnya.
Dia menambahkan, selama Latsar berlangsung semua peserta diperlakukan baik. Tidak ada yang mengalami penyiksaan. Termasuk tindakan perpeloncoan.
“Dia (korban) selalu cerita dengan suaminya. Kadang melapor kalau dihukum. Tapi mungkin suaminya yang salah persepsi, karena kita tidak pernah dihukum,” imbuhnya.
Atas kejadian ini, Badan Kepegawaian dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Makassar langsung angkat bicara. Mereka juga dengan tegas membantah jika meninggalnya peserta Latsar dikarenakan adanya perpeloncoan.
“Kalau kelelahan juga saya rasa tidak. Karena pelatihan itu tidak ada latihan fisik. Jam pelajaran juga selesai itu paling lama jam 8 malam,” kata Kepala BKPSDM Kota Makassar , Siswanta Attas.
(agn)