Kisah Jayanegara, Raja Kedua Majapahit yang Penuh Pemberontakan dan Terbunuh Akibat Wanita Cantik
loading...
A
A
A
Bahkan, para abdi dalem ini masih terus berupaya membunuh rajanya. Dari tujuh abdi dalem tersebut, masih menyisakan satu orang yakni Tanca. Selama mengabdi di dalam istana Majapahit, ternyata masih memendam ambisi membunuh raja.
Sembilan tahun pasca peristiwa Kuti, menurut Slamet Muljana, putri Tribuanarunggadewi dan Rajadewi Maharajasa yang merupakan dua putri keturunan Raja Kertanegara, tidak diizinkan menikah oleh Raja Jayanegara. Alasannya karena keduanya hendak dikawini oleh Jayanegara. Alhasil tindakan asusila tak senonoh diterima kedua putri Kertanegara.
Tindakan Jayanegara ini didengar oleh Dharmaputra Tanca. Tanca pun mengadukannya kepada Gajah Mada, yang kala itu menjadi Mahapatih. Para jejaka dan laki-laki menghendaki sang putri disingkirkan oleh Raja Jayanegara.
Pada saat bersamaan, secara kebetulan Jayanegara menderita sakit bisul. Kondisi ini membuat Jayanegara tidak dapat keluar dari istana, dan harus selalu berbaring di atas tempat tidur. Tanca pun dipanggil untuk mengobatinya. Tanca dipercaya lantaran memiliki kemampuan mengobati penyakit.
Tanca pun memasuki kamar tidur untuk mengobati Jayanegara. Bengkak pada kaki raja harus dibedah, satu dua kali tidak berhasil dibedah. Raja dipersilakan mengesampingkan selimutnya, kali ketiga pembedahan bisul pada kaki sang raja berhasil dilakukan.
Namun seiring pembedahan berhasil, tikaman langsung dilakukan Tanca kepada Jayanegara. Raja Jayanegara mati akibat tikaman Tanca. Gajah Mada yang mengetahui kejadian tersebut langsung bangkit dan menusuk Tanca. Tusukan Gajah Mada, membuat Tanca mati. Kejadian pembunuhan sang raja Jayanegara tercatat pada tahun 1328 Masehi atau 1250 Saka.
Selain versi Slamet Muljana dalam bukunya "Tafsir Sejarah Nagara Kretagama". Juga ada versi arkeolog Belanda N.J. Krom dalam Hindoe-Javaansche Geschiedenis yang dikutip Parakitri T. Simbolon dalam bukunya "Menjadi Indonesia", disebutkan justru istri Tanca yang mengatakan telah dicabuli Jayanegara. Kabar ini membuat Gajah Mada geram, lalu balik mengadukan Tanca menyebarkan fitnah.
Masih menurut Parakitri T. Simbolon, yang mengutib N.J. Krom, justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan Jayanegara tersebut. Isu Jayanegara mencabuli istri Tanca, sengaja dihembuskan Gajah Mada, untuk memperalat Tanca membunuh Jayanegara.
Sembilan tahun pasca peristiwa Kuti, menurut Slamet Muljana, putri Tribuanarunggadewi dan Rajadewi Maharajasa yang merupakan dua putri keturunan Raja Kertanegara, tidak diizinkan menikah oleh Raja Jayanegara. Alasannya karena keduanya hendak dikawini oleh Jayanegara. Alhasil tindakan asusila tak senonoh diterima kedua putri Kertanegara.
Tindakan Jayanegara ini didengar oleh Dharmaputra Tanca. Tanca pun mengadukannya kepada Gajah Mada, yang kala itu menjadi Mahapatih. Para jejaka dan laki-laki menghendaki sang putri disingkirkan oleh Raja Jayanegara.
Pada saat bersamaan, secara kebetulan Jayanegara menderita sakit bisul. Kondisi ini membuat Jayanegara tidak dapat keluar dari istana, dan harus selalu berbaring di atas tempat tidur. Tanca pun dipanggil untuk mengobatinya. Tanca dipercaya lantaran memiliki kemampuan mengobati penyakit.
Tanca pun memasuki kamar tidur untuk mengobati Jayanegara. Bengkak pada kaki raja harus dibedah, satu dua kali tidak berhasil dibedah. Raja dipersilakan mengesampingkan selimutnya, kali ketiga pembedahan bisul pada kaki sang raja berhasil dilakukan.
Namun seiring pembedahan berhasil, tikaman langsung dilakukan Tanca kepada Jayanegara. Raja Jayanegara mati akibat tikaman Tanca. Gajah Mada yang mengetahui kejadian tersebut langsung bangkit dan menusuk Tanca. Tusukan Gajah Mada, membuat Tanca mati. Kejadian pembunuhan sang raja Jayanegara tercatat pada tahun 1328 Masehi atau 1250 Saka.
Selain versi Slamet Muljana dalam bukunya "Tafsir Sejarah Nagara Kretagama". Juga ada versi arkeolog Belanda N.J. Krom dalam Hindoe-Javaansche Geschiedenis yang dikutip Parakitri T. Simbolon dalam bukunya "Menjadi Indonesia", disebutkan justru istri Tanca yang mengatakan telah dicabuli Jayanegara. Kabar ini membuat Gajah Mada geram, lalu balik mengadukan Tanca menyebarkan fitnah.
Masih menurut Parakitri T. Simbolon, yang mengutib N.J. Krom, justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan Jayanegara tersebut. Isu Jayanegara mencabuli istri Tanca, sengaja dihembuskan Gajah Mada, untuk memperalat Tanca membunuh Jayanegara.