Kisah Yoanisa Nasution dari Pemulung, Sarjana hingga Jadi Pengusaha di Padangsidimpuan
loading...
A
A
A
PADANGSIDEMPUAN - Yoanisa Adhani Nasution atau yang akrap dipanggil Yoan, adalah seorang gadis pengusaha kuliner di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Anak yatim ini pernah jadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Malam itu, seperti biasa, Yoan terlihat sibuk menyiapkan pesanan dari pelanggan yang datang atau singgah ke tempat usahanya di Jalan Sudirman eks Merdeka, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Senyumnya langsung terpancar ketika menjumpai para pelanggan.
Saat ditemui SINDOnews, putri dari almarhum Bachtiar Nasution dan almarhumah Latifah Pohan ini langsung keluar air mata Yoan kita mulai bercerita tentang hidupnya.
Dia menuturkan pernah menjadi seorang pemulung pada 2005 di Padangsidimpuan. Kisah tersebut berawal pada saat anak bungsu dari empat orang bersaudara itu duduk dibangku kelas III Sekolah Dasar (SD).
Yoanna Nasution, gadis yatim asal Padangsidempuan ketika diwisuda. Foto/SINDOnews/Zia Nasution
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saai itu Yoan harus banting tulang menjadi seorang pemulung. Profesi menjadi seorang pemulung tersebut dia kerjakan selama 1 tahun.
Masa kecil Yoan tidak sama dengan anak seusianya. Bagaimana tidak, pada saat teman-temannya bermain, Yoan lebih memilih pergi mencari barang-barang bekas seperti gelas air mineral selepas pulang sekolah.
“Maksimal hasilnya saat itu 2 kilogram, kalau di rupiahkan hanya Rp2.000,” ujarnya mengenang. Kesulitan hidupnya semakin bertambah ketika orang tua laki-laki jatuh sakit dan ibunya memutuskan pisah.
Malam itu, seperti biasa, Yoan terlihat sibuk menyiapkan pesanan dari pelanggan yang datang atau singgah ke tempat usahanya di Jalan Sudirman eks Merdeka, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Senyumnya langsung terpancar ketika menjumpai para pelanggan.
Baca Juga
Saat ditemui SINDOnews, putri dari almarhum Bachtiar Nasution dan almarhumah Latifah Pohan ini langsung keluar air mata Yoan kita mulai bercerita tentang hidupnya.
Dia menuturkan pernah menjadi seorang pemulung pada 2005 di Padangsidimpuan. Kisah tersebut berawal pada saat anak bungsu dari empat orang bersaudara itu duduk dibangku kelas III Sekolah Dasar (SD).
Yoanna Nasution, gadis yatim asal Padangsidempuan ketika diwisuda. Foto/SINDOnews/Zia Nasution
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saai itu Yoan harus banting tulang menjadi seorang pemulung. Profesi menjadi seorang pemulung tersebut dia kerjakan selama 1 tahun.
Masa kecil Yoan tidak sama dengan anak seusianya. Bagaimana tidak, pada saat teman-temannya bermain, Yoan lebih memilih pergi mencari barang-barang bekas seperti gelas air mineral selepas pulang sekolah.
“Maksimal hasilnya saat itu 2 kilogram, kalau di rupiahkan hanya Rp2.000,” ujarnya mengenang. Kesulitan hidupnya semakin bertambah ketika orang tua laki-laki jatuh sakit dan ibunya memutuskan pisah.