Trump: AS Akan Menunjuk ANTIFA Sebagai Kelompok Teror
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menjadikan, gerakan aktivis politik anti-fasis sayap kiri Antifa sebagai kelompok teror.
Itu dikatakan pada hari Minggu, (31/05/2020) waktu setempat di Washington, ketika protes nasional atas pembunuhan George Floyd memasuki hari keenam mereka dan semaki meluas.
" Amerika Serikat akan menunjuk ANTIFA sebagai Organisasi Teroris," kata Trump di Twitter dilansir dari Anadolu Agency.
Kematian pria kulit hitam tak bersenjata dalam tahanan polisi mendorong puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan kota besar dari Seattle ke New York menuntut diakhirinya kebrutalan polisi.
Pengumumannya datang beberapa jam setelah Jaksa Agung William Barr mengatakan "elemen radikal yang kejam" telah membajak protes damai di seluruh negeri.
"Kekerasan yang dipicu dan dilakukan oleh Antifa dan kelompok-kelompok serupa lainnya sehubungan dengan kerusuhan itu adalah terorisme domestik dan akan diperlakukan sebagaimana mestinya," kata Barr dalam sebuah pernyataan.
Organisasi hak-hak sipil terbesar di negara itu, American Civil Liberties Union (ACLU), mengecam pengumuman Trump dan mengatakan tidak ada otoritas hukum untuk menunjuk kelompok domestik seperti itu.
"Setiap penunjukan seperti itu akan meningkatkan proses hukum yang signifikan dan kekhawatiran Amandemen Pertama," kata Direktur Proyek Keamanan Nasional organisasi tersebut Hina Shamsi.
Singkatan dari "antifasis," Antifa menjadi populer di AS setelah reli supremasi kulit putih Unite the Right di Charlottesville, Virginia pada Agustus 2017.
Ini terdiri dari kelompok, jaringan dan individu yang percaya pada perlawanan agresif terhadap gerakan sayap kanan jauh.
Floyd , 46, meninggal setelah Derek Chauvin, seorang mantan polisi kulit putih, menindis berlutut lehernya selama hampir sembilan menit hingga pernafasan berhenti. Yang terakhir adalah "Aku tidak bisa bernafas," yang menjadi semboyan protes nasional.
Kematian Floyd memiliki kemiripan yang kuat dengan kematian Eric Garner, yang meninggal saat penangkapan fatal 2014 di New York, juga berulang kali memohon kepada petugas, "Saya tidak bisa bernapas."
Ungkapan itu menjadi titik berkumpul bagi para demonstran yang berdemonstrasi menentang pembunuhan pria dan wanita kulit hitam tak bersenjata oleh polisi. Itu terus beresonansi hampir enam tahun kemudian.
Itu dikatakan pada hari Minggu, (31/05/2020) waktu setempat di Washington, ketika protes nasional atas pembunuhan George Floyd memasuki hari keenam mereka dan semaki meluas.
" Amerika Serikat akan menunjuk ANTIFA sebagai Organisasi Teroris," kata Trump di Twitter dilansir dari Anadolu Agency.
Kematian pria kulit hitam tak bersenjata dalam tahanan polisi mendorong puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan kota besar dari Seattle ke New York menuntut diakhirinya kebrutalan polisi.
Pengumumannya datang beberapa jam setelah Jaksa Agung William Barr mengatakan "elemen radikal yang kejam" telah membajak protes damai di seluruh negeri.
"Kekerasan yang dipicu dan dilakukan oleh Antifa dan kelompok-kelompok serupa lainnya sehubungan dengan kerusuhan itu adalah terorisme domestik dan akan diperlakukan sebagaimana mestinya," kata Barr dalam sebuah pernyataan.
Organisasi hak-hak sipil terbesar di negara itu, American Civil Liberties Union (ACLU), mengecam pengumuman Trump dan mengatakan tidak ada otoritas hukum untuk menunjuk kelompok domestik seperti itu.
"Setiap penunjukan seperti itu akan meningkatkan proses hukum yang signifikan dan kekhawatiran Amandemen Pertama," kata Direktur Proyek Keamanan Nasional organisasi tersebut Hina Shamsi.
Singkatan dari "antifasis," Antifa menjadi populer di AS setelah reli supremasi kulit putih Unite the Right di Charlottesville, Virginia pada Agustus 2017.
Ini terdiri dari kelompok, jaringan dan individu yang percaya pada perlawanan agresif terhadap gerakan sayap kanan jauh.
Floyd , 46, meninggal setelah Derek Chauvin, seorang mantan polisi kulit putih, menindis berlutut lehernya selama hampir sembilan menit hingga pernafasan berhenti. Yang terakhir adalah "Aku tidak bisa bernafas," yang menjadi semboyan protes nasional.
Kematian Floyd memiliki kemiripan yang kuat dengan kematian Eric Garner, yang meninggal saat penangkapan fatal 2014 di New York, juga berulang kali memohon kepada petugas, "Saya tidak bisa bernapas."
Ungkapan itu menjadi titik berkumpul bagi para demonstran yang berdemonstrasi menentang pembunuhan pria dan wanita kulit hitam tak bersenjata oleh polisi. Itu terus beresonansi hampir enam tahun kemudian.
(agn)