Hadapi New Normal, Ini Persiapan SD Khadijah Wonorejo Surabaya
loading...
A
A
A
SURABAYA - New Normal atau hidup normal di tengah Pandemi Covid-19 makin gencar digaungkan. Bahkan, rencana pengaktifan kembali belajar di sekolah dengan skenario new normal juga sudah mencuat.
Meski masih terjadi pro dan kontra karena kawatir terjadi klaster penularan corona di sekolah, namun sejumlah sekolah sudah mempersiapkan diri menghadapi tatanan baru tersebut. Salah satunya SD Khadijah Wonorejo Surabaya. Sekolah di bawah naungan Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah ini sudah menyiapkan sejumlah alternatif.
Kepala Sekolah SD Khadijah Wonorejo Surabaya, Muhammad Iqbal, mengungkapkan secara internal pihaknya sudah menyiapkan empat alternatif pencegahan penularan corona jika pemerintah memutuskan mengaktifkan kembali proses belajar mengajar di sekolah. "Secara internal kami menyiapkan empat alternatif," katanya kepada sindonews.com
Empat alternatif tersebut diantaranya, siswa masuk seperti biasanya dengan pembatasan jam belajar, tentunya dengan protokol yang sudah ditentukan. Di dalam kelas, jarak bangku antar siswa ditata 1,5 meter per anak. "Jadi bisa masuk semua full dengan catatan anak ini tidak bergerak terlalu banyak," katanya.
Alternatif kedua, siswa yang masuk sekolah dibagi mejadi dua, separuh masuk pagi separuh lagi masuk siang. Lama belajar di sekolahpun hanya tiga jam mulai pukul 07.00 Wib sampai pukul 10.00 Wib. Kemudian dilanjutkan mulai pukul 11.00 Wib sampai pukul 14.00 wib.
"Ketiga kita bagi separuh masuk senin sampai Rabu dan separuhnya lagi Kamis sampai Sabtu. Itu jamnya bisa agak panjang hingga 4 jam per hari, sehingga anak-anak lebih lebih leluasa di sekolah, guru-guru juga bisa lebih leluasa,"paparnya.
Namun jika pemerintah belum memutuskan masuk sekolah, SD Khadijah Wonorejo Surabaya juga sudah menyiapkan opsi keempat yaitu full daring seperti semula. "Saya sudah meyiapkan ruangan untuk guru-guru untuk shooting materi. Perangkat sudah kita siapkan seperti yang sudah diterapkan pada Ramadhan kemarin dan terbukti efektif,"imbuhnya.
Tidak bisa dipungkiri, Iqbal sendiri memiliki rasa kekawatiran jika anak didiknya terpapar corona. Untuk itu, selain alternatif skema belajar mengajar yang sudah disepakati, pihaknya akan membekali para siswa dan guru dengan protokol ketat.
Ia melanjutkan, sambil menunggu panduan protokol dari pemerintah tentang skenariao new normal, SD Khadijah Wonorejo Surabaya saat ini sudah menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) berupa Face Shield atau pelindung wajah untuk guru dan siswa. Memperbanyak tempat cuci tangan, rak sepatu dan sarana prasana lainnya.
Selain itu, jalur masuk dan keluar sekolah siswa sudah hanya dibuka satu pintu. Kebiasaan berjabat tangan dengan guru juga bakal ditiadakan, dan jarak berbaris siswa akan diatur sedemikian rupa supaya tidak bersentuhan.
Selama satu bulan masuk sekolah, siswa akan latih protokol kesehatan. Hal itu untuk mendidik anak-anak tentang tatanan baru kehidupan diera pandemi Covid-19.
"Apakah setelah ditemukan vaksi virus juga bakal hilang, kita kan juga belum tahu juga. Jadi kebiasaan baru ini menjadi sangat penting," pungkas Iqbal.
Meski masih terjadi pro dan kontra karena kawatir terjadi klaster penularan corona di sekolah, namun sejumlah sekolah sudah mempersiapkan diri menghadapi tatanan baru tersebut. Salah satunya SD Khadijah Wonorejo Surabaya. Sekolah di bawah naungan Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah ini sudah menyiapkan sejumlah alternatif.
Kepala Sekolah SD Khadijah Wonorejo Surabaya, Muhammad Iqbal, mengungkapkan secara internal pihaknya sudah menyiapkan empat alternatif pencegahan penularan corona jika pemerintah memutuskan mengaktifkan kembali proses belajar mengajar di sekolah. "Secara internal kami menyiapkan empat alternatif," katanya kepada sindonews.com
Empat alternatif tersebut diantaranya, siswa masuk seperti biasanya dengan pembatasan jam belajar, tentunya dengan protokol yang sudah ditentukan. Di dalam kelas, jarak bangku antar siswa ditata 1,5 meter per anak. "Jadi bisa masuk semua full dengan catatan anak ini tidak bergerak terlalu banyak," katanya.
Alternatif kedua, siswa yang masuk sekolah dibagi mejadi dua, separuh masuk pagi separuh lagi masuk siang. Lama belajar di sekolahpun hanya tiga jam mulai pukul 07.00 Wib sampai pukul 10.00 Wib. Kemudian dilanjutkan mulai pukul 11.00 Wib sampai pukul 14.00 wib.
"Ketiga kita bagi separuh masuk senin sampai Rabu dan separuhnya lagi Kamis sampai Sabtu. Itu jamnya bisa agak panjang hingga 4 jam per hari, sehingga anak-anak lebih lebih leluasa di sekolah, guru-guru juga bisa lebih leluasa,"paparnya.
Namun jika pemerintah belum memutuskan masuk sekolah, SD Khadijah Wonorejo Surabaya juga sudah menyiapkan opsi keempat yaitu full daring seperti semula. "Saya sudah meyiapkan ruangan untuk guru-guru untuk shooting materi. Perangkat sudah kita siapkan seperti yang sudah diterapkan pada Ramadhan kemarin dan terbukti efektif,"imbuhnya.
Tidak bisa dipungkiri, Iqbal sendiri memiliki rasa kekawatiran jika anak didiknya terpapar corona. Untuk itu, selain alternatif skema belajar mengajar yang sudah disepakati, pihaknya akan membekali para siswa dan guru dengan protokol ketat.
Ia melanjutkan, sambil menunggu panduan protokol dari pemerintah tentang skenariao new normal, SD Khadijah Wonorejo Surabaya saat ini sudah menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) berupa Face Shield atau pelindung wajah untuk guru dan siswa. Memperbanyak tempat cuci tangan, rak sepatu dan sarana prasana lainnya.
Selain itu, jalur masuk dan keluar sekolah siswa sudah hanya dibuka satu pintu. Kebiasaan berjabat tangan dengan guru juga bakal ditiadakan, dan jarak berbaris siswa akan diatur sedemikian rupa supaya tidak bersentuhan.
Selama satu bulan masuk sekolah, siswa akan latih protokol kesehatan. Hal itu untuk mendidik anak-anak tentang tatanan baru kehidupan diera pandemi Covid-19.
"Apakah setelah ditemukan vaksi virus juga bakal hilang, kita kan juga belum tahu juga. Jadi kebiasaan baru ini menjadi sangat penting," pungkas Iqbal.
(msd)