Kejar Status PPKM Level 1, Hendi Giatkan 3T di Kota Semarang
loading...
A
A
A
KOTA SEMARANG - Usai menjadi ibu kota provinsi pertama di Jawa-Bali yang berstatus PPKM Level 2, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pun menargetkan wilayah yang dipimpinnya dapat segera berstatus PPKM Level 1.
Untuk itu, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini pun menegaskan akan meningkatkan 3T, terkhusus 'tracing' dan 'testing' di Ibu Kota Jawa Tengah.
“Kami fokus pada upaya meningkatkan tracing kontak erat di atas 14 per kasus, di mana saat ini masih pada capaian tiga kontak per kasus. Selain itu upaya menurunkan positivity rate dan angka kematian akan terus digenjot dengan melibatkan berbagai pihak. Mulai tenaga kesehatan, TNI, Polri serta kawan-kawan di tingkat kelurahan dan kecamatan,” katanya.
Adapun untuk tracing pasien positif ditekankan Hendi juga akan diperinci hingga seluruh kontak erat baik di lingkungan rumah, aktifitas (warung, kantor, sekolah serta tetangga kanan kiri). Sementara upaya penurunan positivity rate dan angka kematian akan dilakukan dengan testing entry serta exit test pada seluruh kontak erat.
Tak hanya itu, tenaga kesehatan di Kota Semarang ditegaskannya akan lebih mendorong pasien isoman untuk masuk isolasi terpusat. Selain itu peningkatkan kecepatan respons kegawatan pada isoman akan dilakukan dengan pemantauan harian. "Rata-rata kasus harian bulan Juli tercatat sejumlah 49 kasus/hari, di mana dari kasus tersebut sejumlah 63 persen dilakukan tracing dalam waktu 1x24 jam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hendi mengungkapkan untuk saat ini Dinas Kesehatan Kota Semarang tengah berfokus melakukan tracing pada lima kecamatan dengan angka kasus terbanyak seperti Tembalang, Banyumanik, Pedurungan, Semarang Barat, dan Ngaliyan.
Di sisi lain, tantangan terbesar dalam meningkatkan tracing dan testing terletak pada masih adanya stigma negatif di masyarakat pada penderita Covid-19. Hal itu menurutnya membuat kurang terbukanya pasien terkonfirmasi Covid-19 dalam proses tracing dan testing.
Karena itu dirinya meminta masyarakat untuk lebih terbuka, jujur kepada tenaga kesehatan untuk memudahkan siapa saja yang kontak erat dan perlu untuk ditest.
Secara umum Hendi berharap masyarakat bisa semakin mendukung Pemerintah Kota Semarang untuk meneruskan tren baik penanganan Covid-19 di wilayah Ibu Kota Jawa Tengah.
“Kata kuncinya adalah pandemi ini belum selesai, karenanya ke depan kita masih harus melakukan hal-hal perbaikan untuk mengatasi persoalan Covid-19, baik pada sisi kesehatan maupun pada bidang sosial ekonomi,” ucap Hendi. CM
Untuk itu, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini pun menegaskan akan meningkatkan 3T, terkhusus 'tracing' dan 'testing' di Ibu Kota Jawa Tengah.
“Kami fokus pada upaya meningkatkan tracing kontak erat di atas 14 per kasus, di mana saat ini masih pada capaian tiga kontak per kasus. Selain itu upaya menurunkan positivity rate dan angka kematian akan terus digenjot dengan melibatkan berbagai pihak. Mulai tenaga kesehatan, TNI, Polri serta kawan-kawan di tingkat kelurahan dan kecamatan,” katanya.
Adapun untuk tracing pasien positif ditekankan Hendi juga akan diperinci hingga seluruh kontak erat baik di lingkungan rumah, aktifitas (warung, kantor, sekolah serta tetangga kanan kiri). Sementara upaya penurunan positivity rate dan angka kematian akan dilakukan dengan testing entry serta exit test pada seluruh kontak erat.
Tak hanya itu, tenaga kesehatan di Kota Semarang ditegaskannya akan lebih mendorong pasien isoman untuk masuk isolasi terpusat. Selain itu peningkatkan kecepatan respons kegawatan pada isoman akan dilakukan dengan pemantauan harian. "Rata-rata kasus harian bulan Juli tercatat sejumlah 49 kasus/hari, di mana dari kasus tersebut sejumlah 63 persen dilakukan tracing dalam waktu 1x24 jam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hendi mengungkapkan untuk saat ini Dinas Kesehatan Kota Semarang tengah berfokus melakukan tracing pada lima kecamatan dengan angka kasus terbanyak seperti Tembalang, Banyumanik, Pedurungan, Semarang Barat, dan Ngaliyan.
Di sisi lain, tantangan terbesar dalam meningkatkan tracing dan testing terletak pada masih adanya stigma negatif di masyarakat pada penderita Covid-19. Hal itu menurutnya membuat kurang terbukanya pasien terkonfirmasi Covid-19 dalam proses tracing dan testing.
Karena itu dirinya meminta masyarakat untuk lebih terbuka, jujur kepada tenaga kesehatan untuk memudahkan siapa saja yang kontak erat dan perlu untuk ditest.
Secara umum Hendi berharap masyarakat bisa semakin mendukung Pemerintah Kota Semarang untuk meneruskan tren baik penanganan Covid-19 di wilayah Ibu Kota Jawa Tengah.
“Kata kuncinya adalah pandemi ini belum selesai, karenanya ke depan kita masih harus melakukan hal-hal perbaikan untuk mengatasi persoalan Covid-19, baik pada sisi kesehatan maupun pada bidang sosial ekonomi,” ucap Hendi. CM
(ars)