Ada Empat Industri Tetap Tumbuh Saat Pandemi Covid-19, Apa Itu?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak semua industri terdampak signifikan saat pandemi Covid-19. Beberapa sektor bisnis punya peluang tumbuh di tengah tekanan Covid-19. Contohnya pengusaha yang bergerak dalam bidang bisnis alat kesehatan dan farmasi. Namun, ada pula beberapa sektor yang terkena imbas cukup besar, bahkan sampai menghentikan produksinya selama wabah ini.
Menurut data AC Nielsen, ada empat kategori industri yang mengalami kenaikan cukup signifikan saat penyebaran wabah virus corona ini seperti hand sanitizer yang semula hanya 1%, tetapi saat terjadi wabah corona meningkat hingga 199%, sabun pencuci tangan memiliki permintaan yang besar hingga 285%, antiseptik cair 233%, dan tisu basah 151%.
Namun, dari beberapa sektor yang mengalami peningkatan tersebut, ada beberapa industri yang turun cukup signifikan dan berimbas kepada pengurangan sejumlah karyawannya. Seperti sektor busana turun hingga 3%, perawatan bayi dan ibu hamil turun 5%, produk industri turun 15%, automotif turun 31%, dan properti anjlok 54%.
Lantas, apakah hal ini akan membaik seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan era "New Normal" pada awal Juni nanti? Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai andai wabah ini terus bertahan hingga beberapa waktu ke depan, akan sulit melihat seberapa cepat industri yang mengalami penurunan bisa bangkit. "Kita proyeksikan ini selama enam bulan ke depan. Berarti, setelah itu, bulan ketujuh kita akan lihat apakah akan mulai recovery," ujarnya, di Jakarta, kemarin.
Di Indonesia, memprediksi sektor-sektor yang mengalami penurunan tersebut bisa melakukan recovery dan akan mulai bergerak normal pada akhir 2020. "Katakanlah industri automotif mulai membaik pada Oktober dan November, kurang lebih ada waktu tiga sampai empat bulan di akhir 2020," ungkapnya.
Waktu enam bulan untuk recovery tersebut juga harus diimbangi dengan langkah konkret dari pemerintah terkait bantuan yang diberikan untuk pelaku usaha. Kendati begitu, dalam keadaan saat ini juga memunculkan peluang dan harapan baru karena tidak semua sektor bisnis mengalami penurunan. Ada sektor relevan yang justru bisnisnya membaik seperti sektor kesehatan.
Hal ini pun ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana. Dia mengakui bisnis di bidang kesehatan memang masih terus berjalan hingga saat ini, berbeda dengan sektor lain yang mengalami tekanan, terutama manufaktur dan pariwisata. Tetapi, bisnis kesehatan ini tidak boleh hanya memanfaatkan kesempatan dan meraih keuntungan yang besar saja.
"Kalau bisnis kesehatan, saya kira hanya sementara. Karena, kebanyakan dari pelakunya tidak memanfaatkan peluang. Jadi, tidak mencari untung secara berlebihan," ujar Danang.
Hal ini pun terlihat dari sejumlah perusahaan farmasi yang sudah mulai banyak memproduksi pasokan alat-alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, sabun pencuci tangan, alat pengukur suhu tubuh, dan tisu antiseptik. Danang pun memberikan contoh Kimia Farma. Saat ini, perusahaan tersebut justru meningkatkan produksi agar harga produknya bisa terjangkau untuk masyarakat.
"Para pengusaha di bidang alat kesehatan seperti farmasi saat ini banyak yang sudah mengejar produksi sebanyak mungkin. Ini pun sudah sangat terlihat jelas. Contohnya saja Kimia Farma. Mereka sudah banyak memproduksi obat-obatan seperti paracetamol untuk dijual dengan murah. Lalu, juga test kit diproduksi sebanyak mungkin. Tapi, bukan untuk mengejar keuntungan, justru untuk dijual dengan harga yang semurah mungkin," tandasnya.
Para pengusaha yang bergerak dalam sektor kesehatan tidak melihat apakah nantinya sektor ini akan terus berkembang dengan baik setelah pandemi Covid-19 usai. Sektor industri kesehatan ini masih akan terus bergerak dengan stabil.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja mengungkapkan, walaupun terlihat mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan sektor bisnis lain, bukan berarti sektor kesehatan ini tidak memiliki tantangan. Salah satu tantangannya adalah pasokan barang yang harus selalu dijaga.
Selain itu, pertumbuhan bisnis di bidang kesehatan belum bisa menutupi dampak korona terhadap perekonomian secara nasional yang telah merusak sektor bisnis lainnya.
"Jangan hanya melihat jumlah persentase yang tinggi. Sektor ini juga mengalami kesulitan sepanjang wabah dan kemungkinan masih akan berlanjut setelah wabah ini selesai. Selain itu, pertumbuhan di sektor ini tidak bisa menutupi kehancuran pertumbuhan di sektor ekonomi lainnya sehingga secara keseluruhan ekonomi kita tetap babak belur selama wabah," tutur Shinta.
Tingkat konsumsi masyarakat atas gaya hidup sehat selama masa pandemi akan terus naik. Ditambah lagi banyaknya program-program kesehatan dari pemerintah menjadi landasan atas pertumbuhan sektor tersebut.
"Kalau kita lihat, pandemi ini memberikan efek yang luar biasa sehingga mengubah perilaku masyarakat untuk tetap hidup sehat. Mereka pun sudah mulai mengerti untuk menjaga kesehatan," ujarnya.
Semakin tingginya permintaan produk kesehatan seperti hand sanitizer dan masker membuat sejumlah produsen beralih memproduksi cairan penghilang kuman ini. Salah satunya produsen produk perawatan tubuh MS Glow.
Menurut pemilik MS Glow Shandy Purnamasari, awalnya perusahaannya ikut serta memproduksi hand sanitizer karena prihatin dengan kelangkaan hand sanitizer di pasaran saat awal pandemi lalu.
"Mengapa saya juga ikut memproduksi hand sanitizer? Karena, barang yang langka pada saat itu. Tapi, kita terus melakukan produksi hand sanitizer untuk bisa membantu masyarakat agar tetap mengutamakan pola hidup bersih saat pandemi," sebut Shandy.
Awalnya Sahndy mengaku memproduksi hand sanitizer ini sebagai bentuk donasi untuk membatu para tenaga medis. Namun, melihat respons masyarakat yang cukup baik, Shandy pun mulai memproduksi produk kesehatan ini ke dalam lini bisnis kecantikannya.
"Strategi yang kita gunakan untuk tetap lancar memproduksi hand sanitizer ini adalah memastikan dahulu bahan bakunya tidak ada kendala atau aman terjaga dengan begitu tidak mengganggu proses produksinya," ucap Shandy.
Tidak hanya Shandy yang masih merasakan banyaknya peminat hand sanitizer, salah satu produsen masker kain mengaku selama terjadi pandemi sudah memproduksi 2.000 pcs masker kain berbahan oxford.
"Selama corona ini produksi masker masih tetap berjalan. Hanya, saat ini jumlahnya agak sedikit berkurang karena melihat kebutuhan masyarakat yang sudah mulai beralih ke masker medis," sebut pemilik Joyland Souvenir, Kiyat. (Aprilia S Andyna)
Menurut data AC Nielsen, ada empat kategori industri yang mengalami kenaikan cukup signifikan saat penyebaran wabah virus corona ini seperti hand sanitizer yang semula hanya 1%, tetapi saat terjadi wabah corona meningkat hingga 199%, sabun pencuci tangan memiliki permintaan yang besar hingga 285%, antiseptik cair 233%, dan tisu basah 151%.
Namun, dari beberapa sektor yang mengalami peningkatan tersebut, ada beberapa industri yang turun cukup signifikan dan berimbas kepada pengurangan sejumlah karyawannya. Seperti sektor busana turun hingga 3%, perawatan bayi dan ibu hamil turun 5%, produk industri turun 15%, automotif turun 31%, dan properti anjlok 54%.
Lantas, apakah hal ini akan membaik seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan era "New Normal" pada awal Juni nanti? Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai andai wabah ini terus bertahan hingga beberapa waktu ke depan, akan sulit melihat seberapa cepat industri yang mengalami penurunan bisa bangkit. "Kita proyeksikan ini selama enam bulan ke depan. Berarti, setelah itu, bulan ketujuh kita akan lihat apakah akan mulai recovery," ujarnya, di Jakarta, kemarin.
Di Indonesia, memprediksi sektor-sektor yang mengalami penurunan tersebut bisa melakukan recovery dan akan mulai bergerak normal pada akhir 2020. "Katakanlah industri automotif mulai membaik pada Oktober dan November, kurang lebih ada waktu tiga sampai empat bulan di akhir 2020," ungkapnya.
Waktu enam bulan untuk recovery tersebut juga harus diimbangi dengan langkah konkret dari pemerintah terkait bantuan yang diberikan untuk pelaku usaha. Kendati begitu, dalam keadaan saat ini juga memunculkan peluang dan harapan baru karena tidak semua sektor bisnis mengalami penurunan. Ada sektor relevan yang justru bisnisnya membaik seperti sektor kesehatan.
Hal ini pun ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana. Dia mengakui bisnis di bidang kesehatan memang masih terus berjalan hingga saat ini, berbeda dengan sektor lain yang mengalami tekanan, terutama manufaktur dan pariwisata. Tetapi, bisnis kesehatan ini tidak boleh hanya memanfaatkan kesempatan dan meraih keuntungan yang besar saja.
"Kalau bisnis kesehatan, saya kira hanya sementara. Karena, kebanyakan dari pelakunya tidak memanfaatkan peluang. Jadi, tidak mencari untung secara berlebihan," ujar Danang.
Hal ini pun terlihat dari sejumlah perusahaan farmasi yang sudah mulai banyak memproduksi pasokan alat-alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, sabun pencuci tangan, alat pengukur suhu tubuh, dan tisu antiseptik. Danang pun memberikan contoh Kimia Farma. Saat ini, perusahaan tersebut justru meningkatkan produksi agar harga produknya bisa terjangkau untuk masyarakat.
"Para pengusaha di bidang alat kesehatan seperti farmasi saat ini banyak yang sudah mengejar produksi sebanyak mungkin. Ini pun sudah sangat terlihat jelas. Contohnya saja Kimia Farma. Mereka sudah banyak memproduksi obat-obatan seperti paracetamol untuk dijual dengan murah. Lalu, juga test kit diproduksi sebanyak mungkin. Tapi, bukan untuk mengejar keuntungan, justru untuk dijual dengan harga yang semurah mungkin," tandasnya.
Para pengusaha yang bergerak dalam sektor kesehatan tidak melihat apakah nantinya sektor ini akan terus berkembang dengan baik setelah pandemi Covid-19 usai. Sektor industri kesehatan ini masih akan terus bergerak dengan stabil.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja mengungkapkan, walaupun terlihat mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan sektor bisnis lain, bukan berarti sektor kesehatan ini tidak memiliki tantangan. Salah satu tantangannya adalah pasokan barang yang harus selalu dijaga.
Selain itu, pertumbuhan bisnis di bidang kesehatan belum bisa menutupi dampak korona terhadap perekonomian secara nasional yang telah merusak sektor bisnis lainnya.
"Jangan hanya melihat jumlah persentase yang tinggi. Sektor ini juga mengalami kesulitan sepanjang wabah dan kemungkinan masih akan berlanjut setelah wabah ini selesai. Selain itu, pertumbuhan di sektor ini tidak bisa menutupi kehancuran pertumbuhan di sektor ekonomi lainnya sehingga secara keseluruhan ekonomi kita tetap babak belur selama wabah," tutur Shinta.
Tingkat konsumsi masyarakat atas gaya hidup sehat selama masa pandemi akan terus naik. Ditambah lagi banyaknya program-program kesehatan dari pemerintah menjadi landasan atas pertumbuhan sektor tersebut.
"Kalau kita lihat, pandemi ini memberikan efek yang luar biasa sehingga mengubah perilaku masyarakat untuk tetap hidup sehat. Mereka pun sudah mulai mengerti untuk menjaga kesehatan," ujarnya.
Semakin tingginya permintaan produk kesehatan seperti hand sanitizer dan masker membuat sejumlah produsen beralih memproduksi cairan penghilang kuman ini. Salah satunya produsen produk perawatan tubuh MS Glow.
Menurut pemilik MS Glow Shandy Purnamasari, awalnya perusahaannya ikut serta memproduksi hand sanitizer karena prihatin dengan kelangkaan hand sanitizer di pasaran saat awal pandemi lalu.
"Mengapa saya juga ikut memproduksi hand sanitizer? Karena, barang yang langka pada saat itu. Tapi, kita terus melakukan produksi hand sanitizer untuk bisa membantu masyarakat agar tetap mengutamakan pola hidup bersih saat pandemi," sebut Shandy.
Awalnya Sahndy mengaku memproduksi hand sanitizer ini sebagai bentuk donasi untuk membatu para tenaga medis. Namun, melihat respons masyarakat yang cukup baik, Shandy pun mulai memproduksi produk kesehatan ini ke dalam lini bisnis kecantikannya.
"Strategi yang kita gunakan untuk tetap lancar memproduksi hand sanitizer ini adalah memastikan dahulu bahan bakunya tidak ada kendala atau aman terjaga dengan begitu tidak mengganggu proses produksinya," ucap Shandy.
Tidak hanya Shandy yang masih merasakan banyaknya peminat hand sanitizer, salah satu produsen masker kain mengaku selama terjadi pandemi sudah memproduksi 2.000 pcs masker kain berbahan oxford.
"Selama corona ini produksi masker masih tetap berjalan. Hanya, saat ini jumlahnya agak sedikit berkurang karena melihat kebutuhan masyarakat yang sudah mulai beralih ke masker medis," sebut pemilik Joyland Souvenir, Kiyat. (Aprilia S Andyna)
(msd)