Akibat Pandemi COVID-19, Pengiriman Pekerja Migran dari Jabar Terhambat

Selasa, 17 Agustus 2021 - 09:14 WIB
loading...
Akibat Pandemi COVID-19,...
Disnakertrans Jabar, dan ISO Jepang menggagas kerjasama pengurangan pengangguran di Jabar. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Pandemi COVID-19, berdampak serius terhadap pengiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Jawa Barat. Pengiriman PMI dari Jabar, mengalami penurunan cukup signifikan. Selain itu, angka pengangguran terbuka di Jabar tercatat terus meningkat setiap tahunnya.



Menurut Kabid Penempatan, Perluasan, Tenaga kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jabar, Hendra K Sumantri, realisasi pengiriman pekerja migran ke sejumlah negara merosot drastis. Hingga pertengahan 2021, baru tercapai sekitar 7.000 orang.



"Padahal sebelum pandemi COVID-19 bisa mencapai 53.000 orang. Secara peluang sebenarnya masih cukup besar, tapi ini juga terkait kebijakan beberapa negara terhadap masuknya warga negara asing," kata Hendra.



Menurut dia, pihaknya terus menggenjot pekerja migran berkeahlian menyasar sejumlah negara potensial. Seperti Malaysia, Jepang, Taiwan, Arab Saudi, Korea Selatan, Brunei Darussalam, dan lainnya. Mayoritas keahlian yang dibutuhkan adalah tenaga perawat.

Berbagai program terus digencarkan, untuk mengirimkan tenaga kerja berkeahlian ke luar negeri. Apalagi, Pemprov Jabar sendiri menargetkan pengurangan angka pengangguran terbuka yang saat ini sekitar 2,1 juta orang.



"Saat pandemi 2020 lalu, angka pengangguran terbuka di Jabar lebih dari 10 persen. Kami menargetkan bisa ditekan hingga 6,9 persen pada 2023. Berbagai upaya terus kami lakukan untuk menekan naiknya angka pengangguran ini," kata dia.

Advisor ISO Jepang Yadi Suryadi mengakui, akibat pandemi membuat beberapa negara tujuan PMI membatasi tenaga kerja asing masuk ke negaranya, seperti halnya Jepang. Namun, pihaknya mendapat informasi pada Oktober 2021 nanti Jepang akan memperlonggar tenaga kerja masuk.

"Ini menjadi peluang besar bagi Indonesia. Kita harus mempersiapkannya dari sekarang. Karena, kalau bicara peluang, kebutuhan tenaga kerja di Jepang mencapai 345.000 an orang dari 14 sektor usaha," katanya.



Kendati begitu, pekerja migran asal Indonesia harus bersaing dengan negara lain. Sehingga dibutuhkan kesiapan SDM untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal itu juga yang saat ini sedang digagas ISO Jepang bersama Disnakertrans Jabar.

Pihaknya merancang program Specified Skilled Worker (SSW) bagi calon pekerja migran Indonesia. Melalui program ini, pekerja akan mendapat pelatihan bahasa dan keterampilan lainnya.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3408 seconds (0.1#10.140)