PAPeDA Inisiasi Produk Inovatif Sereh Wangi dari Keerom Papua
loading...

Para pemateri dalam seri Diskusi Pengelolaan Produk Inovatif Pangan Papua: Festival Torang Pu Para Para, Senin (16/8/2021). Foto/Ist
A
A
A
KEEROM - Program Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA) menginisiasi produk- produk inovatif bersumber dari sereh wangi di Kabupaten Keerom, Papua. Langkah ini dalam upaya melestarikan hutan dan sumber daya alam (SDA) yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Direktur Konsultasi Independen Pemberdayaan Rakyat (KIPRa) Irianto Jacobus selaku pendamping Program PAPeDA menyatakan, banyak potensi alam di Keerom yang melimpah tetapi belum dikembangkan dengan baik.
"Kami melihat di Kabupaten Keerom bahwa eksploitasi masih terus berlangsung dari beberapa perusahaan yang mengambil hasil hutan, tapi kemudian di sisi lain kehidupan masyarakat adat yang ada di Kabupaten Keerom ini dalam kesehariannya itu belum begitu berkembang dengan baik," ujarnya dalam Seri Diskusi Pengelolaan Produk Inovatif Pangan Papua: Festival Torang Pu Para Para, Senin (16/8/2021).
Baca juga: Perwira Yonif 715 Raider yang Tertembak KKB di Gome Dievakuasi ke Timika
Dia menilai banyak lahan di Keerom bisa dikembangkan sekaligus mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui budidaya sereh wangi. "Kita juga tahu bahwa pengembangan sereh wangi merupakan tanaman yang baik dan tidak sulit," jelasnya. Produk inovatif pangan sereh wangi Keerom ini berupaya untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber daya alam (SDA).
Baca juga: Miris! Kakek Tua Renta Sebatang Kara Digugat Anak Kandung Gara-gara Tanah Warisan
"Karena beberapa anggota masyarakat juga turut untuk mengambil hasil hutan dan juga dipakai oleh beberapa industri kayu. Oleh sebab itu kami memandang bagaimana supaya hutan dan alam ini bisa terjaga terlindungi tetapi juga di sisi lain masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi," ujar Jacobus.
Founder Niora Indonesia Eet Etih Suryatin menjelaskan bahwa pemanfaatan hasil dari sereh wangi ini pun beragam. "Pengalaman saya dari Keerom sereh wangi ini dapat diolah menjadi berbagai macam produk,misalnya minyak astiri, sabun tangan, sabun cuci piring, atau cuci tangan, juga anti nyamuk, dan bisa juga misalnya yang sekarang paling banyak dicari handsanitizer," katanya.
Program PAPeDA yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dan didukung oleh The Asia Foundation (TAF) telah menghasilkan beberapa produk pangan inovatif bernilai ekonomi tinggi. Di antaranya balsem cair hingga keladi. Namun kali ini, PAPeDA akan mengembangkan produk pangan inovatif dari sereh wangi.
Pengagas produk sereh wangi Keerom, Arie Sutte mengatakan bahwa untuk memilih produk sereh wangi tersebut melalui proses panjang. "Awalnya bukan hanya sereh wangi, ada nilam dan sebagainya. Tapi dari proses konsultasi dengan berbagai pihak, akhirnya munculah tanaman serah wangi ini," tuturnya.
Lebih lanjut, Arie Sutte menjelaskan perimbangan dipilihnya sereh wangi di antaranya karena faktor iklim. "Dari segi iklim, tanaman sereh ini, saya kira sudah diketahui umum, sudah sangat cocok untuk iklim di wilayah Keerom," ucapnya.
Selain faktor, ekonomi faktor sosial budaya juga menjadi salah satu pertimbangan pemilihan tanaman sereh. "Tanaman sereh ini bukan tanaman yang langka atau asing bagi masyarakat Keerom. Selama ini mereka sudah banyak menanam tetapi belum dalam sekala besar," jelasnya.
Selain itu, Arie Sutte juga mengatakan bahwa sudah ada stakeholder lain yang sudah bergerak atau menanam tanaman sereh di Keerom sebelum program PAPeDA. "Sebelum program ini, ternyata Bappeda Keeom itu sudah menanam. Sudah ada 20 ha lebih. Dan ini sangat mendukung," ungkapnya.
Eet Etih Suryatin menambahkan bahwa pada dasarnya pasar dari produk sereh wangi ini sangat luas, bahkan bisa merambah pasar ekspor. "Yang saya pelajari, di sekitar tahun 2007-an, tren untuk ekspor ini sangat tinggi, pasar juga luas. Di Jepang agak tinggi," tuturnya.
Ia juga memaparkan bahwa sereh wangi ini sangat potensial untuk industri-industri astiri, kimia, aroma terap, farmasi, hingga ke kosmetik. Namun, Eet Etih Suryatin itu juga mengatakan bahwa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan juga mempengaruhi budidaya sereh wangi, terutama dalam hal permintaan pasar.
Lihat Juga: Soroti Program Transmigrasi ke Papua, Tokoh Masyarakat: Pemberdayaan Masyarakat yang Harus Dilakukan
Direktur Konsultasi Independen Pemberdayaan Rakyat (KIPRa) Irianto Jacobus selaku pendamping Program PAPeDA menyatakan, banyak potensi alam di Keerom yang melimpah tetapi belum dikembangkan dengan baik.
"Kami melihat di Kabupaten Keerom bahwa eksploitasi masih terus berlangsung dari beberapa perusahaan yang mengambil hasil hutan, tapi kemudian di sisi lain kehidupan masyarakat adat yang ada di Kabupaten Keerom ini dalam kesehariannya itu belum begitu berkembang dengan baik," ujarnya dalam Seri Diskusi Pengelolaan Produk Inovatif Pangan Papua: Festival Torang Pu Para Para, Senin (16/8/2021).
Baca juga: Perwira Yonif 715 Raider yang Tertembak KKB di Gome Dievakuasi ke Timika
Dia menilai banyak lahan di Keerom bisa dikembangkan sekaligus mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui budidaya sereh wangi. "Kita juga tahu bahwa pengembangan sereh wangi merupakan tanaman yang baik dan tidak sulit," jelasnya. Produk inovatif pangan sereh wangi Keerom ini berupaya untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber daya alam (SDA).
Baca juga: Miris! Kakek Tua Renta Sebatang Kara Digugat Anak Kandung Gara-gara Tanah Warisan
"Karena beberapa anggota masyarakat juga turut untuk mengambil hasil hutan dan juga dipakai oleh beberapa industri kayu. Oleh sebab itu kami memandang bagaimana supaya hutan dan alam ini bisa terjaga terlindungi tetapi juga di sisi lain masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi," ujar Jacobus.
Founder Niora Indonesia Eet Etih Suryatin menjelaskan bahwa pemanfaatan hasil dari sereh wangi ini pun beragam. "Pengalaman saya dari Keerom sereh wangi ini dapat diolah menjadi berbagai macam produk,misalnya minyak astiri, sabun tangan, sabun cuci piring, atau cuci tangan, juga anti nyamuk, dan bisa juga misalnya yang sekarang paling banyak dicari handsanitizer," katanya.
Program PAPeDA yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dan didukung oleh The Asia Foundation (TAF) telah menghasilkan beberapa produk pangan inovatif bernilai ekonomi tinggi. Di antaranya balsem cair hingga keladi. Namun kali ini, PAPeDA akan mengembangkan produk pangan inovatif dari sereh wangi.
Pengagas produk sereh wangi Keerom, Arie Sutte mengatakan bahwa untuk memilih produk sereh wangi tersebut melalui proses panjang. "Awalnya bukan hanya sereh wangi, ada nilam dan sebagainya. Tapi dari proses konsultasi dengan berbagai pihak, akhirnya munculah tanaman serah wangi ini," tuturnya.
Lebih lanjut, Arie Sutte menjelaskan perimbangan dipilihnya sereh wangi di antaranya karena faktor iklim. "Dari segi iklim, tanaman sereh ini, saya kira sudah diketahui umum, sudah sangat cocok untuk iklim di wilayah Keerom," ucapnya.
Selain faktor, ekonomi faktor sosial budaya juga menjadi salah satu pertimbangan pemilihan tanaman sereh. "Tanaman sereh ini bukan tanaman yang langka atau asing bagi masyarakat Keerom. Selama ini mereka sudah banyak menanam tetapi belum dalam sekala besar," jelasnya.
Selain itu, Arie Sutte juga mengatakan bahwa sudah ada stakeholder lain yang sudah bergerak atau menanam tanaman sereh di Keerom sebelum program PAPeDA. "Sebelum program ini, ternyata Bappeda Keeom itu sudah menanam. Sudah ada 20 ha lebih. Dan ini sangat mendukung," ungkapnya.
Eet Etih Suryatin menambahkan bahwa pada dasarnya pasar dari produk sereh wangi ini sangat luas, bahkan bisa merambah pasar ekspor. "Yang saya pelajari, di sekitar tahun 2007-an, tren untuk ekspor ini sangat tinggi, pasar juga luas. Di Jepang agak tinggi," tuturnya.
Ia juga memaparkan bahwa sereh wangi ini sangat potensial untuk industri-industri astiri, kimia, aroma terap, farmasi, hingga ke kosmetik. Namun, Eet Etih Suryatin itu juga mengatakan bahwa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan juga mempengaruhi budidaya sereh wangi, terutama dalam hal permintaan pasar.
Lihat Juga: Soroti Program Transmigrasi ke Papua, Tokoh Masyarakat: Pemberdayaan Masyarakat yang Harus Dilakukan
(shf)