Ketika Menteri Luhut Curhat Tentang Mendiang Gus Dur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjadi sasaran kritik dan serangan sejumlah kalangan membuat Luhut B. Pandjaitan tak kuasa untuk mencurahkan kegundahannya. Pekan lalu, di akun Facebooknya, Menko Kemaritiman dan Investasi itu juga menuliskan sebagian kenangannya terhadap mendiang Gus Dur.
"Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan? Momen seperti ini membuat saya rindu kepada almarhum Gus Dur yang semangat positifnya selalu menginspirasi setiap langkah saya menjalani hidup sebagai pejabat negara," tulis Luhut.
Hubungan dekat antara Gus Dur dan Luhut sempat terekam dalam buku 'Mata Batin Gus Dur, Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai' karya Imam Anshori Saleh (2017).
Medio tahun 1999, Luhut yang akan diangkat menjadi duta besar bertemu Gus Dur di sebuah acara buka bersama di bilangan Kramat Jati, Jakarta. Ketika itu, sang kiai mengungkapkan dirinya sebentar lagi menjadi presiden.
"Waktu itu bulan Juni pas bulan puasa, saya kaget dan keceplosan mengatakan, 'beneran itu, Gus?," ujar Luhut mengenang.
Gus Dur meyakinkan Luhut tentang ucapannya,"Saya belum batal puasa, lho." Ia juga menambahkan nama-nama kiai yang memberitahukan tentang isyarat tersebut. "Karena tidak ingin cari masalah, dalam hati saya berkata, sesuka-suka kamu saja, Gus'," imbuh Luhut.
Sampai di akhir acara, Gus Dur lagi-lagi mengatakan dirinya akan menjadi Presiden Republik Indonesia. "Dan setelah saya menjadi presiden, saya akan panggil Pak Luhut pulang ke Indonesia karena tidak cocok menjadi dubes," jelasnya.
Pernyataan Gus Dur memang tidak main-main, tak berselang lama dia beneran jadi Presiden. Ketika ia menjabat menjadi RI 1, Luhut yang menjadi Dubes Singapura dipanggil pulang dan dipercaya menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Seorang negarawan memang tidak pernah mengingkari janji.
"Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan? Momen seperti ini membuat saya rindu kepada almarhum Gus Dur yang semangat positifnya selalu menginspirasi setiap langkah saya menjalani hidup sebagai pejabat negara," tulis Luhut.
Hubungan dekat antara Gus Dur dan Luhut sempat terekam dalam buku 'Mata Batin Gus Dur, Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai' karya Imam Anshori Saleh (2017).
Medio tahun 1999, Luhut yang akan diangkat menjadi duta besar bertemu Gus Dur di sebuah acara buka bersama di bilangan Kramat Jati, Jakarta. Ketika itu, sang kiai mengungkapkan dirinya sebentar lagi menjadi presiden.
"Waktu itu bulan Juni pas bulan puasa, saya kaget dan keceplosan mengatakan, 'beneran itu, Gus?," ujar Luhut mengenang.
Gus Dur meyakinkan Luhut tentang ucapannya,"Saya belum batal puasa, lho." Ia juga menambahkan nama-nama kiai yang memberitahukan tentang isyarat tersebut. "Karena tidak ingin cari masalah, dalam hati saya berkata, sesuka-suka kamu saja, Gus'," imbuh Luhut.
Sampai di akhir acara, Gus Dur lagi-lagi mengatakan dirinya akan menjadi Presiden Republik Indonesia. "Dan setelah saya menjadi presiden, saya akan panggil Pak Luhut pulang ke Indonesia karena tidak cocok menjadi dubes," jelasnya.
Pernyataan Gus Dur memang tidak main-main, tak berselang lama dia beneran jadi Presiden. Ketika ia menjabat menjadi RI 1, Luhut yang menjadi Dubes Singapura dipanggil pulang dan dipercaya menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Seorang negarawan memang tidak pernah mengingkari janji.
(hus)