Dampak Covid-19, Supply Shock dan Demand Shock Terjadi Secara Bersamaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengantisipasi perubahan perekonomian nasional yang terdampak Covid-19 dan mempersiapkan new normal sektor usaha, Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) menggelar Webinar Nasional bersama bertajuk "Potret Kondisi dan Prediksi New Normal Ekonomi Indonesia".
Kesimpulannya menyebutkan bahwa pandemik Covid -19 telah serata-merta menghentikan banyak kegiatan produksi akibat pembatasan mobilitas manusia, sehingga terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan.
Webinar menampilkan dua pembicara utama, yakni Ketua Umum Japnas Bayu Priawan Djokosoetono dan ekonom Faisal Basri, yang dimoderatori oleh Wakil Ketua Umum Japnas, Boncau Fakkari Maza.
“Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terganggunya kegiatan ekonomi bisnis secara ekstrim – khususnya sektor produksi, sehingga jalinan mata rantai sektor terkait juga terganggu, bahkan sudah ada yang mengalami stagnasi,” kata Bayu Priawan yang juga dikenal sebagai pengusaha sektor transportasi tersebut.
Chairman Bluebird Group, perusahaan taksi terbesar di tanah air itu mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha, sebagaimana dilakukan oleh hampir semua negara di dunia – dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19. “Namun dunia usaha perlu melakukan prediksi secara cermat dan lebih prudential agar tidak terlalu dalam menanggung risiko,” katanya .(BACA JUGA: Stok Pangan Bahan Pokok di Sumut Cukup hingga 3 Bulan ke Depan)
Sementara itu, Faisal Basri mengatakan, telah terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan akibat pandemic global Covid-19, khususnya sektor manufaktur hulu - hilir, sehingga pengaruhnya dahsyat ke sektor lainnya. “Bahkan sektor keuangan mengalami guncangan, bursa saham dan pasar obligasi ikut tertekan. Investasi nyaris berhenti, dan jutaan pekerja telah dirumahkan,” katanya.
Hampir semua negara di dunia, kata Faisal, ekonominya mengalami tekanan yang hebat akibat pandemic Coronavirus. “Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan demand shock, menggeser aggregate demand ke kiri atau ke bawah. Semua negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk menangani Covid-19, sekaligus mitigasi dampaknya, khususnya sektor ekonomi - bisnis,” jelas Faisal.
Faisal membandingkan krisis ekonomi dan depresi besar pada 1929 akibat wabah penyakit yang nota-bene berbeda dengan kondisi dunia akibat pandemic Coronavirus pada 2019. Pada masa yang lalu, katanya, langsung tersedia obatnya dengan sejumlah kebijakan ekonomi untuk memulihkannya. Berbagai perangkat kebijakan ekonomi membuat kegiatan usaha dan masyarakat bisa terus berlangsung - walaupun skalanya menciut.
“Tapi akibat pandemic Covid-19 saat ini, semua berjalan serba tidak jelas,” kata Faisal Basri. (BACA JUGA: Dampak Pandemi Covid-19, Pendapatan Grab Merosot)
Dihubungi di sela - sela Webinar, Ketua Harian Jaringan Pengusaha Nasional Widiyanto Saputro sangat antusias. "Kami pengusaha pada prinsipnya selalu membutuhkan informasi kondisi dan forecast ekonomi aktual yang terpercaya, peta jalan yang cukup bisa diandalkan menghadapi situasi Covid 19 ini," jelasnya. Ini kondisi luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Dia juga meminta semua pihak memahami dimana ombak besar dan dimana karang. "Sekalipun kita tak mampu mengatur arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan layar. Mengambil kesempatan, tumbuh dan melaju cepat kedepan," ujar pemilik Arumbumi Group ini penuh semangat.
Dalam webinar kali ini tercatat 380 anggota Japnas terdaftar, tersebar dari 15 Provinsi yang diwakili para Ketua Umum Wilayah masing-masing. Ketua Umum Japnas Wilayah Jawa Timur Moh. Supriyadi ST, MT saat dikonfirmasi awak media menyatakan bahwa di daerah khususnya Jatim, para pengusaha sudah mulai menyiapkan langkah aksi dan bersiap kondisi terburuk.
Kesimpulannya menyebutkan bahwa pandemik Covid -19 telah serata-merta menghentikan banyak kegiatan produksi akibat pembatasan mobilitas manusia, sehingga terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan.
Webinar menampilkan dua pembicara utama, yakni Ketua Umum Japnas Bayu Priawan Djokosoetono dan ekonom Faisal Basri, yang dimoderatori oleh Wakil Ketua Umum Japnas, Boncau Fakkari Maza.
“Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terganggunya kegiatan ekonomi bisnis secara ekstrim – khususnya sektor produksi, sehingga jalinan mata rantai sektor terkait juga terganggu, bahkan sudah ada yang mengalami stagnasi,” kata Bayu Priawan yang juga dikenal sebagai pengusaha sektor transportasi tersebut.
Chairman Bluebird Group, perusahaan taksi terbesar di tanah air itu mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha, sebagaimana dilakukan oleh hampir semua negara di dunia – dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19. “Namun dunia usaha perlu melakukan prediksi secara cermat dan lebih prudential agar tidak terlalu dalam menanggung risiko,” katanya .(BACA JUGA: Stok Pangan Bahan Pokok di Sumut Cukup hingga 3 Bulan ke Depan)
Sementara itu, Faisal Basri mengatakan, telah terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan akibat pandemic global Covid-19, khususnya sektor manufaktur hulu - hilir, sehingga pengaruhnya dahsyat ke sektor lainnya. “Bahkan sektor keuangan mengalami guncangan, bursa saham dan pasar obligasi ikut tertekan. Investasi nyaris berhenti, dan jutaan pekerja telah dirumahkan,” katanya.
Hampir semua negara di dunia, kata Faisal, ekonominya mengalami tekanan yang hebat akibat pandemic Coronavirus. “Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan demand shock, menggeser aggregate demand ke kiri atau ke bawah. Semua negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk menangani Covid-19, sekaligus mitigasi dampaknya, khususnya sektor ekonomi - bisnis,” jelas Faisal.
Faisal membandingkan krisis ekonomi dan depresi besar pada 1929 akibat wabah penyakit yang nota-bene berbeda dengan kondisi dunia akibat pandemic Coronavirus pada 2019. Pada masa yang lalu, katanya, langsung tersedia obatnya dengan sejumlah kebijakan ekonomi untuk memulihkannya. Berbagai perangkat kebijakan ekonomi membuat kegiatan usaha dan masyarakat bisa terus berlangsung - walaupun skalanya menciut.
“Tapi akibat pandemic Covid-19 saat ini, semua berjalan serba tidak jelas,” kata Faisal Basri. (BACA JUGA: Dampak Pandemi Covid-19, Pendapatan Grab Merosot)
Dihubungi di sela - sela Webinar, Ketua Harian Jaringan Pengusaha Nasional Widiyanto Saputro sangat antusias. "Kami pengusaha pada prinsipnya selalu membutuhkan informasi kondisi dan forecast ekonomi aktual yang terpercaya, peta jalan yang cukup bisa diandalkan menghadapi situasi Covid 19 ini," jelasnya. Ini kondisi luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Dia juga meminta semua pihak memahami dimana ombak besar dan dimana karang. "Sekalipun kita tak mampu mengatur arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan layar. Mengambil kesempatan, tumbuh dan melaju cepat kedepan," ujar pemilik Arumbumi Group ini penuh semangat.
Dalam webinar kali ini tercatat 380 anggota Japnas terdaftar, tersebar dari 15 Provinsi yang diwakili para Ketua Umum Wilayah masing-masing. Ketua Umum Japnas Wilayah Jawa Timur Moh. Supriyadi ST, MT saat dikonfirmasi awak media menyatakan bahwa di daerah khususnya Jatim, para pengusaha sudah mulai menyiapkan langkah aksi dan bersiap kondisi terburuk.
(vit)