Berobat Pakai KTP Sediakan Aplikasi ‘Wargaku Surabaya’, Penduduk Luar Kota Gigit Jari
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jelang pemakaian KTP sebagai syarat berobat di Surabaya, sosialisasi masif mulai dilakukan pada warga. Bagi warga Kota Pahlawan mereka tak lagi memakai kartu BPJS untuk mendapatkan akses layanan kesehatan gratis.
Untuk memasifkan informasi tersebut, Pemkot Surabaya melakukan sosialisasi melalui kelurahan/kecamatan, serta beberapa media sosial yang dikelola instansi Pemkot Surabaya, Rabu (31/3/2021).
Baca juga: Direksi PDAM Giri Tirta Gresik Diperiksa KPK, Diduga Terkait Pengadaan Barang 2012
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menuturkan, sebagai bahan evaluasi ke depannya, pemkot juga menyediakan layanan pengaduan melalui aplikasi berbasis android bernama “Wargaku Surabaya”. Aplikasi itu dapat diunduh masyarakat secara gratis melalui Google Playstore.
Pemkot Surabaya juga menyiapkan layanan Call Center khusus pengaduan program tersebut. Keberadaan Call Center ini disiapkan untuk membantu warga yang mengalami kendala ketika menggunakan layanan kesehatan itu. Nantinya, petugas Call Center dapat merespons cepat setiap pengaduan yang disampaikan warga.
"Jadi mereka (call center) harus bisa menjawab dan bisa menangani, menyelesaikan permasalahan. Ini yang kita harapkan. Pelayanan ini akan kita maksimalkan lebih baik lagi," kata Armuji.
Baca juga: Kelelahan, Pengayuh Becak di Blitar Tewas dengan Posisi Duduk
Terobosan yang dilakukan Kota Surabaya dengan memangkas semua rantai persyaratan menerima layanan kesehatan ini bisa menjadi role model di Indonesia. Apalagi memastikan semua warganya bisa memperoleh layanan kesehatan cukup mengunakan KTP saja.
Kemudahan dalam berobat di rumah sakit ini tentu membuat warga yang tak memiliki KTP Surabaya gigit jari. Termasuk mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di Surabaya namun statusnya belum warga Surabaya.
“Enak banget kalau cukup pakai KTP. Saya ini nggak pnya KTP Surabaya, padahal sudah 21 tahun hidup di sini (Surabaya), rasanya sedih,” kata Siwi, salah satu warga Wonokromo.
Sampai saat ini, Siwi memang masih memiliki KTP Bojonegoro. Ia belum melakukan mutasi KTP meskipun dirinya sudah puluhan tahun sudah tinggal di Surabaya. “Rasanya menyesal kalau begini,” jelasnya.
Untuk memasifkan informasi tersebut, Pemkot Surabaya melakukan sosialisasi melalui kelurahan/kecamatan, serta beberapa media sosial yang dikelola instansi Pemkot Surabaya, Rabu (31/3/2021).
Baca juga: Direksi PDAM Giri Tirta Gresik Diperiksa KPK, Diduga Terkait Pengadaan Barang 2012
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menuturkan, sebagai bahan evaluasi ke depannya, pemkot juga menyediakan layanan pengaduan melalui aplikasi berbasis android bernama “Wargaku Surabaya”. Aplikasi itu dapat diunduh masyarakat secara gratis melalui Google Playstore.
Pemkot Surabaya juga menyiapkan layanan Call Center khusus pengaduan program tersebut. Keberadaan Call Center ini disiapkan untuk membantu warga yang mengalami kendala ketika menggunakan layanan kesehatan itu. Nantinya, petugas Call Center dapat merespons cepat setiap pengaduan yang disampaikan warga.
"Jadi mereka (call center) harus bisa menjawab dan bisa menangani, menyelesaikan permasalahan. Ini yang kita harapkan. Pelayanan ini akan kita maksimalkan lebih baik lagi," kata Armuji.
Baca juga: Kelelahan, Pengayuh Becak di Blitar Tewas dengan Posisi Duduk
Terobosan yang dilakukan Kota Surabaya dengan memangkas semua rantai persyaratan menerima layanan kesehatan ini bisa menjadi role model di Indonesia. Apalagi memastikan semua warganya bisa memperoleh layanan kesehatan cukup mengunakan KTP saja.
Kemudahan dalam berobat di rumah sakit ini tentu membuat warga yang tak memiliki KTP Surabaya gigit jari. Termasuk mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di Surabaya namun statusnya belum warga Surabaya.
“Enak banget kalau cukup pakai KTP. Saya ini nggak pnya KTP Surabaya, padahal sudah 21 tahun hidup di sini (Surabaya), rasanya sedih,” kata Siwi, salah satu warga Wonokromo.
Sampai saat ini, Siwi memang masih memiliki KTP Bojonegoro. Ia belum melakukan mutasi KTP meskipun dirinya sudah puluhan tahun sudah tinggal di Surabaya. “Rasanya menyesal kalau begini,” jelasnya.
(msd)