Stigma Buruk Masih Membayangi para Penyintas COVID-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pandemi COVID-19 sudah berjalan satu tahun lebih. Jumlah warga Indonesia yang terpapar virus asal Wuhan inipun sudah mencapai jutaan dan puluhan ribu meninggal. Namun juga tidak sedikit yang dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19. Meski sudah hampir bersahabat dengan COVID-19, ternyata masih ada stigma-stigma negatif yang ditujukan pada para penyintas COVID-19.
Seperti yang diungkapkan oleh Radian Jadid. Para penyintas COVID-19 kerap mengalami kondisi yang tidak mudah. Selain harus menjalani rangkaian tindakan medis untuk penyembuhan, juga ada tekanan psikis akibat masih ada masyarakat yang memberi stigma buruk atau memperlakukan penyintas dengan berbeda. Baca juga: Pemerintah Kembali Larang Mudik, Bagaimana Nasib Pekerja Moda Transportasi Umum?
Penyintas COVID-19 ini berharap, masyarakat dapat menerima kembali dan menghentikan stigma yang tidak tepat. Karena mereka sudah dinyatakan sembuh secara medis dan oleh instansi yang berwenang. Justru peran aktif penyintas penting untuk membantu pemerintah menyosialisasikan informasi yang tepat tentang bagaimana menyembuhkan dan mencegah COVID-19.
Kami yang sudah mengalami sendiri akan lebih mudah menjelaskan dan lebih dipercaya,” katanya saat menjadi pembicara dalam talkshow dan diskusi tentang Pentingnya Donor Darah dan Donor Plasma Konvalesen pada Masa Pandemi COVID-19 , diatas Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (30/3/2021).
Untuk itu, Direktur Kapal Rumah Sakit Terapung Airlangga, dr. Agus Harianto, mengajak kepada masyarakat luas agar tidak mengucilkan saudara para penyintas COVID-19. Menurutnya, langkah solidaritas mereka untuk mendonorkan plasma konvalesen sudah sepatutnya diapresiasi dengan tangan terbuka supaya kembali beraktivitas bersama dalam keseharian.
"Tanpa perlu kekhawatiran yang berlebihan. Yang terpenting kita semua disiplin menjalankan Protokol Kesehatan 5M,” tegas dokter yang baru kembali dari misi sosial membantu korban Gempa Majene di Sulawesi beberapa waktu lalu.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V, Laksamana Pertama (Laksma) TNI Mohamad Zaenal. Kata dia, upaya bersama untuk menghapus stigma pada penyintas dan langkah dalam memerangi COVID-19 harus terus dilakukan.
”Saya berkeyakinan, dengan kemudahan informasi publik yang mengedukasi masyarakat secara continue (berkelanjutan), persepsi terhadap penyintas COVID-19 akan semakin obyektif. Sudah menjadi komitmen TNI AL dalam hal ini Lantamal V, untuk terus memerangi pandemi dengan melakukan berbagai upaya Percepatan Penanganan COVID-19. Salah satunya terus bersinergi bersama komponen lainnya, seperti yang saat ini kita lakukan," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Marines, Umar, menyebut bahwa Pelindo Marines dan grup usahanya berinisiatif untuk menggelar aksi sosial donor darah dan donor plasma konvalesen. Gagasan aksi sosial Mariners Peduli tersebut disambut baik oleh Yayasan Ksatria Medika Airlangga, Palang Merah Indonesia, dan Lantamal V Surabaya. Kemudian juga turut bergabung relawan dari Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen dan Relawan Pendamping Keluarga Pasien COVID-19.
Diketahui, pada masa pandemi COVID-19 , pasokan stok darah di kota-kota besar di Indonesia menurun antara 30 persen hingga 50 persen. Untuk PMI Kota Surabaya dilaporkan membutuhkan sekitar 300 kantung darah per hari untuk kebutuhan rumah sakit di Kota Pahlawan.
Seperti yang diungkapkan oleh Radian Jadid. Para penyintas COVID-19 kerap mengalami kondisi yang tidak mudah. Selain harus menjalani rangkaian tindakan medis untuk penyembuhan, juga ada tekanan psikis akibat masih ada masyarakat yang memberi stigma buruk atau memperlakukan penyintas dengan berbeda. Baca juga: Pemerintah Kembali Larang Mudik, Bagaimana Nasib Pekerja Moda Transportasi Umum?
Penyintas COVID-19 ini berharap, masyarakat dapat menerima kembali dan menghentikan stigma yang tidak tepat. Karena mereka sudah dinyatakan sembuh secara medis dan oleh instansi yang berwenang. Justru peran aktif penyintas penting untuk membantu pemerintah menyosialisasikan informasi yang tepat tentang bagaimana menyembuhkan dan mencegah COVID-19.
Kami yang sudah mengalami sendiri akan lebih mudah menjelaskan dan lebih dipercaya,” katanya saat menjadi pembicara dalam talkshow dan diskusi tentang Pentingnya Donor Darah dan Donor Plasma Konvalesen pada Masa Pandemi COVID-19 , diatas Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (30/3/2021).
Untuk itu, Direktur Kapal Rumah Sakit Terapung Airlangga, dr. Agus Harianto, mengajak kepada masyarakat luas agar tidak mengucilkan saudara para penyintas COVID-19. Menurutnya, langkah solidaritas mereka untuk mendonorkan plasma konvalesen sudah sepatutnya diapresiasi dengan tangan terbuka supaya kembali beraktivitas bersama dalam keseharian.
"Tanpa perlu kekhawatiran yang berlebihan. Yang terpenting kita semua disiplin menjalankan Protokol Kesehatan 5M,” tegas dokter yang baru kembali dari misi sosial membantu korban Gempa Majene di Sulawesi beberapa waktu lalu.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V, Laksamana Pertama (Laksma) TNI Mohamad Zaenal. Kata dia, upaya bersama untuk menghapus stigma pada penyintas dan langkah dalam memerangi COVID-19 harus terus dilakukan.
”Saya berkeyakinan, dengan kemudahan informasi publik yang mengedukasi masyarakat secara continue (berkelanjutan), persepsi terhadap penyintas COVID-19 akan semakin obyektif. Sudah menjadi komitmen TNI AL dalam hal ini Lantamal V, untuk terus memerangi pandemi dengan melakukan berbagai upaya Percepatan Penanganan COVID-19. Salah satunya terus bersinergi bersama komponen lainnya, seperti yang saat ini kita lakukan," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Marines, Umar, menyebut bahwa Pelindo Marines dan grup usahanya berinisiatif untuk menggelar aksi sosial donor darah dan donor plasma konvalesen. Gagasan aksi sosial Mariners Peduli tersebut disambut baik oleh Yayasan Ksatria Medika Airlangga, Palang Merah Indonesia, dan Lantamal V Surabaya. Kemudian juga turut bergabung relawan dari Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen dan Relawan Pendamping Keluarga Pasien COVID-19.
Diketahui, pada masa pandemi COVID-19 , pasokan stok darah di kota-kota besar di Indonesia menurun antara 30 persen hingga 50 persen. Untuk PMI Kota Surabaya dilaporkan membutuhkan sekitar 300 kantung darah per hari untuk kebutuhan rumah sakit di Kota Pahlawan.