Bangga Gunakan Produk Lokal, Gubernur Pesan Sepeda Lipat Billiton Hasil Karya Putra Belitung
loading...
A
A
A
Bagaimana tercetusnya ide "Billiton" untuk dijadikan brand sepeda lipat ini? Pengelola Belitong Maritime Ecotourism, Daniel Alexander mengatakan, tercetusnya pemilihan nama brand "Billiton" dikarenakan sejarah daerah tersebut sejak dulu menjadi tempat yang strategis di Indonesia. Ditambah kehadiaran dua perusahaan tambang terbesar di dunia itu terdapat di pulau Belitung.
Thomas Stamford Raffles pernah menulis dalam suratnya bahwa berdasarkan suatu perjanjian di zaman kolonialisme antara Inggris dan Belanda, Billiton jatuh ke tangan Belanda. Sehingga dia terpaksa harus menjadikan Singapura untuk mengganti Billiton menjadi pusat perdagangan yang baru. Secara histori, Billiton memang sangat istimewa. "Kita berusaha menangkap pola ini kemudian melahirkan ide produksi sepeda Billiton dari pulau Belitung," ungkap Daniel Alexander.
Sepeda ini terbuat dari bahan alumunium dengan berat dibawa hanya 10 kg ditambah harga yang terjangkau serta desain kekinian. Warna alami aluminium didesain tanpa pilihan warna lain untuk menjaga keaslian, yaitu warna alumunium (silver). "Prototype ini dibuat di Cibinong sebanyak 51 sepeda untuk produksi pertama, ke depan produksi akan dilakukan di Belitung," ungkap Daniel.
Spirit atas ide produk ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menjadikan produk sepeda lipat Billiton dapat bersaing di skala internasional nanti. Dikarenakan produk lokal juga memiliki inovasi-inovasi baru dari wawasan yang dipelajari dari brand ternama lainnya.
Bahkan produksi sepeda Billiton dengan spesifikasi yang sama bisa dikatakan jauh lebih berkualitas dan terjangkau dari pada brand yang sudah ternama. Dari segi harga jika harus membeli brand ternama, masih harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah.
"Ide dan gagasan ini merupakan karya anak negeri, putra daerah Bangka Belitung khususnya Belitong," tandasnya.
Thomas Stamford Raffles pernah menulis dalam suratnya bahwa berdasarkan suatu perjanjian di zaman kolonialisme antara Inggris dan Belanda, Billiton jatuh ke tangan Belanda. Sehingga dia terpaksa harus menjadikan Singapura untuk mengganti Billiton menjadi pusat perdagangan yang baru. Secara histori, Billiton memang sangat istimewa. "Kita berusaha menangkap pola ini kemudian melahirkan ide produksi sepeda Billiton dari pulau Belitung," ungkap Daniel Alexander.
Sepeda ini terbuat dari bahan alumunium dengan berat dibawa hanya 10 kg ditambah harga yang terjangkau serta desain kekinian. Warna alami aluminium didesain tanpa pilihan warna lain untuk menjaga keaslian, yaitu warna alumunium (silver). "Prototype ini dibuat di Cibinong sebanyak 51 sepeda untuk produksi pertama, ke depan produksi akan dilakukan di Belitung," ungkap Daniel.
Spirit atas ide produk ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menjadikan produk sepeda lipat Billiton dapat bersaing di skala internasional nanti. Dikarenakan produk lokal juga memiliki inovasi-inovasi baru dari wawasan yang dipelajari dari brand ternama lainnya.
Bahkan produksi sepeda Billiton dengan spesifikasi yang sama bisa dikatakan jauh lebih berkualitas dan terjangkau dari pada brand yang sudah ternama. Dari segi harga jika harus membeli brand ternama, masih harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah.
"Ide dan gagasan ini merupakan karya anak negeri, putra daerah Bangka Belitung khususnya Belitong," tandasnya.
(nic)