Cerita Aminudin, dari Marbot Masjid hingga Menghuni Jeruji Besi

Rabu, 10 Maret 2021 - 06:43 WIB
loading...
Cerita Aminudin, dari Marbot Masjid hingga Menghuni Jeruji Besi
Perjalanan hidup Aminudin tidak semanis kebaikan yang ia tebar. Pria 56 tahun yang sehari-hari mengabdi sebagai marbot masjid di kawasan Nginden Surabaya ini harus menjalani ujian hidup cukup berat. Foto SINDOnews
A A A
SURABAYA - Perjalanan hidup Aminudin tidak semanis kebaikan yang ia tebar. Pria 56 tahun yang sehari-hari mengabdi sebagai marbot masjid di kawasan Nginden Surabaya ini harus menjalani ujian hidup cukup berat. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, Amin harus mencicipi pengapnya jeruji besi.Aminudin merupakan warga Menur Pumpungan Gang Masjid Surabaya. Sejak lulus Sekolah Dasar (SD), Amin sudah ditempa ilmu agama di pesantren. Pendidikan agama itulah yang membentuk karakter Amin menjadi sosok bersahaja.

Selain menjadi marbot, kemampuan dia juga dibutuhkan untuk mengajar ngaji para cabe rawit di masjid. "Saya jadi marbot dan mengajar ngaji anak-anak setelah pensiun," katanya saat ditemui di sel tahanan Polsek Sukolilo Surabaya.Dulunya, Aminudin merupakan pegawai BUMN dikawasan Kabupaten Gresik. Seperti layaknya kepala keluarga lainnya, setiap subuh ia berangkat kerja dan pulang malam sebelum akhirnya dipensiunkan karena pandemi. Baca juga: Marbot Masjid Gemparkan Cirebon, Cabuli 13 Anak dan Merekam Aksinya di Ponsel

Dibalik kesibukan pulang-pergi kerja dari Surabaya-Gresik, Amin juga merintis usaha yang dijalankan oleh istrinya. Awalnya, usaha yang dirintis Amin dan istrinya cukup berjalan lancar. Bahkan bisa menampung teman dekatnya bernama Kholil, seorang juru parkir rumah makan yang terpaksa harus berhenti karena lapak parkirnya sepi lantaran terdampak COVID-19.

Namun lama kelamaan usahanya juga kolaps. Istrinya dan Kholil yang dipercaya rupanya tidak mampu mengelola keuangan dengan baik. Meski dagangan laku keras, tapi hutang semakin numpuk. Alhasil, semua usaha ditutup agar hutang tidak menumpuk. "Saya tidak tahu ke mana larinya uang itu. Tapi ya tagihan-tagihan hutang tetap saya tutup," ucapnya.

Singkat cerita, Kholil yang selama ini ditampung dirumah Aminpun tetap tinggal bersama, di salah satu kamar kos rumah Amin. Padahal sudah tidak lagi bekerja. Sehari-hari Kholil hanya menikmati hidup gratisan.Makan, jajan hingga kebutuhan rokok dicukupi oleh Amin. Lama-kelamaan, Amin menyerah dan meminta Kholil segera angkat koper dari rumahnya. "Tapi dia gak mau pergi. Katanya istri saya punya hutang banyak, totalnya mencapai puluhan juta. Setelah saya lunasi dan atas perjanjian bersama RT/RW dia baru mau pergi," tuturnya.

Amin mengungkapkan, dia tidak pernah menyangka ternyata selama ini Kholil dan istrinya memiliki hubungan khusus. Di belakang Amin, mereka berdua sering menjalin asmara terselubung. Hal itu diketahui setelah Kholil angkat kaki dari rumahnya.

Saat itu, istrinya meminta uang untuk membayar hutang. "Saya kejar hutang ke siapa. Lalu saya minta nomor rekening dan nomor handphone yang akan dibayar, kok katanya jauh diluar kota," kata dia.Setelah mendapat nomor handphone, Amin menyimpan di gadget milinya. Ternyata di situ tertera profil Kholil. "Saya mengira uang itu buat bayar kos-kosan. Sebagai pancingan tetap saya transfer," katanya.

Sejak saat itulah Amin menelusuri keberadaan Kholil. Hingga pada akhirnya hubungan gelap istrinya dan Kholil terbongkar. Amin memergoki sendiri istrinya keluar dari kamar kos Kholil di kawasan Nginden. "Saya minta istri saya untuk menunjukkan kamarnya Kholil," ujarnya.

Sebagai suami, Amin naik pitam karena merasa dikhianati. Niat baiknya dibalas dengan perselingkuhan. Padahal, sebelumnya Amin sudah pernah berbicara empat mata dengan Kholil, jika menghendaki istrinya jangan diam-diam. Ia rela menceraikan istrinya agar bisa hidup halal bersama Kholil."Begitu saya dapati Kholil berada di kamar kos, saya langsung taburi dia dengan pasir agar lumpuh dan mudah saya hajar. Tapi situasinya banyak orang. Saya dan Kholil dipegangi orang banyak hingga tidak berdaya," paparnya.

Dari situ, Amin teringat bahwa di sakunya tersimpan pisau ayam potong. Pisau itu niatnya untuk menyayat ayam dagangan milik keponakannya di pasar. "Lalu saya ambil pisau dan saya tusukkan ke Kholil. Karena mau mukul gak bisa," kata dia.Peristiwa penusukan itulah yang mengantarkan Amin ke jeruji besi. Ia dibawal oleh warga ke polisi dan harus mempertanggungjawabkan kelalaiannya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)