Kisah Pasukan Khusus Penjaga Terang di Tengah Banjir Semarang
loading...
A
A
A
SEMARANG - Banjir yang merendam Kota Semarang , Jawa Tengah bukan hanya melumpuhkan urat nadi perekonomian, tetapi juga menimbulkan ancaman tak kalah besar. Sengatan listrik menjadi momok menakutkan di seluruh kawasan terdampak banjir.
Setidaknya terdapat tiga orang yang meninggal dunia akibat tersengat listrik ketika banjir menerjang. Dua orang tewas ketika banjir yang terjadi pada 6 Februari, yakni di Semarang Utara dan Semarang Timur. Korban jiwa kembali terjadi pada 26 Februari, yakni seorang pengguna jalan tersengat listrik tiang lampu penerangan jalan umum (LPJU) di Jalan Raya Kaligawe.
Baca juga: Genangan Banjir Semarang Masih Tinggi, Mobil Belum Bisa Lewat Jalan Kaligawe
Meski banjir, aliran listrik tidak diputus total agar aktivitas warga masih berjalan. Pemadaman dilakukan setelah petugas PLN memastikan jaringan di lokasi tak aman. Sebab jika dilakukan pemadaman menyeluruh akan menghambat aktivitas masyarakat dan banjir protes di media sosial.
“Sekadar info kondisi terkini Parang Barong VII Tlogosari, koyo kota mati. Banjir dan listrik mati,” ungkap seorang warga melalui grup percakapan.
Manajer PT PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Semarang, Donny Ardiansyah, mengatakan, memiliki tim khusus yang bersiaga selama cuaca ekstrem. Pasukan itu tergabung melalui Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) yang bersiaga dan bertugas 24 jam penuh.
“Kemarin kita terjunkan 3 tim, karena kita dibantu dari Demak dan Salatiga. Kita dari Semarang ada 12 orang, lalu ditambah dari Demak dan Salatiga masing-masing 8 personel, sehingga total ada 28 personel,” kata Donny, Minggu (28/2/2021).
Dia menjelaskan, penambahan personel PDKB sangat diperlukan mengingat intensitas hujan sangat tinggi pada awal Februari. Bertepatan dengan program Jateng di Rumah Saja yang dicetuskan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, banjir besar menerjang Semarang pada 6 - 7 Februari.
“Mereka (petugas dari Demak dan Salatiga) ini melakukan backup, membantu kita untuk terjun di Semarang. Sebab, di awal-awal Februari tepatnya tanggal 6 - 7, cuaca ekstrem. Mereka selama empat hari membantu melakukan recovery daerah-daerah yang padam (listrik) agar kembali terang,” katanya.
Setidaknya terdapat tiga orang yang meninggal dunia akibat tersengat listrik ketika banjir menerjang. Dua orang tewas ketika banjir yang terjadi pada 6 Februari, yakni di Semarang Utara dan Semarang Timur. Korban jiwa kembali terjadi pada 26 Februari, yakni seorang pengguna jalan tersengat listrik tiang lampu penerangan jalan umum (LPJU) di Jalan Raya Kaligawe.
Baca juga: Genangan Banjir Semarang Masih Tinggi, Mobil Belum Bisa Lewat Jalan Kaligawe
Meski banjir, aliran listrik tidak diputus total agar aktivitas warga masih berjalan. Pemadaman dilakukan setelah petugas PLN memastikan jaringan di lokasi tak aman. Sebab jika dilakukan pemadaman menyeluruh akan menghambat aktivitas masyarakat dan banjir protes di media sosial.
“Sekadar info kondisi terkini Parang Barong VII Tlogosari, koyo kota mati. Banjir dan listrik mati,” ungkap seorang warga melalui grup percakapan.
Manajer PT PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Semarang, Donny Ardiansyah, mengatakan, memiliki tim khusus yang bersiaga selama cuaca ekstrem. Pasukan itu tergabung melalui Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) yang bersiaga dan bertugas 24 jam penuh.
“Kemarin kita terjunkan 3 tim, karena kita dibantu dari Demak dan Salatiga. Kita dari Semarang ada 12 orang, lalu ditambah dari Demak dan Salatiga masing-masing 8 personel, sehingga total ada 28 personel,” kata Donny, Minggu (28/2/2021).
Dia menjelaskan, penambahan personel PDKB sangat diperlukan mengingat intensitas hujan sangat tinggi pada awal Februari. Bertepatan dengan program Jateng di Rumah Saja yang dicetuskan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, banjir besar menerjang Semarang pada 6 - 7 Februari.
“Mereka (petugas dari Demak dan Salatiga) ini melakukan backup, membantu kita untuk terjun di Semarang. Sebab, di awal-awal Februari tepatnya tanggal 6 - 7, cuaca ekstrem. Mereka selama empat hari membantu melakukan recovery daerah-daerah yang padam (listrik) agar kembali terang,” katanya.