Kota Bandung Kembangkan Sistem Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Informasi
loading...
A
A
A
BANDUNG - Kota Bandung hingga kini masih menyimpan permasalahan yang cukup pelik, yakni masih besarnya volume sampah yang belum mampu dikelola hingga mencemari lingkungan.
Berdasarkan data Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung, setiap warga Kota Bandung menghasilkan sampah 0,6 kg. Dengan kata lain, total volume sampah yang dihasilkan mencapai 1.600 ton per hari. Ironisnya, hanya 1.200 ton sampah per hari yang mampu dikelola.
Dari jumlah tersebut, 30 persen di antaranya merupakan jenis sampah non-organik dan 10 persen lainnya sampah plastik. Berbagai program pun telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Bandung guna memperbaiki pengelolaan sampah dan kepedulian lingkungan di tingkat warga, seperti hadirnya program Buruan SAE dan Kang Pisman.
Baca juga: Bencana Alam, BPBD Kota Cimahi Sebut Banjir dan Puting Beliung Mendominasi
Melihat kondisi tersebut, Kota Bandung dinilai membutuhkan pengolahan sampah yang lebih efektif dan efisien melalui penerapan sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Lewat sistem tersebut, salah satu perusahaan startup asal Bandung menghadirkan aplikasi bernama Greeny
untuk memudahkan pengolahan sampah non-organik dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Bahkan, Greeny juga memanfaatkan jasa layanan perbankan. Pasalnya, Greeny adalah platform yang mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai uang. Aplikasi tersebut, memberikan solusi untuk lingkungan hidup dan memberikan penghasilan kepada warga serta memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sebagai mitra dan pelapak sampah.
Baca juga: Bule Cantik Adriana Dibunuh Pacarnya dengan Pisau Lempar dari Slovakia
"Setiap pengguna Greeny hanya cukup menempatkan sampah plastik, kertas, dan logam ke dalam wadah yang telah disediakan oleh Greeny di setiap rumah pengguna aplikasi," ujar Founder Greeny, Boy Tjakra dalam webinar bersama warga Kelurahan Padang Serang, Kota Bandung, Kamis (21/1/2021) kemarin.
Boy menjelaskan, sampah non-organik yang dimasukan ke dalam wadah telah dikelompokan seperti plastik, kertas, dan logam. Setelah wadah sampah pengguna penuh, pengguna aplikasi tinggal menekan tombol untuk memanggil mitra melalui fitur kontak, chat maupun WhatsApp.
Berdasarkan data Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung, setiap warga Kota Bandung menghasilkan sampah 0,6 kg. Dengan kata lain, total volume sampah yang dihasilkan mencapai 1.600 ton per hari. Ironisnya, hanya 1.200 ton sampah per hari yang mampu dikelola.
Dari jumlah tersebut, 30 persen di antaranya merupakan jenis sampah non-organik dan 10 persen lainnya sampah plastik. Berbagai program pun telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Bandung guna memperbaiki pengelolaan sampah dan kepedulian lingkungan di tingkat warga, seperti hadirnya program Buruan SAE dan Kang Pisman.
Baca juga: Bencana Alam, BPBD Kota Cimahi Sebut Banjir dan Puting Beliung Mendominasi
Melihat kondisi tersebut, Kota Bandung dinilai membutuhkan pengolahan sampah yang lebih efektif dan efisien melalui penerapan sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Lewat sistem tersebut, salah satu perusahaan startup asal Bandung menghadirkan aplikasi bernama Greeny
untuk memudahkan pengolahan sampah non-organik dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Bahkan, Greeny juga memanfaatkan jasa layanan perbankan. Pasalnya, Greeny adalah platform yang mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai uang. Aplikasi tersebut, memberikan solusi untuk lingkungan hidup dan memberikan penghasilan kepada warga serta memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sebagai mitra dan pelapak sampah.
Baca juga: Bule Cantik Adriana Dibunuh Pacarnya dengan Pisau Lempar dari Slovakia
"Setiap pengguna Greeny hanya cukup menempatkan sampah plastik, kertas, dan logam ke dalam wadah yang telah disediakan oleh Greeny di setiap rumah pengguna aplikasi," ujar Founder Greeny, Boy Tjakra dalam webinar bersama warga Kelurahan Padang Serang, Kota Bandung, Kamis (21/1/2021) kemarin.
Boy menjelaskan, sampah non-organik yang dimasukan ke dalam wadah telah dikelompokan seperti plastik, kertas, dan logam. Setelah wadah sampah pengguna penuh, pengguna aplikasi tinggal menekan tombol untuk memanggil mitra melalui fitur kontak, chat maupun WhatsApp.