Gunung Semeru Meletus, PVMBG Keluarkan Status Level Waspada
loading...
A
A
A
Pada 1 Januari 2021 pukul 14:58 WIB, kata Kasbani, terjadi awan panas guguran dengan jarak luncuran dan arah luncuran tidak dapat teramati karena gunung tertutup kabut. Selama periode 1-15 Januari 2020, teramati aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1000 meter arah Besuk Kobokan.
"Kolom asap letusan teramati dengan ketinggian 200-300 meter, warna asap
putih tebal condong ke arah utara. Sinar api teramati setingi 10 meter di atas puncak," ujarnya.
Lebih lanjut Kasbani mengatakan, jumlah dan jenis gempa yang terekam periode 1-15 Januari 2021 didominasi oleh gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik.
Gempa-gempa vulkanik (gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) terekam dengan jumlah rendah. Selama periode pengamatan, terekam juga gempa awan panas guguran sebanyak satu kali, sedangkan getaran banjir terekam sebanyak 14 kejadian.
"Pada tanggal 16 Januari 2021 pukul 17:24 WIB, terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi durasi 4287 detik," sebutnya.
Berdasarkan analisa pihaknya pasca kejadian awan panas guguran pada 1 Desember 2020, secara visual menunjukkan masih tingginya kejadian guguran lava pijar dengan jarak luncur berkisar antara 500-1000 meter arah Besuk Kobokan.
"Sedangkan Awan Panas Guguran masih teramati sebanyak 1 kejadian. Kegempaan masih berfluktuatif yang didominasi oleh gempa-gempa permukaan," sebutnya.
Dia menerangkan, jumlah kejadian gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi. Hal ini mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi.
"Jumlah kejadian getaran banjir mulai meningkat, mengindikasikan mulai meningkatnya kejadian lahar di aliran Besuk Kobokan seiring meningkatnya curah hujan di wilayah ini," katanya.
Terkait potensi bahaya, Kasbani memaparkan bahwa potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
"Kolom asap letusan teramati dengan ketinggian 200-300 meter, warna asap
putih tebal condong ke arah utara. Sinar api teramati setingi 10 meter di atas puncak," ujarnya.
Lebih lanjut Kasbani mengatakan, jumlah dan jenis gempa yang terekam periode 1-15 Januari 2021 didominasi oleh gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik.
Gempa-gempa vulkanik (gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) terekam dengan jumlah rendah. Selama periode pengamatan, terekam juga gempa awan panas guguran sebanyak satu kali, sedangkan getaran banjir terekam sebanyak 14 kejadian.
"Pada tanggal 16 Januari 2021 pukul 17:24 WIB, terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi durasi 4287 detik," sebutnya.
Berdasarkan analisa pihaknya pasca kejadian awan panas guguran pada 1 Desember 2020, secara visual menunjukkan masih tingginya kejadian guguran lava pijar dengan jarak luncur berkisar antara 500-1000 meter arah Besuk Kobokan.
"Sedangkan Awan Panas Guguran masih teramati sebanyak 1 kejadian. Kegempaan masih berfluktuatif yang didominasi oleh gempa-gempa permukaan," sebutnya.
Dia menerangkan, jumlah kejadian gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi. Hal ini mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi.
"Jumlah kejadian getaran banjir mulai meningkat, mengindikasikan mulai meningkatnya kejadian lahar di aliran Besuk Kobokan seiring meningkatnya curah hujan di wilayah ini," katanya.
Terkait potensi bahaya, Kasbani memaparkan bahwa potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.