Sukses Pelopori Menanam Kopi di Lereng Bromo, Serka Heri Sempat Jadi Korban Longsor
loading...
A
A
A
MALANG - Seorang Bintara Pembina Desa di Koramil 0818/23, Kecamatan Jabung, Malang, Jawa Timur, Serka Heri Purnomo sukses mendorong dan menjadi pelopor masyarakat setempat membudidayakan kopi . Di Kecamatan Jabung yang terletak 1.500 meter di atas permukaan laut itu, terdapat Desa Taji yang kini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi.
Padahal masyarakat Desa Taji awalnya tak mengenal kopi sebagai komoditas pertanian , sebab mereka telanjur terbiasa menanam sayur-sayuran. Masyarakat ketika itu berpikiran mereka belum mengenal secara detail cara menanam, merawat tanaman kopi, ditambah hasil budi daya kopi yang belum tentu menjanjikan.
Siapa sangka, usaha keras Serka Heri Purnomo yang terus-menerus mendorong dan mendampingi masyarakat mampu meluluhkan hati hingga mereka mantap beralih jadi petani kopi, khususnya varietas kopiArabica.
Heri bercerita inspirasi mengembangkan tanaman kopi di daerah tersebut berawal dari keprihatinannya terhadap hutan sekitar yang mulai gundul dan gersang. Akibatnya, kawasan dataran tinggi tersebut kerap diterjang tanah longsor. Bahkan, sempat hampir menghanyutkannya saat awal bertugas di Desa Taji. "Saya awal dinas di sini, pakai sepeda motor trail, sempat mau hanyut kena longsor," kata Serka Heri dalam YouTube TNI AD, Jumat, (1/1/2020).
Dari situ lalu berpikir untuk mengembalikan hutan agar kembali hijau dengan mengajak koordinasi semua pihak, terutama masyarakat karena yang paling terdampak jika longsor adalah masyarakat.
Dari sekian tanaman, akhirnya dipilihkopi sebagai penghijau kembali hutan karena nilai ekonomisnya yang terbilang cukup tinggi. "Kami mengambil salah satu contoh di kopi. Kopi itu kan buahnya di atas. Kopi itu menghijaukan, tapi hasilnya ada," ujarnya. (Baca: Seorang Anak di Cirebon Tewas Terseret Aliran Sungai Deras).
Terhitung sejak Januari 2011, masyarakat Desa Taji di lereng GunungBromo mulai menanam kopi seiring dengan awal masa dinas dia sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) di kawasan berhawa sejuk itu. Kini, masyarakat sudah mulai memetik hasilnya, di antaranyaSujarwo Sudiyono, petani kopi Desa Taji yang mengaku banyak mendapatkan motivasi dari dia.
Pada waktu pertemuan dengan warga, Serka Heri berhasil meyakinkan keuntungan menanam kopi dibandingkan varietas tanaman lainnya, di samping kegunaan utamanya untuk melestarikan alam. (Baca: COVID-19 Renggut 34 Nyawa di Tarakan Kalimantan Utara).
Sudiyono mengakui kini sudah memiliki 1.000 tanaman kopi yang ditanam di lahan seluas satu hektare dan siap berbuah.
Padahal masyarakat Desa Taji awalnya tak mengenal kopi sebagai komoditas pertanian , sebab mereka telanjur terbiasa menanam sayur-sayuran. Masyarakat ketika itu berpikiran mereka belum mengenal secara detail cara menanam, merawat tanaman kopi, ditambah hasil budi daya kopi yang belum tentu menjanjikan.
Siapa sangka, usaha keras Serka Heri Purnomo yang terus-menerus mendorong dan mendampingi masyarakat mampu meluluhkan hati hingga mereka mantap beralih jadi petani kopi, khususnya varietas kopiArabica.
Heri bercerita inspirasi mengembangkan tanaman kopi di daerah tersebut berawal dari keprihatinannya terhadap hutan sekitar yang mulai gundul dan gersang. Akibatnya, kawasan dataran tinggi tersebut kerap diterjang tanah longsor. Bahkan, sempat hampir menghanyutkannya saat awal bertugas di Desa Taji. "Saya awal dinas di sini, pakai sepeda motor trail, sempat mau hanyut kena longsor," kata Serka Heri dalam YouTube TNI AD, Jumat, (1/1/2020).
Dari situ lalu berpikir untuk mengembalikan hutan agar kembali hijau dengan mengajak koordinasi semua pihak, terutama masyarakat karena yang paling terdampak jika longsor adalah masyarakat.
Dari sekian tanaman, akhirnya dipilihkopi sebagai penghijau kembali hutan karena nilai ekonomisnya yang terbilang cukup tinggi. "Kami mengambil salah satu contoh di kopi. Kopi itu kan buahnya di atas. Kopi itu menghijaukan, tapi hasilnya ada," ujarnya. (Baca: Seorang Anak di Cirebon Tewas Terseret Aliran Sungai Deras).
Terhitung sejak Januari 2011, masyarakat Desa Taji di lereng GunungBromo mulai menanam kopi seiring dengan awal masa dinas dia sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) di kawasan berhawa sejuk itu. Kini, masyarakat sudah mulai memetik hasilnya, di antaranyaSujarwo Sudiyono, petani kopi Desa Taji yang mengaku banyak mendapatkan motivasi dari dia.
Pada waktu pertemuan dengan warga, Serka Heri berhasil meyakinkan keuntungan menanam kopi dibandingkan varietas tanaman lainnya, di samping kegunaan utamanya untuk melestarikan alam. (Baca: COVID-19 Renggut 34 Nyawa di Tarakan Kalimantan Utara).
Sudiyono mengakui kini sudah memiliki 1.000 tanaman kopi yang ditanam di lahan seluas satu hektare dan siap berbuah.
(nag)