Blusukan 10 Bulan Jadi Kunci Kemenangan Putra Pramono Anung di Pilkada Kediri
loading...
A
A
A
BLITAR - Calon Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (28), putra Sekretaris Kabinet RI Pramono Anung Wibowo, bisa dipastikan melenggang menjadi Bupati Kediri. Dalam pemungutan suara 9 Desember 2020, perolehan suara yang diraih Hanindhito mengungguli suara kotak kosong atau bumbung kosong yang menjadi rival politiknya di Pilkada Kediri .
Dhito, begitu biasa disapa meraup 76,9% suara. Sedangkan kotak kosong hanya 23,1%. Yang menarik, proses politik Dhito di Kabupaten Kediri berjalan relatif singkat. Untuk menjajaki masyarakat Kediri, yakni turun ke bawah, blusukan, menyapa, sekaligus mengenalkan diri, Dhito hanya butuh waktu 10 bulan. Dalam waktu singkat itu, ia sudah optimistis bakal memenangkan Pilkada.
(Baca juga: Hasil Hitung Cepat Pilbup Kediri, Anak Pramono Anung di Atas Angin)
"Selama 10 bulan terakhir turun ke masyarakat, euforia di bawah masyarakat betul betul menginginkan perubahan. Artinya perubahan dalam hal ini adalah pemimpin baru," ujar Dhito optimistis seusai menggunakan hak pilihnya.
(Baca juga: Turuti Pesan Megawati, Cabup Kediri Putra Pramono Anung Kembali Kenakan Sepatu Taufik Kiemas)
Rasa optimisme Dhito menemui kenyataan. Meski tidak memenuhi target 85% suara, kemenangan tetap dalam genggaman.
Dhito lahir di Yogyakarta, 31 Juli 1992. Memiliki latar belakang pendidikan alumnus UGM Yogyakarta. Kendati terlahir sebagai putra politisi kawakan PDIP Pramono Anung, di kancah politik, Dhito adalah pendatang baru. Perjalanan karir politik Dhito, khususnya di PDIP tidak nampak. Ia lebih dikenal sebagai pengusaha muda yang menggemari dunia komputer dan sepak bola.
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 13 Agustus 2020 menyebut, harta kekayaan suami Eriani Annisa tersebut mencapai Rp18 miliar. Entah gimmick politik atau betulan, saat mendaftarkan diri di KPU Kabupaten Kediri, Dhito mengaku sang ayah (Pramono Anung) sempat tidak merestui pencalonannya. Namun internal PDIP, katanya bersikukuh mendorongnya terus maju sebagai calon bupati Kediri.
Bahkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri memberikan sepatu milik mendiang Taufik Kiemas. Sepatu pantofel ukuran 44 yang di kakinya kebesaran satu centimeter itu Dhito pakai saat mendaftarkan diri ke KPU dan pemungutan suara. Kepercayaan dirinya semakin meningkat. Ia mengaku mengikuti apa yang diwejangkan Megawati.
"Nyaman. Satu kehormatan mengenakan sepatu salah satu tokoh nasional di negara ini," kata Dhito. Soal kependudukan, Dhito juga tercatat belum lama tercatat sebagai warga Kabupaten Kediri. Pramono Anung sang ayah, memang asli dari Kabupaten Kediri. Namun Dhito lahir di Yogyakarta dan sebelumnya bertempat tinggal sekaligus banyak beraktifitas di luar Kediri.
Informasi yang dihimpun, rumah nomor 3 di lingkungan Perumahan Budaya Cipta Desa Sukorejo Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu, sebelumnya rumah orang tua Pramono Anung. Untuk kepentingan pilkada, kepemilikan rumah kemudian berpindah menjadi atas nama Dhito. Dengan begitu, Dhito memiliki legitimasi sebagai warga asli Kabupaten Kediri.
Pasangan calon Dhito-Dewi Maria Ulfa diusung seluruh parpol yang ada DPRD Kabupaten Kediri. Koalisi PDIP, PKB, Nasdem, Gerindra, PAN, PKS, Golkar, Demokrat, dan PPP, dengan PDIP sebagai motor koalisi. Karena tidak ada lagi partai politik lain yang mengusung paslon lain, Dhito melawan kotak kosong. "Saya tidak terlalu menyikapi (kotak kosong) secara serius," papar Dhito.
Bagi Dhito, kotak kosong bagian dari dinamika politik masyarakat Kabupaten Kediri. Dengan modal blusukan selama kurang lebih 10 bulan, Dhito sejak awal merasa yakin masyarakat Kabupaten Kediri akan memilih secara rasional. "Masyarakat Kabupaten Kediri akan memilih secara rasional," tambah Dhito. Dalam menjalankan pemerintahannya nanti Dhito juga yakin legislatif akan menjalankan fungsinya secara profesional.
Meski seluruh partai politik dan fraksi di parlemen Kabupaten Kediri merupakan pengusungnya, Dhito optimistis fungsi kontrol serta check dan balancing legislatif tetap akan berjalan dengan baik. Ia mencontohkan bagaimana parpol juga tetap memberi masukan dan arahan saat dirinya bekampanye. "Saya yakin DPRD akan bekerja secara profesional dan kredibel," tegas Dhito.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan PDIP Jawa Timur Budi Sulistyono mengatakan, sebelum pelantikan, Dhito diharapkan aktif berkomunikasi dengan warga. Sebab mungkin masih ada warga yang belum tersentuh visi misi dan ingin mengungkapkan unek uneknya. "Ini sebagai lembaran bekal dan PR mas Dhito sebelum pelantikan," ujar Budi Sulistyono atau biasa dipanggil Kanang.
Selain itu Kanang juga meminta Dhito menemui Bupati Kediri yang akan digantikan. Pertemuan sebelum pelantikan tersebut terkait dengan pondasi ke depan yang mungkin akan diteruskan Dhito. Atau bahkan, kata Kanang ada pondasi yang tidak sesuai dengan visi misi Dhito. Termasuk juga mengakomodir aspirasi kotak kosong. Kanang berharap transisi kekuasaan di Kabupaten Kediri memiliki good will.
"Kalau tidak cocok dengan visi misi (pondasi), Mas Dhito juga harus terus terang," pungkas Kanang. Sementara sebagai orang tua, Pramono Anung berpesan kepada Dhito untuk menjauhi korupsi. Dhito diharapkan bisa membawa perubahan lebih baik di Kabupaten Kediri. Sebagai pemimpin milenial diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan mendasar di Kabupaten Kediri. Yakni soal ketersediaan air, pangan, lapangan pekerjaan dan infrastruktur primer.
"Pesan saya kepada Dhito jauhi korupsi, jauhi korupsi," ujar Pramono Anung.
Dhito, begitu biasa disapa meraup 76,9% suara. Sedangkan kotak kosong hanya 23,1%. Yang menarik, proses politik Dhito di Kabupaten Kediri berjalan relatif singkat. Untuk menjajaki masyarakat Kediri, yakni turun ke bawah, blusukan, menyapa, sekaligus mengenalkan diri, Dhito hanya butuh waktu 10 bulan. Dalam waktu singkat itu, ia sudah optimistis bakal memenangkan Pilkada.
(Baca juga: Hasil Hitung Cepat Pilbup Kediri, Anak Pramono Anung di Atas Angin)
"Selama 10 bulan terakhir turun ke masyarakat, euforia di bawah masyarakat betul betul menginginkan perubahan. Artinya perubahan dalam hal ini adalah pemimpin baru," ujar Dhito optimistis seusai menggunakan hak pilihnya.
(Baca juga: Turuti Pesan Megawati, Cabup Kediri Putra Pramono Anung Kembali Kenakan Sepatu Taufik Kiemas)
Rasa optimisme Dhito menemui kenyataan. Meski tidak memenuhi target 85% suara, kemenangan tetap dalam genggaman.
Dhito lahir di Yogyakarta, 31 Juli 1992. Memiliki latar belakang pendidikan alumnus UGM Yogyakarta. Kendati terlahir sebagai putra politisi kawakan PDIP Pramono Anung, di kancah politik, Dhito adalah pendatang baru. Perjalanan karir politik Dhito, khususnya di PDIP tidak nampak. Ia lebih dikenal sebagai pengusaha muda yang menggemari dunia komputer dan sepak bola.
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 13 Agustus 2020 menyebut, harta kekayaan suami Eriani Annisa tersebut mencapai Rp18 miliar. Entah gimmick politik atau betulan, saat mendaftarkan diri di KPU Kabupaten Kediri, Dhito mengaku sang ayah (Pramono Anung) sempat tidak merestui pencalonannya. Namun internal PDIP, katanya bersikukuh mendorongnya terus maju sebagai calon bupati Kediri.
Bahkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri memberikan sepatu milik mendiang Taufik Kiemas. Sepatu pantofel ukuran 44 yang di kakinya kebesaran satu centimeter itu Dhito pakai saat mendaftarkan diri ke KPU dan pemungutan suara. Kepercayaan dirinya semakin meningkat. Ia mengaku mengikuti apa yang diwejangkan Megawati.
"Nyaman. Satu kehormatan mengenakan sepatu salah satu tokoh nasional di negara ini," kata Dhito. Soal kependudukan, Dhito juga tercatat belum lama tercatat sebagai warga Kabupaten Kediri. Pramono Anung sang ayah, memang asli dari Kabupaten Kediri. Namun Dhito lahir di Yogyakarta dan sebelumnya bertempat tinggal sekaligus banyak beraktifitas di luar Kediri.
Informasi yang dihimpun, rumah nomor 3 di lingkungan Perumahan Budaya Cipta Desa Sukorejo Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu, sebelumnya rumah orang tua Pramono Anung. Untuk kepentingan pilkada, kepemilikan rumah kemudian berpindah menjadi atas nama Dhito. Dengan begitu, Dhito memiliki legitimasi sebagai warga asli Kabupaten Kediri.
Pasangan calon Dhito-Dewi Maria Ulfa diusung seluruh parpol yang ada DPRD Kabupaten Kediri. Koalisi PDIP, PKB, Nasdem, Gerindra, PAN, PKS, Golkar, Demokrat, dan PPP, dengan PDIP sebagai motor koalisi. Karena tidak ada lagi partai politik lain yang mengusung paslon lain, Dhito melawan kotak kosong. "Saya tidak terlalu menyikapi (kotak kosong) secara serius," papar Dhito.
Bagi Dhito, kotak kosong bagian dari dinamika politik masyarakat Kabupaten Kediri. Dengan modal blusukan selama kurang lebih 10 bulan, Dhito sejak awal merasa yakin masyarakat Kabupaten Kediri akan memilih secara rasional. "Masyarakat Kabupaten Kediri akan memilih secara rasional," tambah Dhito. Dalam menjalankan pemerintahannya nanti Dhito juga yakin legislatif akan menjalankan fungsinya secara profesional.
Meski seluruh partai politik dan fraksi di parlemen Kabupaten Kediri merupakan pengusungnya, Dhito optimistis fungsi kontrol serta check dan balancing legislatif tetap akan berjalan dengan baik. Ia mencontohkan bagaimana parpol juga tetap memberi masukan dan arahan saat dirinya bekampanye. "Saya yakin DPRD akan bekerja secara profesional dan kredibel," tegas Dhito.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan PDIP Jawa Timur Budi Sulistyono mengatakan, sebelum pelantikan, Dhito diharapkan aktif berkomunikasi dengan warga. Sebab mungkin masih ada warga yang belum tersentuh visi misi dan ingin mengungkapkan unek uneknya. "Ini sebagai lembaran bekal dan PR mas Dhito sebelum pelantikan," ujar Budi Sulistyono atau biasa dipanggil Kanang.
Selain itu Kanang juga meminta Dhito menemui Bupati Kediri yang akan digantikan. Pertemuan sebelum pelantikan tersebut terkait dengan pondasi ke depan yang mungkin akan diteruskan Dhito. Atau bahkan, kata Kanang ada pondasi yang tidak sesuai dengan visi misi Dhito. Termasuk juga mengakomodir aspirasi kotak kosong. Kanang berharap transisi kekuasaan di Kabupaten Kediri memiliki good will.
"Kalau tidak cocok dengan visi misi (pondasi), Mas Dhito juga harus terus terang," pungkas Kanang. Sementara sebagai orang tua, Pramono Anung berpesan kepada Dhito untuk menjauhi korupsi. Dhito diharapkan bisa membawa perubahan lebih baik di Kabupaten Kediri. Sebagai pemimpin milenial diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan mendasar di Kabupaten Kediri. Yakni soal ketersediaan air, pangan, lapangan pekerjaan dan infrastruktur primer.
"Pesan saya kepada Dhito jauhi korupsi, jauhi korupsi," ujar Pramono Anung.
(shf)