WHO Nyatakan Perawatan Virus Corona Tunjukkan Data Positif
loading...
A
A
A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan beberapa perawatan menunjukkan data positif yakni berhasil membatasi keparahan atau lamanya penyakit COVID-19.
WHO kini fokus mempelajari lebih banyak terkait empat atau lima perawatan paling menjanjikan. Lembaga itu memimpin inisiatif global untuk mengembangkan vaksin, tes dan obat yang efektif dan aman untuk mencegah, diagnosa dan merawat COVID-19. (Baca juga: Kabar Baik, 99 Pasien Positif Corona di Jatim Sembuh )
Penyakit itu telah menginfeksi 4,19 juta orang di penjuru dunia menurut penghitungan Reuters.
“Kita memiliki beberapa perawatan yang tampaknya ada pada studi paling awal yang membatasi keparahan atau lamanya penyakit tapi kita tidak memiliki apapun yang dapat membunuh atau menghentikan virus itu,” ungkap juru bicara WHO Margaret Harris merujuk pada lembaga yang disebut Solidarity Trial untuk menguji obat virus corona.
“Kami memiliki data positif tapi kita perlu melihat lebih banyak data untuk 100% yakin bahwa kita dapat katakan ini perawatan yang lebih baik dari yang lain,” kata dia yang menjelaskan lebih banyak riset diperlukan dan direncanakan.
Harris tidak menyebut nama obat yang digunakan untuk perawatan pasien virus corona.
Gilead Science Inc menyatakan obat antivirus remdesivir yang dikembangkannya telah membantu memperbaiki kondisi pasien COVID-19.
Data klinis yang dirilis bulan lalu untuk remdesivir memberi harapan bahwa itu mungkin jadi perawatan efektif. Beberapa studi melihat kombinasi obat-obat antivirus yang mungkin membantu pasien melawan virus itu.
Hasil tes di Hong Kong yang dirilis bulan ini menunjukkan kombinasi tiga obat antivirus membantu mengurangi gejala pada para pasien dengan kondisi ringan hingga menengah dan cepat mengurangi jumlah virus dalam tubuh mereka.
Tes itu melibatkan 127 pasien, dibandingkan dengan kombinasi obat yang terdiri atas obat HIV lopinavir-ritonavir, obat hepatitis ribavirin dan perawatan sclerosis interferon beta, dengan grup kontrol yang hanya diberi obat HIV.
Obat malaria yang disebut Presiden Donald Trump sebagai “pengubah permainan” dalam melawan corona, terbukti gagal saat diuji pada para pasien COVID-19, berdasarkan studi yang dirilis bulan ini.
WHO kini fokus mempelajari lebih banyak terkait empat atau lima perawatan paling menjanjikan. Lembaga itu memimpin inisiatif global untuk mengembangkan vaksin, tes dan obat yang efektif dan aman untuk mencegah, diagnosa dan merawat COVID-19. (Baca juga: Kabar Baik, 99 Pasien Positif Corona di Jatim Sembuh )
Penyakit itu telah menginfeksi 4,19 juta orang di penjuru dunia menurut penghitungan Reuters.
“Kita memiliki beberapa perawatan yang tampaknya ada pada studi paling awal yang membatasi keparahan atau lamanya penyakit tapi kita tidak memiliki apapun yang dapat membunuh atau menghentikan virus itu,” ungkap juru bicara WHO Margaret Harris merujuk pada lembaga yang disebut Solidarity Trial untuk menguji obat virus corona.
“Kami memiliki data positif tapi kita perlu melihat lebih banyak data untuk 100% yakin bahwa kita dapat katakan ini perawatan yang lebih baik dari yang lain,” kata dia yang menjelaskan lebih banyak riset diperlukan dan direncanakan.
Harris tidak menyebut nama obat yang digunakan untuk perawatan pasien virus corona.
Gilead Science Inc menyatakan obat antivirus remdesivir yang dikembangkannya telah membantu memperbaiki kondisi pasien COVID-19.
Data klinis yang dirilis bulan lalu untuk remdesivir memberi harapan bahwa itu mungkin jadi perawatan efektif. Beberapa studi melihat kombinasi obat-obat antivirus yang mungkin membantu pasien melawan virus itu.
Hasil tes di Hong Kong yang dirilis bulan ini menunjukkan kombinasi tiga obat antivirus membantu mengurangi gejala pada para pasien dengan kondisi ringan hingga menengah dan cepat mengurangi jumlah virus dalam tubuh mereka.
Tes itu melibatkan 127 pasien, dibandingkan dengan kombinasi obat yang terdiri atas obat HIV lopinavir-ritonavir, obat hepatitis ribavirin dan perawatan sclerosis interferon beta, dengan grup kontrol yang hanya diberi obat HIV.
Obat malaria yang disebut Presiden Donald Trump sebagai “pengubah permainan” dalam melawan corona, terbukti gagal saat diuji pada para pasien COVID-19, berdasarkan studi yang dirilis bulan ini.
(nth)