Kisah Cinta Saudagar Tiongkok Tan Bun An dengan Gadis Palembang Siti Fatimah di Pulau Kemaro
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Syahdan dikisahkan seorang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An menjalin cinta dengan perempuan asli Kota Palembang bernama Siti Fatimah.
Tan Bun An kemudian mengajak Siti Fatimah berkunjung ke rumah orangtuanya untuk mendapat restu pernikahan. Setelah berkunjung, Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu kembali ke Palembang dengan membawa hadiah tujuh buah guci pemberian orangtua Tan Bun An.
Ketika di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orangtuanya, dan terkaget-kaget mendapati isi guci tersebut hanyalah sawi-sawi asin.
Tanpa berpikir panjang, kemudian Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke Sungai Musi. Ketika ingin membuang hadiah yang ketujuh, guci tak sengaja terpecah dan Tan Bun An mendapati ada harta di dalam sawi-sawi asin.
"Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai mencari harta yang telah dibuangnya. Melihat kejadian itu, seorang pengawal juga turut menceburkan diri. Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung tiba di permukaan, Siti Fatimah akhirnya juga menceburkan dirinya ke sungai," papar pemerhati sejarah Kota Palembang Noverta Salyadi kepada SINDOnews.
Ketiga orang itu pun, jelas dia, akhirnya menghilang bersamaan dengan harta yang telah dibuang Tan Bun An ke perairan Sungai Musi. Keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda terbuangnya harta Tan Bun An di perairan Sungai Musi.
"Bahkan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Palembang kerap datang ke pulau yang dianggap keramat ini," jelas mantan wartawan majalah mingguan nasional ini.
Pulau Kemaro berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Palembang. Untuk mengunjungi Pulau Kemaro, masyarakat biasanya menggunakan ketek atau perahu boots sewaan di dermaga yang ada di sekitaran Jembatan Ampera.
Pulau Kemaro merupakan delta Sungai Musi, luasnya sekitar 30 hektare dan hanya dihuni oleh ratusan orang saja.
Sebagai salah satu destinasi wisata sejarah Kota Palembang, Pulau Kemaro dilengkapi dengan berbagai situs yang melengkapi legenda Pulau Kemaro. Situs tersebut antara lain seperti pagoda, makam penunggu pulau, kelenteng, tempat pembakaran uang kertas, dan pohon cinta.
Diantara berbagai situs tersebut, bangunan pagoda menjadi ikon Pulau Kemaro. Pada sisi-sisi lantai dasar bangunan pagoda terdapat cerita yang menggambarkan legenda Pulau Kemaro.
"Dari atas pagoda yang memiliki sembilan lantai ini, pengunjung bisa menyaksikan seputaran Pulau Kemaro yang dikelilingi oleh Sungai Musi," kata Noverta.
(Baca juga: Cerita Berandal Lokajaya di atas Kanvas Limbah Kulit Sapi Seniman Tulungagung)
Sayangnya, tidak semua pengunjung boleh memasuki pagoda. Pada bagian yang lain terdapat kelenteng, tidak setiap orang diberi izin untuk masuk ke tempat ibadah ini, pasalnya kelenteng ini hanya digunakan bagi mereka yang ingin beribadah saja.
Bersebelahan dengan kelenteng, terdapat bangunan yang diyakini sebagai makam penunggu Pulau Kemaro. Pada versi cerita yang lain, ketiga makam tersebut diyakini sebagai makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawalnya.
(Baca juga: Monumen Kresek, Saksi Sejarah Peristiwa Madiun)
"Tiap akhir pekan Pulau Kemaro kerap menjadi destinasi wisata bagi para pelajar di Palembang. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, menyambangi pulau ini menjadi liburan yang asik dan murah-meriah," jelas lelaki yang juga berprofesi sebagai usahawan.
Selain bisa mendapatkan informasi mengenai legenda Pulau Kemaro, pengunjung juga bisa langsung menapak tilas perjalanan Tan Bun An dengan menyusuri Sungai Musi menggunakan ketek.
Tan Bun An kemudian mengajak Siti Fatimah berkunjung ke rumah orangtuanya untuk mendapat restu pernikahan. Setelah berkunjung, Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu kembali ke Palembang dengan membawa hadiah tujuh buah guci pemberian orangtua Tan Bun An.
Ketika di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orangtuanya, dan terkaget-kaget mendapati isi guci tersebut hanyalah sawi-sawi asin.
Tanpa berpikir panjang, kemudian Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke Sungai Musi. Ketika ingin membuang hadiah yang ketujuh, guci tak sengaja terpecah dan Tan Bun An mendapati ada harta di dalam sawi-sawi asin.
"Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai mencari harta yang telah dibuangnya. Melihat kejadian itu, seorang pengawal juga turut menceburkan diri. Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung tiba di permukaan, Siti Fatimah akhirnya juga menceburkan dirinya ke sungai," papar pemerhati sejarah Kota Palembang Noverta Salyadi kepada SINDOnews.
Ketiga orang itu pun, jelas dia, akhirnya menghilang bersamaan dengan harta yang telah dibuang Tan Bun An ke perairan Sungai Musi. Keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda terbuangnya harta Tan Bun An di perairan Sungai Musi.
"Bahkan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Palembang kerap datang ke pulau yang dianggap keramat ini," jelas mantan wartawan majalah mingguan nasional ini.
Pulau Kemaro berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Palembang. Untuk mengunjungi Pulau Kemaro, masyarakat biasanya menggunakan ketek atau perahu boots sewaan di dermaga yang ada di sekitaran Jembatan Ampera.
Pulau Kemaro merupakan delta Sungai Musi, luasnya sekitar 30 hektare dan hanya dihuni oleh ratusan orang saja.
Sebagai salah satu destinasi wisata sejarah Kota Palembang, Pulau Kemaro dilengkapi dengan berbagai situs yang melengkapi legenda Pulau Kemaro. Situs tersebut antara lain seperti pagoda, makam penunggu pulau, kelenteng, tempat pembakaran uang kertas, dan pohon cinta.
Diantara berbagai situs tersebut, bangunan pagoda menjadi ikon Pulau Kemaro. Pada sisi-sisi lantai dasar bangunan pagoda terdapat cerita yang menggambarkan legenda Pulau Kemaro.
"Dari atas pagoda yang memiliki sembilan lantai ini, pengunjung bisa menyaksikan seputaran Pulau Kemaro yang dikelilingi oleh Sungai Musi," kata Noverta.
(Baca juga: Cerita Berandal Lokajaya di atas Kanvas Limbah Kulit Sapi Seniman Tulungagung)
Sayangnya, tidak semua pengunjung boleh memasuki pagoda. Pada bagian yang lain terdapat kelenteng, tidak setiap orang diberi izin untuk masuk ke tempat ibadah ini, pasalnya kelenteng ini hanya digunakan bagi mereka yang ingin beribadah saja.
Bersebelahan dengan kelenteng, terdapat bangunan yang diyakini sebagai makam penunggu Pulau Kemaro. Pada versi cerita yang lain, ketiga makam tersebut diyakini sebagai makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawalnya.
(Baca juga: Monumen Kresek, Saksi Sejarah Peristiwa Madiun)
"Tiap akhir pekan Pulau Kemaro kerap menjadi destinasi wisata bagi para pelajar di Palembang. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, menyambangi pulau ini menjadi liburan yang asik dan murah-meriah," jelas lelaki yang juga berprofesi sebagai usahawan.
Selain bisa mendapatkan informasi mengenai legenda Pulau Kemaro, pengunjung juga bisa langsung menapak tilas perjalanan Tan Bun An dengan menyusuri Sungai Musi menggunakan ketek.
(boy)