Miris! Nilai Tukar Petani Turun, Ancaman Krisis Pangan di Depan Mata
loading...
A
A
A
BANDUNG - Penurunan nilai tukar petani ( NTP ) di Jawa Barat, mesti menjadi perhatian semua pihak, agar jurang krisis pangan tidak semakin dalam. Perlu upaya nyata semua pihak agar ketahanan pengan di Jabar dapat dijaga.
(Baca juga: Probolinggo Gempar, Ada Wanita Bugil Mandi di Tengah Alun-alun Kraksaan )
Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriyadi mengatakan, persoalan krisis pangan mestinya menjadi perhatian semua pihak, terutama Jawa Barat. Beberapa komoditas terancam mengalami defisit. Seperti jagung, cabai rawit, dan padi.
" NTP (nilai tukar petani) 2020 turun 0,2%. Ini mestinya menjadi warning kita, karena kalau turun terus akan rentan," kata Agung pada acara peluncuran West Java Food and Agryculture Summit di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Kamis (10/12/2020).
Menurut dia, turunnya NTP dipengaruhi oleh inflasi yang rendah. Sehingga daya beli menurun. Di sisi lain, inflasi terlalu tinggi merugikan, namun deflasi terus menerus juga merugikan.
"Solusinya NTP harus diperhatikan. Bagaimana produksi, distribusi harus diperhatikan. Distribusi antar kabupaten harus diperhatikan, agar pasokan setiap daerah lancar. Kemudian diversifikasi pangan, penguatan cadangan pangan, penguatan pertanian modern, dan mendorong ekspor," kata dia.
(Baca juga: Sinis Tanggapi Kemenangan Eri-Armuji, Putra Inisiator PDIP: Itu Kemenangan Oligarki Risma )
Sementara itu, Mantan Menteri Pertanian Sarwono Kusumatmadja mengatakan, Indonesia harus mengenali potensi krisis, sehingga bisa terdeteksi sejak dini. Namun, potensi itu jangan membuat pesimistis. "Kita belum tahu kapan krisis akan terjadi. Khawatir boleh, tapi kita tetap harus optimistis akan kondisi ke depan," imbuh dia.
(Baca juga: Probolinggo Gempar, Ada Wanita Bugil Mandi di Tengah Alun-alun Kraksaan )
Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriyadi mengatakan, persoalan krisis pangan mestinya menjadi perhatian semua pihak, terutama Jawa Barat. Beberapa komoditas terancam mengalami defisit. Seperti jagung, cabai rawit, dan padi.
" NTP (nilai tukar petani) 2020 turun 0,2%. Ini mestinya menjadi warning kita, karena kalau turun terus akan rentan," kata Agung pada acara peluncuran West Java Food and Agryculture Summit di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Kamis (10/12/2020).
Menurut dia, turunnya NTP dipengaruhi oleh inflasi yang rendah. Sehingga daya beli menurun. Di sisi lain, inflasi terlalu tinggi merugikan, namun deflasi terus menerus juga merugikan.
"Solusinya NTP harus diperhatikan. Bagaimana produksi, distribusi harus diperhatikan. Distribusi antar kabupaten harus diperhatikan, agar pasokan setiap daerah lancar. Kemudian diversifikasi pangan, penguatan cadangan pangan, penguatan pertanian modern, dan mendorong ekspor," kata dia.
(Baca juga: Sinis Tanggapi Kemenangan Eri-Armuji, Putra Inisiator PDIP: Itu Kemenangan Oligarki Risma )
Sementara itu, Mantan Menteri Pertanian Sarwono Kusumatmadja mengatakan, Indonesia harus mengenali potensi krisis, sehingga bisa terdeteksi sejak dini. Namun, potensi itu jangan membuat pesimistis. "Kita belum tahu kapan krisis akan terjadi. Khawatir boleh, tapi kita tetap harus optimistis akan kondisi ke depan," imbuh dia.
(eyt)