Dinas Pertanian Jawa Timur Minta Petani Waspadai Badai La-Nina
loading...
A
A
A
SURABAYA - Menghadapi musim penghujan tahun ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jawa Timur (Jatim) meminta Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten dan Kota se-Jatim untuk bersiap menghadapi banjir dan badai La-Nina.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),menginformasikan, iklim di Indonesia, khususnya Jatim bakal terjadi fenomena La Nina. Fenomena ini merupakan siklus lebih dinginnya laut pasifik ekuator. Hal itu mempengaruhi sistem iklim global. Intensitas hujan sedang hingga lebat. (Baca juga: Khofifah Minta Peran Palang Merah Remaja Dimaksimalkan )
Setidaknya, ada 22 daerah di Jatim berpotensi terdampak La Nina. Seperti penurunan suhu, datangnya musim hujan lebih awal dan potensi bencana, seperti banjir, longsor hingga puting beliung. “Badai La-Nina ini tidak ada tanda-tandanya dan biasanya mendadak,” kata Kepala DPKP Jatim Hadi Sulistyo, Rabu (18/11/2020).
Hadi juga menghimbau pada petani untuk menyiapkan benih-benih padi yang bisa tahan air. Sehingga, jika terjadi banjir, benih-benih tersebut masih bisa bertahan. Dengan lahan pertanian kurang lebih 1,2 juta hektar di Jatim, maka hal ini perlu dilakukan untuk ketahanan tanaman padi. (Baca juga: Selain Pejabat Pemkot Surabaya, KIPP Juga Laporkan Program Ini ke ASN )
“Untuk petani yang menggunakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang pada bulan Oktober, Nopember dan Desember tahun ini yang subsidinya seharusnya dibayar oleh petani sebesar Rp36.000 akan dibayar APBD Jatim,” tandas Hadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, awal musim hujan di Surabaya, diperkirakan baru terjadi bulan November ini. Puncaknya terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Cuaca ekstrem seringkali terjadi di masa pancaroba.
Cuaca ekstrim yang perlu diwaspadai ada di Bangkalan, Sampang, Sumenep, Probolinggo, Kediri dan Malang. “Biasanya untuk malam dan dini hari, sangat berpotensi angin kencang,” ujarnya
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),menginformasikan, iklim di Indonesia, khususnya Jatim bakal terjadi fenomena La Nina. Fenomena ini merupakan siklus lebih dinginnya laut pasifik ekuator. Hal itu mempengaruhi sistem iklim global. Intensitas hujan sedang hingga lebat. (Baca juga: Khofifah Minta Peran Palang Merah Remaja Dimaksimalkan )
Setidaknya, ada 22 daerah di Jatim berpotensi terdampak La Nina. Seperti penurunan suhu, datangnya musim hujan lebih awal dan potensi bencana, seperti banjir, longsor hingga puting beliung. “Badai La-Nina ini tidak ada tanda-tandanya dan biasanya mendadak,” kata Kepala DPKP Jatim Hadi Sulistyo, Rabu (18/11/2020).
Hadi juga menghimbau pada petani untuk menyiapkan benih-benih padi yang bisa tahan air. Sehingga, jika terjadi banjir, benih-benih tersebut masih bisa bertahan. Dengan lahan pertanian kurang lebih 1,2 juta hektar di Jatim, maka hal ini perlu dilakukan untuk ketahanan tanaman padi. (Baca juga: Selain Pejabat Pemkot Surabaya, KIPP Juga Laporkan Program Ini ke ASN )
“Untuk petani yang menggunakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang pada bulan Oktober, Nopember dan Desember tahun ini yang subsidinya seharusnya dibayar oleh petani sebesar Rp36.000 akan dibayar APBD Jatim,” tandas Hadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, awal musim hujan di Surabaya, diperkirakan baru terjadi bulan November ini. Puncaknya terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Cuaca ekstrem seringkali terjadi di masa pancaroba.
Cuaca ekstrim yang perlu diwaspadai ada di Bangkalan, Sampang, Sumenep, Probolinggo, Kediri dan Malang. “Biasanya untuk malam dan dini hari, sangat berpotensi angin kencang,” ujarnya
Lihat Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Gubernur Jatim: Momentum untuk Implementasikan Sifat dan Nilai Kepahlawanan
(msd)