Debat Pilkada Adem-ayem, Paslon Petahana Blitar: Kita Saudara
loading...
A
A
A
BLITAR - Debat publik Pilkada Kabupaten Blitar pada Jumat malam (23/9), ditutup dengan ucapan 'Kita tetap saudara' oleh Pasangan Petahana Rijanto-Marheinis Urip Widodo.
Sebagai rival, pasangan Rini Syarifah-Rachmad Santoso menanggapi dengan senyuman diiringi gestur sedikit membungkuk.
"Kita tetap saudara," kata Calon Bupati Blitar Rijanto di penghujung acara debat di aula salah satu hotel di Kota Blitar.
Paslon petahana Rijanto-Marheinis mengenakan kemeja putih berbalut jaket hitam, dipadu celana warna gelap serta berpeci senada. Rijanto dan Marheinis diusung PDI Perjuangan bersama koalisi besar. Yakni Partai Gerindra, Nasdem, Golkar, Partai Demokrat, PPP dan PSI.
Seolah janjian, paslon Rini-Rachmad Santoso yang diusung koalisi PKB, PAN dan PKS juga mengenakan kostum dengan kombinasi warna sama (celana hitam dan kemeja putih).
Perempuan kelahiran 1977 dengan latar belakang pengusaha itu, memakai jilbab warna hijau. Sedangkan Rachmad Santoso membiarkan rambutnya terlihat terbuka. Debat publik yang pertama tersebut terbagi enam sesi tanya jawab.
Temanya beragam. Mulai isu pendidikan, kesehatan, perekonomian desa, pertanian, peternakan, perikanan, pondok pesantren, buruh migran hingga pariwisata.
Pada masalah pendidikan, pasangan Rini-Rachmad Santoso menjanjikan adanya sekolah gratis di Kabupaten Blitar.
Jika terpilih, paslon yang mengusung tagline Maju Bersama Sejahtera Bersama itu menjamin adanya pendidikan gratis mulai Paud sampai perguruan tinggi.
"Kami menjamin pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah. Untuk semua yang ber KTP Kabupaten Blitar," kata cawabup Rachmad yang berlatar belakang sebagai advokat.
Rachmad berdalih, pendidikan gratis merupakan amanah pemerintah pusat. Dengan pendidikan gratis beban ekonomi warga Kabupaten Blitar akan semakin ringan. Mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya pendidikan putra putrinya. "Karena itu (pendidikan gratis) akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Rachmad.
Untuk menyokong terlaksananya pendidikan gratis, paslon Rini-Rachmad Santoso akan memaksimalkan fungsi lembaga ekonomi di desa. Bumdes yang selama ini belum berpayung hukum, dan akan dibuat payung hukum. "Begitu juga fungsinya tidak sekedar sebagai koperasi," katanya.
Cabup Rini Syarifah menambahkan, untuk menuju Kabupaten Blitar yang cerdas dan beradab perlu adanya reward yang pantas untuk para guru ngaji dan modin desa. Kemudian jaminan pendidikan untuk kaum dhuafa dan yatim piatu sampai perguruan tinggi.
Termasuk adanya peningkatan sarana prasarana pendidikan di lingkungan pondok pesantren. Yakni diantaranya pengadaan perpustakaan.
Hal itu mengingat jumlah ponpes di Kabupaten Blitar mencapai 141 an, 1600an pengajar (ustadz) dan 23 ribuan santri.
"Termasuk juga mengoptimalkan GTT dan PTT," tambah Rini Syarifah yang menyampaikan semua itu dengan membaca teks (kertas) di atas podiumnya. Soal isu tambang galian C yang sampai kini menjadi persoalan di Kabupaten Blitar, menurut Cawabup Rachmad tidak sulit diurus.
Jika paslon Rini-Rachmad Santoso terpilih, perijinan tambang galian C akan dibuat, yakni dengan mengajukan ke provinsi Jawa Timur. "Karena tambang galian c memberi masukan pada PAD," terang Rachmad.
Terkait isu penanganan narkoba yang banyak menjerat generasi muda, cawabup Rachmad meminta aparat hukum dan BNN untuk memberlakukan treatment yang beda kepada pengguna dan bandar.
Baginya pengguna tidak perlu dihukum. Tapi lebih baik diharuskan menjalani tehabilitasi. "Sedangkan bandar memang harus ditangkap," tegasnya.
Dalam debat publik perdana itu, paslon petahana Rijanto-Marheinis terlihat lebih fokus dan menguasai materi. Terkait isu pendidikan Cabup Rijanto menjanjikan bea siswa Rp 6 juta per tahun melalui Kartu Pintar Plus kepada para pelajar yang berprestasi. "Untuk yang SMP dan SMA ada program kerjar paket yang semuanya gratis tis," ujar Cabup Rijanto.
Mengenai isu pembangunan desa, pertanian, peternakan, perikanan, paslon Rijanto-Marheinis akan meningkatkan program yang sudah berjalan. Cabup Rijanto menyebut adanya bantuan 100 sumur bor di wilayah Blitar selatan yang bertujuan untuk meningkatkan pertanian.
Produk pertanian di Blitar selatan tidak lagi hanya tanaman ketela. Dengan intensifikasi pertanian yang sudah berjalan, tanaman lain yang memiliki daya saing pasar juga dihasilkan petani Blitar selatan. Yakni seperti buah melon, cabe dan bawang merah.
Ke depan, paslon petahana juga akan lebih banyak mencetak petani milenial di desa. Program ini bersinergi dengan Bumdes, Koperasi, UMKM sekaligus pembentukan kampung digital.
Dengan tekhnologi informasi yang berkembang diharapkan akan memunculkan banyak pemuda desa yang menjadi start up muda. "Ini bonus demografi. Diharapkan menjadi lokomotif ekonomi di desanya," terang Cabup Rijanto.
Cawabup Marheinis menambahkan, ke depan akan ada bantuan Rp 10 juta kepada setiap kelompok tani di Kabupaten Blitar. Kemudian wujud bantalan sosial akibat pandemi COVID-19 , akan digelontorkan bantuan dana Rp 100 juta per desa.
Bantuan dana yang pada tahun 2021 dijanjikan Rp 250 juta per desa tersebut akan berbentuk padat karya. "Sebab DD dan ADD saja tidak cukup," kata Marheinis.
Dalam debat publik itu Marheinis juga berbicara soal bantuan hibah untuk ponpes serta pembangunan sarana prasarana rumah ibadah. Selama pasangan Rijanto-Marheinis menjabat, program itu sudah berjalan dan ke depan akan ditingkatkan.
Soal isu tambang galian C yang merusak lingkungan, Marheinis mengakui hal itu dilematis. Pada satu sisi menjadi sumber penghasilan warga Kabupaten Blitar. Disisi lain perizinannya ada dalam kewenangan pemerintah provinsi Jatim.
"Soal galian C dilematis ya. Rakyat butuh makan," tuturr Marhenis yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar. Selama sesi tanya jawab bergulir nyaris tidak ada perdebatan pikiran antara kedua paslon. (Baca juga: Bisa Dipenjara, Risma Dilaporkan ke Gubernur, DKPP, Bawaslu, dan Mendagri)
Acara debat publik yang hanya dihadiri maksimal empat suporter untuk masing masing paslon, berlangsung datar. Yang ada hanya lontaran pertanyaan cabup Rini soal kelangkaan pupuk.
Kemudian Cawabup Rahmad Santoso yang menanyakan bagaimana penanganan COVID-19. Kedua pertanyaan dijawab paslon Rijanto-Marheinis dengan keterangan normatif. Pelaksanaan protokol kesehatan sesuai ketentuan pemerintah dan melibatkan UMKM untuk bantuan warga yang secara ekonomi terdampak COVID-19.
Begitu juga pertanyaan Cawabup Marheinis yang mempertanyakan realisasi pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah. (Baca juga: Cegah Banjir, Bupati Madiun: Cintai dan Jangan Buang Sampah di Sungai)
Cawabup Rahmad menjawab, dengan kekuatan APBD Kabupaten Blitar Rp 2,3 triliun, jaminan pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah akan bisa dilaksanakan.
Seperti diketahui debat publik paslon pilkada di Kabupaten Blitar ini adalah yang pertama. Selama masa kampanye, KPU Kabupaten Blitar masih akan menggelar debat publik yang sama.
Sebagai rival, pasangan Rini Syarifah-Rachmad Santoso menanggapi dengan senyuman diiringi gestur sedikit membungkuk.
"Kita tetap saudara," kata Calon Bupati Blitar Rijanto di penghujung acara debat di aula salah satu hotel di Kota Blitar.
Paslon petahana Rijanto-Marheinis mengenakan kemeja putih berbalut jaket hitam, dipadu celana warna gelap serta berpeci senada. Rijanto dan Marheinis diusung PDI Perjuangan bersama koalisi besar. Yakni Partai Gerindra, Nasdem, Golkar, Partai Demokrat, PPP dan PSI.
Seolah janjian, paslon Rini-Rachmad Santoso yang diusung koalisi PKB, PAN dan PKS juga mengenakan kostum dengan kombinasi warna sama (celana hitam dan kemeja putih).
Perempuan kelahiran 1977 dengan latar belakang pengusaha itu, memakai jilbab warna hijau. Sedangkan Rachmad Santoso membiarkan rambutnya terlihat terbuka. Debat publik yang pertama tersebut terbagi enam sesi tanya jawab.
Temanya beragam. Mulai isu pendidikan, kesehatan, perekonomian desa, pertanian, peternakan, perikanan, pondok pesantren, buruh migran hingga pariwisata.
Pada masalah pendidikan, pasangan Rini-Rachmad Santoso menjanjikan adanya sekolah gratis di Kabupaten Blitar.
Jika terpilih, paslon yang mengusung tagline Maju Bersama Sejahtera Bersama itu menjamin adanya pendidikan gratis mulai Paud sampai perguruan tinggi.
"Kami menjamin pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah. Untuk semua yang ber KTP Kabupaten Blitar," kata cawabup Rachmad yang berlatar belakang sebagai advokat.
Rachmad berdalih, pendidikan gratis merupakan amanah pemerintah pusat. Dengan pendidikan gratis beban ekonomi warga Kabupaten Blitar akan semakin ringan. Mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya pendidikan putra putrinya. "Karena itu (pendidikan gratis) akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Rachmad.
Untuk menyokong terlaksananya pendidikan gratis, paslon Rini-Rachmad Santoso akan memaksimalkan fungsi lembaga ekonomi di desa. Bumdes yang selama ini belum berpayung hukum, dan akan dibuat payung hukum. "Begitu juga fungsinya tidak sekedar sebagai koperasi," katanya.
Cabup Rini Syarifah menambahkan, untuk menuju Kabupaten Blitar yang cerdas dan beradab perlu adanya reward yang pantas untuk para guru ngaji dan modin desa. Kemudian jaminan pendidikan untuk kaum dhuafa dan yatim piatu sampai perguruan tinggi.
Termasuk adanya peningkatan sarana prasarana pendidikan di lingkungan pondok pesantren. Yakni diantaranya pengadaan perpustakaan.
Hal itu mengingat jumlah ponpes di Kabupaten Blitar mencapai 141 an, 1600an pengajar (ustadz) dan 23 ribuan santri.
"Termasuk juga mengoptimalkan GTT dan PTT," tambah Rini Syarifah yang menyampaikan semua itu dengan membaca teks (kertas) di atas podiumnya. Soal isu tambang galian C yang sampai kini menjadi persoalan di Kabupaten Blitar, menurut Cawabup Rachmad tidak sulit diurus.
Jika paslon Rini-Rachmad Santoso terpilih, perijinan tambang galian C akan dibuat, yakni dengan mengajukan ke provinsi Jawa Timur. "Karena tambang galian c memberi masukan pada PAD," terang Rachmad.
Terkait isu penanganan narkoba yang banyak menjerat generasi muda, cawabup Rachmad meminta aparat hukum dan BNN untuk memberlakukan treatment yang beda kepada pengguna dan bandar.
Baginya pengguna tidak perlu dihukum. Tapi lebih baik diharuskan menjalani tehabilitasi. "Sedangkan bandar memang harus ditangkap," tegasnya.
Dalam debat publik perdana itu, paslon petahana Rijanto-Marheinis terlihat lebih fokus dan menguasai materi. Terkait isu pendidikan Cabup Rijanto menjanjikan bea siswa Rp 6 juta per tahun melalui Kartu Pintar Plus kepada para pelajar yang berprestasi. "Untuk yang SMP dan SMA ada program kerjar paket yang semuanya gratis tis," ujar Cabup Rijanto.
Mengenai isu pembangunan desa, pertanian, peternakan, perikanan, paslon Rijanto-Marheinis akan meningkatkan program yang sudah berjalan. Cabup Rijanto menyebut adanya bantuan 100 sumur bor di wilayah Blitar selatan yang bertujuan untuk meningkatkan pertanian.
Produk pertanian di Blitar selatan tidak lagi hanya tanaman ketela. Dengan intensifikasi pertanian yang sudah berjalan, tanaman lain yang memiliki daya saing pasar juga dihasilkan petani Blitar selatan. Yakni seperti buah melon, cabe dan bawang merah.
Ke depan, paslon petahana juga akan lebih banyak mencetak petani milenial di desa. Program ini bersinergi dengan Bumdes, Koperasi, UMKM sekaligus pembentukan kampung digital.
Dengan tekhnologi informasi yang berkembang diharapkan akan memunculkan banyak pemuda desa yang menjadi start up muda. "Ini bonus demografi. Diharapkan menjadi lokomotif ekonomi di desanya," terang Cabup Rijanto.
Cawabup Marheinis menambahkan, ke depan akan ada bantuan Rp 10 juta kepada setiap kelompok tani di Kabupaten Blitar. Kemudian wujud bantalan sosial akibat pandemi COVID-19 , akan digelontorkan bantuan dana Rp 100 juta per desa.
Bantuan dana yang pada tahun 2021 dijanjikan Rp 250 juta per desa tersebut akan berbentuk padat karya. "Sebab DD dan ADD saja tidak cukup," kata Marheinis.
Dalam debat publik itu Marheinis juga berbicara soal bantuan hibah untuk ponpes serta pembangunan sarana prasarana rumah ibadah. Selama pasangan Rijanto-Marheinis menjabat, program itu sudah berjalan dan ke depan akan ditingkatkan.
Soal isu tambang galian C yang merusak lingkungan, Marheinis mengakui hal itu dilematis. Pada satu sisi menjadi sumber penghasilan warga Kabupaten Blitar. Disisi lain perizinannya ada dalam kewenangan pemerintah provinsi Jatim.
"Soal galian C dilematis ya. Rakyat butuh makan," tuturr Marhenis yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar. Selama sesi tanya jawab bergulir nyaris tidak ada perdebatan pikiran antara kedua paslon. (Baca juga: Bisa Dipenjara, Risma Dilaporkan ke Gubernur, DKPP, Bawaslu, dan Mendagri)
Acara debat publik yang hanya dihadiri maksimal empat suporter untuk masing masing paslon, berlangsung datar. Yang ada hanya lontaran pertanyaan cabup Rini soal kelangkaan pupuk.
Kemudian Cawabup Rahmad Santoso yang menanyakan bagaimana penanganan COVID-19. Kedua pertanyaan dijawab paslon Rijanto-Marheinis dengan keterangan normatif. Pelaksanaan protokol kesehatan sesuai ketentuan pemerintah dan melibatkan UMKM untuk bantuan warga yang secara ekonomi terdampak COVID-19.
Begitu juga pertanyaan Cawabup Marheinis yang mempertanyakan realisasi pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah. (Baca juga: Cegah Banjir, Bupati Madiun: Cintai dan Jangan Buang Sampah di Sungai)
Cawabup Rahmad menjawab, dengan kekuatan APBD Kabupaten Blitar Rp 2,3 triliun, jaminan pendidikan gratis mulai Paud sampai kuliah akan bisa dilaksanakan.
Seperti diketahui debat publik paslon pilkada di Kabupaten Blitar ini adalah yang pertama. Selama masa kampanye, KPU Kabupaten Blitar masih akan menggelar debat publik yang sama.
(boy)