Enggan Merepotkan, Mbah Sumadi Nekat Gali Makam dan Siapkan Kain Kafan Sendiri
loading...
A
A
A
REMBANG - Mbah Sumadi, warga Desa Ngemplak, Lasem, Rembang , Jawa Tengah menggali kuburan dan mempersiapkan kain kafan untuk dirinya sendiri. Dia mempersiapkan hal itu meski tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput.
Karuan saja keputusan Mbah Sumardi itu menuai berbagai komentar karena dianggap tidak lazim. Pada umumnya kuburan digali secara beramai-ramai, ketika ada seseorang meninggal dunia. (Baca juga: Yulia Dibunuh dan Mobilnya Sengaja Dibakar, Pelaku Teridentifikasi)
Mbah Sumardi yang mengaku berusia 102 tahun sudah seminggu terakhir menggali makam di pemakaman umum desa setempat. Posisi makam yang digali berdekatan dengan makam sang isteri, Djumi yang lebih dulu meninggal dunia. Saat ada warga ingin membantu, Sumadi selalu menolak. (Baca juga: Ini Titik untuk Menikmati Keindahan Rembang Dari Ketinggian)
Sumadi beralasan melakukan persiapan dari sekarang, sehingga ketika kelak meninggal dunia tidak terlalu merepotkan keluarga maupun tetangga sekitar. Apalagi kebetulan dirinya tidak mempunyai pekerjaan, sehingga waktu luangnya dimanfaatkan untuk menggali kubur.
Selain makam, Sumadi juga menyebut sudah menyiapkan kain kafan dan pathok untuk nisan. “Ketimbang nganggur. Ya enggak tahu kapan meninggalnya, tapi menyiapkan buat saya sendiri, biar tidak merepotkan yang muda-muda. Saya tidak pakai jam-jaman, pokoknya kalau capek ya pulang. Kalau harapan saya tetep panjang umur, “ kata Sumadi menggunakan bahasa Jawa, Kamis (22/10/2020).
Menggali kubur sendirian untuk kepentingan ia pribadi, sontak langsung menyedot perhatian masyarakat sekitar. Purmono, tetangga Sumadi mengaku terkejut saat pertama kali mengetahui. Penyebabnya, belum jelas kapan waktu meninggal dunia, kenapa sudah menyiapkan makam.
Ia mengenal sosok Sumadi sebagai pribadi yang aktif. Meski berusia lanjut, namun tenaganya masih kuat. Bahkan setiap ada orang meninggal dunia, Sumadi selalu datang ikut membantu menggali kubur.
"Tapi begitulah keputusan Mbah Sumadi, enggak mau merepotkan. Beliau menyiapkan juga pathoknya, dipotong sendiri, dibuat nama tulisan sendiri. Saya lihatnya saja sampai pengin nangis kok," ungkapnya.
Warga lain, Budiono sempat datang ke lokasi penggalian makam. Kepada Sumadi, ia berkelakar kalau makam sudah dibuat seperti itu, justru tidak akan cepat meninggal dunia. "Belum mati kok buat duluan, malah meninggalnya lama. Saya gojeki gitu. Tapi Mbah Sumadi nggak menghiraukan kok," kata Budiono.
Sebenarnya pihak keluarga, Ketua RT maupun aparat desa setempat sudah berulang kali menasehati Sumadi, untuk menghentikan penggalian kubur. Nurul Chasanah, cucu dari Mbah Sumadi merasa tidak enak hati, nantinya dianggap keluarga seperti membiarkan.
Padahal sudah sering memberikan masukan. Namun karena tekad kakeknya sangat kuat, akhirnya keluarga tak kuasa melarang. "Mbah Sumadi itu kan masih sehat, keluhan penyakit juga nggak ada, tapi pendengarannya sudah berkurang. Ia pernah bilang pengin meninggal cepet, kita bilangi jangan gali kubur, ya masih ngeyel, yo ben. Tiap pagi tetep pergi ke makam, melanjutkan penggalian," terangnya.
Karuan saja keputusan Mbah Sumardi itu menuai berbagai komentar karena dianggap tidak lazim. Pada umumnya kuburan digali secara beramai-ramai, ketika ada seseorang meninggal dunia. (Baca juga: Yulia Dibunuh dan Mobilnya Sengaja Dibakar, Pelaku Teridentifikasi)
Mbah Sumardi yang mengaku berusia 102 tahun sudah seminggu terakhir menggali makam di pemakaman umum desa setempat. Posisi makam yang digali berdekatan dengan makam sang isteri, Djumi yang lebih dulu meninggal dunia. Saat ada warga ingin membantu, Sumadi selalu menolak. (Baca juga: Ini Titik untuk Menikmati Keindahan Rembang Dari Ketinggian)
Sumadi beralasan melakukan persiapan dari sekarang, sehingga ketika kelak meninggal dunia tidak terlalu merepotkan keluarga maupun tetangga sekitar. Apalagi kebetulan dirinya tidak mempunyai pekerjaan, sehingga waktu luangnya dimanfaatkan untuk menggali kubur.
Selain makam, Sumadi juga menyebut sudah menyiapkan kain kafan dan pathok untuk nisan. “Ketimbang nganggur. Ya enggak tahu kapan meninggalnya, tapi menyiapkan buat saya sendiri, biar tidak merepotkan yang muda-muda. Saya tidak pakai jam-jaman, pokoknya kalau capek ya pulang. Kalau harapan saya tetep panjang umur, “ kata Sumadi menggunakan bahasa Jawa, Kamis (22/10/2020).
Menggali kubur sendirian untuk kepentingan ia pribadi, sontak langsung menyedot perhatian masyarakat sekitar. Purmono, tetangga Sumadi mengaku terkejut saat pertama kali mengetahui. Penyebabnya, belum jelas kapan waktu meninggal dunia, kenapa sudah menyiapkan makam.
Ia mengenal sosok Sumadi sebagai pribadi yang aktif. Meski berusia lanjut, namun tenaganya masih kuat. Bahkan setiap ada orang meninggal dunia, Sumadi selalu datang ikut membantu menggali kubur.
"Tapi begitulah keputusan Mbah Sumadi, enggak mau merepotkan. Beliau menyiapkan juga pathoknya, dipotong sendiri, dibuat nama tulisan sendiri. Saya lihatnya saja sampai pengin nangis kok," ungkapnya.
Warga lain, Budiono sempat datang ke lokasi penggalian makam. Kepada Sumadi, ia berkelakar kalau makam sudah dibuat seperti itu, justru tidak akan cepat meninggal dunia. "Belum mati kok buat duluan, malah meninggalnya lama. Saya gojeki gitu. Tapi Mbah Sumadi nggak menghiraukan kok," kata Budiono.
Sebenarnya pihak keluarga, Ketua RT maupun aparat desa setempat sudah berulang kali menasehati Sumadi, untuk menghentikan penggalian kubur. Nurul Chasanah, cucu dari Mbah Sumadi merasa tidak enak hati, nantinya dianggap keluarga seperti membiarkan.
Padahal sudah sering memberikan masukan. Namun karena tekad kakeknya sangat kuat, akhirnya keluarga tak kuasa melarang. "Mbah Sumadi itu kan masih sehat, keluhan penyakit juga nggak ada, tapi pendengarannya sudah berkurang. Ia pernah bilang pengin meninggal cepet, kita bilangi jangan gali kubur, ya masih ngeyel, yo ben. Tiap pagi tetep pergi ke makam, melanjutkan penggalian," terangnya.