Tega Perkosa Putri Kandung, Seorang Bapak Tewas Dihakimi Massa

Selasa, 29 September 2020 - 05:34 WIB
loading...
Tega Perkosa Putri Kandung,...
Kapolres Serdang Bedagai, AKBP Robinson Simatupang. Foto/iNews TV/Fadly Pelka
A A A
SERDANG BEDAGAI - Seorang bapak di Kecamatan Bmban, Kabupaten Serdang Bedagai , Sumatera Utara, berinisial TS (43) tega mencabuli anak kandungnya sendiri. Kelakuan bejat itu memicu kemarahan warga.

(Baca juga: KAMI Didemo, Gatot: Barangkali Mereka Butuh Uang untuk Keluarganya )

Warga akhirnya menangkap TS dan menghakiminya. Kepala desa setempat sempat mengamankan tersangka dari amukan massa, lalu diserahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Serdang Bedagai .

Kapolres Serdang Bedagai , AKBP Robinson Simatupang menyebutkan, tersangka akhirnya dijebloskan ke tahanan untuk proses penyelidikan lebih lanjut. Namun, pada Sabtu (26/9/2020) dini hari, tersangka diketahui dalam kondisi lemas dan tergeletak.

"Pada Sabtu (26/9/2020) dini hari, petugas penjaga tahanan mendengar keributan dari ruang tahanan. Seorang tahanan melaporkan kalau tersangka TS ditemukan lemas dan tergeletak," terangnya.

(Baca juga: Ratusan Massa Hadang Peserta Silaturrahmi Akbar KAMI )

Tersangka yang dijerat pasal 81 ayat 1, 2, 3 junto pasal 76 D subsider pasal 82 ayat 1, 2, junto pasal 76 E UU No. 17/2016 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 17/2016 Tentang Perlindungan Anak, tersebut, akhirnya dilarikan ke RSU Sultan Sulaiman Sei Rampah untuk dilakukan penanganan medis, namun akhirnya nyawanya tidak tertolong. Jenazah tersangka dibawa ke RS Bhayangkara Medan, untuk diotopsi.

Setelah kematian tersangka, penyidik Polres Serdang Bedagai langsung melakukan pemeriksaan terhadap 47 tahanan yang berada dalam satu blok dengan tersangka. Hasil pemeriksaan, 17 tahanan mengaku tidak suka dan benci terhadap tersangka.

(Baca juga: 3 Sumur 'Lubang Buaya' Banyuwangi, Saksi Bisu Kekejaman G30S PKI )

"Para tahanan tersebut menilai tersangka arogan, karena telah melakukan persetubuhan dengan anak kandung sendiri. Selain itu, aksi kekerasan tersebut juga dipicu kondisi sel tahanan yang kelebihan kapasitas, sehingga membuat mereka emosi," ujar Robinson.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2305 seconds (0.1#10.140)