Tanpa Lockdown Total, Yuk! Intip Cara Taiwan Taklukkan COVID-19
loading...
A
A
A
"Ini meningkatkan kapasitas produksi harian Taiwan dari 1,8 juta masker menjadi 8 juta masker. Ini disebut 'Masker Keajaiban Taiwan'."
Teknologi untuk Deteksi Dini
Pemerintah Taiwan juga telah menggunakan teknologi data untuk membantu petugas medis mengidentifikasi dan melacak pasien suspect COVID-19 dan individu yang berisiko tinggi.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, Dr Jason Wang, seorang ahli kebijakan kesehatan masyarakat di Universitas Stanford di AS, menyoroti penggunaan teknologi Taiwan untuk melacak keberadaan mereka yang berada di bawah karantina.
"Pemerintah akan memanggil Anda dan mencoba mencari tahu di mana Anda berada," kata Wang. "Mereka dapat melacak orang-orang dengan telepon mereka, yang memungkinkan mereka memastikan semua orang yang seharusnya menjalani wajib karantina 14 hari dan tidak melanggar peraturan dengan menyelinap keluar dari lokasi karantina mereka."
Pemerintah Taiwan juga memberikan dukungan bagi mereka yang dikarantina. Para pemimpin desa setempat membawa satu tas perlengkapan kebutuhan pokok seperti makanan atau pun buku kepada individu yang dikarantina. Karena sebagian besar karantina diberlakukan, pemerintah Taiwan juga meluncurkan program kesejahteraan yang memberikan tunjangan harian USD30 bagi mereka yang terkena karantina selama periode dua minggu.
"Ini memberi orang Taiwan lebih banyak insentif untuk melaporkan gejala mereka dengan jujur," kata Wang.
"Itulah cara demokrasi menangani karantina selama wabah coronavirus, dan itu sangat berbeda dari pemerintah otoriter. Saya pikir ini adalah kasus di mana demokrasi harus memanfaatkan data dan teknologi mereka dengan tepat, sehingga mereka dapat membuat orang tertarik ke tempat yang tepat dan menindaklanjuti dengan perawatan yang tepat."
Melawan Disinformasi China
Ketika pemerintah Taiwan sibuk menangani wabah coronavirus, pulau itu juga menyaksikan gelombang disinformasi coronavirus pada platform media sosial.
Dicampur dengan karakter Mandarin sederhana yang biasanya digunakan di daratan China, dan frasa yang sebagian besar tidak dikenal oleh pengguna media sosial di Taiwan, para peneliti dengan cepat menyimpulkan bahwa kampanye disinformasi ini berasal dari China daratan.
Taiwan FactCheck Center, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada pembongkaran disinformasi di Taiwan, dengan cepat memberi tahu masyarakat umum tentang kampanye disinformasi ini, yang sebagian besar ditujukan kepada pemerintah Taiwan.
Teknologi untuk Deteksi Dini
Pemerintah Taiwan juga telah menggunakan teknologi data untuk membantu petugas medis mengidentifikasi dan melacak pasien suspect COVID-19 dan individu yang berisiko tinggi.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, Dr Jason Wang, seorang ahli kebijakan kesehatan masyarakat di Universitas Stanford di AS, menyoroti penggunaan teknologi Taiwan untuk melacak keberadaan mereka yang berada di bawah karantina.
"Pemerintah akan memanggil Anda dan mencoba mencari tahu di mana Anda berada," kata Wang. "Mereka dapat melacak orang-orang dengan telepon mereka, yang memungkinkan mereka memastikan semua orang yang seharusnya menjalani wajib karantina 14 hari dan tidak melanggar peraturan dengan menyelinap keluar dari lokasi karantina mereka."
Pemerintah Taiwan juga memberikan dukungan bagi mereka yang dikarantina. Para pemimpin desa setempat membawa satu tas perlengkapan kebutuhan pokok seperti makanan atau pun buku kepada individu yang dikarantina. Karena sebagian besar karantina diberlakukan, pemerintah Taiwan juga meluncurkan program kesejahteraan yang memberikan tunjangan harian USD30 bagi mereka yang terkena karantina selama periode dua minggu.
"Ini memberi orang Taiwan lebih banyak insentif untuk melaporkan gejala mereka dengan jujur," kata Wang.
"Itulah cara demokrasi menangani karantina selama wabah coronavirus, dan itu sangat berbeda dari pemerintah otoriter. Saya pikir ini adalah kasus di mana demokrasi harus memanfaatkan data dan teknologi mereka dengan tepat, sehingga mereka dapat membuat orang tertarik ke tempat yang tepat dan menindaklanjuti dengan perawatan yang tepat."
Melawan Disinformasi China
Ketika pemerintah Taiwan sibuk menangani wabah coronavirus, pulau itu juga menyaksikan gelombang disinformasi coronavirus pada platform media sosial.
Dicampur dengan karakter Mandarin sederhana yang biasanya digunakan di daratan China, dan frasa yang sebagian besar tidak dikenal oleh pengguna media sosial di Taiwan, para peneliti dengan cepat menyimpulkan bahwa kampanye disinformasi ini berasal dari China daratan.
Taiwan FactCheck Center, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada pembongkaran disinformasi di Taiwan, dengan cepat memberi tahu masyarakat umum tentang kampanye disinformasi ini, yang sebagian besar ditujukan kepada pemerintah Taiwan.