Taiwan ICDF dan Unhas Berhasil Tingkatkan Varietas Padi Unggul di Sulsel
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Jenis padi di Indonesia sudah lama menjadi daya tarik bagi masyarakat Taiwan. Kebutuhan padi sebagai bahan pokok menjadi dinamika yang harus dipecahkan karena masifnya perubahan iklim Dunia saat ini
Taiwan International Cooperation and Development Fund (ICDF) berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasilnya, menciptakan bibit padi yang tahan hama dan cuaca.
”Demonstrasi drone dalam proyek ini telah mengeksplorasi penerapan teknologi modern di bidang pertanian, membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi pertanian,” kata Chief of Thaiwan Technical Mission of Taiwan (ICDF) Kao Hsiang Tai, Rabu (30/8/2023).
Kegiatan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil varietas padi unggul, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas beras secara keseluruhan, serta meningkatkan pendapatan produsen benih.
Sehingga melibatkan beberapa inisiatif seperti mempromosikan sawah seluas 400 hektar, mengadakan sesi pelatihan, dan merevisi manual budidaya padi, sehingga secara efektif mendorong pembangunan pertanian.
”Sebagai respons terhadap tantangan perubahan iklim, proyek ini telah memperkenalkan varietas padi asli Indonesia yang memiliki sifat tahan rebah dan pematangan awal, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan iklim di wilayah tersebut,” ucapnya.
Demonstrasi drone dalam proyek ini telah mengeksplorasi penerapan teknologi modern di bidang pertanian, membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi pertanian. Dampak proyek ini sangat mengesankan.
Sebelum intervensi, hanya 1% dari total kebutuhan benih padi bersertifikat di Sulawesi Selatan diproduksi. Setelah intervensi proyek, angka ini meningkat menjadi 12%. Proyek ini telah menghasilkan peningkatan pendapatan petani secara keseluruhan sebesar 20%.
Proyek ini juga mengadakan kolaborasi bersama International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina, dengan mengadakan seminar dan lokakarya internasional di mana para ahli dan cendekiawan internasional terlibat dalam diskusi mendalam.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam pidatonya menyampaikan bahwasanya proyek ini dapat menghasilkan peningkatan produksi padi secara nasional. ”Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan komoditas pertanian kita, khususnya soal perpadian,” ujarnya.
Proyek ini tentunya menjadi tonggak penting dalam upaya kolaboratif Taiwan dan Indonesia untuk mendorong inovasi pertanian dan ketahanan iklim. Hal ini membuka jalan bagi babak baru pembangunan pertanian berkelanjutan di masa depan.
Taiwan International Cooperation and Development Fund (ICDF) berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasilnya, menciptakan bibit padi yang tahan hama dan cuaca.
”Demonstrasi drone dalam proyek ini telah mengeksplorasi penerapan teknologi modern di bidang pertanian, membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi pertanian,” kata Chief of Thaiwan Technical Mission of Taiwan (ICDF) Kao Hsiang Tai, Rabu (30/8/2023).
Kegiatan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil varietas padi unggul, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas beras secara keseluruhan, serta meningkatkan pendapatan produsen benih.
Sehingga melibatkan beberapa inisiatif seperti mempromosikan sawah seluas 400 hektar, mengadakan sesi pelatihan, dan merevisi manual budidaya padi, sehingga secara efektif mendorong pembangunan pertanian.
”Sebagai respons terhadap tantangan perubahan iklim, proyek ini telah memperkenalkan varietas padi asli Indonesia yang memiliki sifat tahan rebah dan pematangan awal, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan iklim di wilayah tersebut,” ucapnya.
Demonstrasi drone dalam proyek ini telah mengeksplorasi penerapan teknologi modern di bidang pertanian, membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi pertanian. Dampak proyek ini sangat mengesankan.
Sebelum intervensi, hanya 1% dari total kebutuhan benih padi bersertifikat di Sulawesi Selatan diproduksi. Setelah intervensi proyek, angka ini meningkat menjadi 12%. Proyek ini telah menghasilkan peningkatan pendapatan petani secara keseluruhan sebesar 20%.
Proyek ini juga mengadakan kolaborasi bersama International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina, dengan mengadakan seminar dan lokakarya internasional di mana para ahli dan cendekiawan internasional terlibat dalam diskusi mendalam.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam pidatonya menyampaikan bahwasanya proyek ini dapat menghasilkan peningkatan produksi padi secara nasional. ”Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan komoditas pertanian kita, khususnya soal perpadian,” ujarnya.
Proyek ini tentunya menjadi tonggak penting dalam upaya kolaboratif Taiwan dan Indonesia untuk mendorong inovasi pertanian dan ketahanan iklim. Hal ini membuka jalan bagi babak baru pembangunan pertanian berkelanjutan di masa depan.
(ams)