Mabar Milenial Terselip Gerakan Radikal
loading...
A
A
A
SURABAYA - Gerakan radikal menolak surut di tengah pandemi COVID-19 . Lewat ruang digital, mereka menyisipkan benih-benih yang ditanam pada anak-anak untuk bisa dipetik hasilnya. Operasinya lebih rapi, senyap dan memakai cara milenial untuk menebar jala.
(Baca juga: Surabaya Kembali Terapkan Rapid Test dan Swab Bagi Pendatang )
Pandemi COVID-19 juga menjadi momentum bagi mereka, di saat fokus semua pihak tertuju pada penanganan virus. Di sisi lain, ruang digital menjadi muara bagi mereka ketika melihat durasi anak-anak semakin lama dengan ponselnya yang dipakai untuk belajar dan bermain game online.
Senja belum benar-benar pergi ketika Septian Dwi Ariyanto (18) memasang earphone gaming warna hitam berukuran raksasa di kedua telinganya. Senyumnya terbuka lebar dan gerakan tangannya lincah ketika menekan berbagai tombol di keyboard untuk segera membuka permainan Mobile Legends .
Ruangan yang ditempatinya cukup sejuk, dua air conditioner (AC) yang terus menyembur bertabrakan di berbagai sisi ruangan. Beberapa teriakan mengema, sumpah serapah yang memenuhi isi ruangan berukuran 8x10 meter di ujung jalan utama menuju kawasan Gayung Kebonsari, Surabaya .
Septian sudah mendekatkan kepalanya ke layar monitor berukuran 15 inchi yang terlihat besar dari kejauhan. Dua botol air mineral menemaninya tepat di atas meja yang menopang tas kecil berwarna merah. Topi hitam miliknya pun parkir dengan indah.
Ia tak mau terburu-buru untuk memulai permainan, matanya masih begitu penasaran untuk memeriksa persenjataan dan teman yang akan diajak bergabung. Baginya, kehadiran teman yang akan diajak main bareng atau mabar menjadi faktor paling penting di Mobile Legends . Pasalnya, bermain solo sangat berisiko untuk binasa dan kehilangan berbagai poin penting dalam game online.
Segera ia membuka kolom public chat dan melihat add friend yang sudah disajikan. Beberapa kali ia menekan tombol klik untuk mengirimkan permintaan pertemanan. Tak menunggu lama, teman baru pun berdatangan dengan beragam profil.
Pertemanan secara acak itu membuka celah bagi dirinya untuk bertemu dengan semua pegiat game online di nusantara dan dari luar negeri. Beragam teman pernah dijumpai dengan ragam dan keseruan yang berbeda-beda.
Septian pernah bercerita, pada satu malam ia pernah mabar dengan empat orang. Dalam keseruan bermain game itu, percakapan-percakapan keluar. Mulai dari senjata, langkah sembunyi sampai strategi pertempuran yang dipakai.
(Baca juga: Surabaya Kembali Terapkan Rapid Test dan Swab Bagi Pendatang )
Pandemi COVID-19 juga menjadi momentum bagi mereka, di saat fokus semua pihak tertuju pada penanganan virus. Di sisi lain, ruang digital menjadi muara bagi mereka ketika melihat durasi anak-anak semakin lama dengan ponselnya yang dipakai untuk belajar dan bermain game online.
Senja belum benar-benar pergi ketika Septian Dwi Ariyanto (18) memasang earphone gaming warna hitam berukuran raksasa di kedua telinganya. Senyumnya terbuka lebar dan gerakan tangannya lincah ketika menekan berbagai tombol di keyboard untuk segera membuka permainan Mobile Legends .
Ruangan yang ditempatinya cukup sejuk, dua air conditioner (AC) yang terus menyembur bertabrakan di berbagai sisi ruangan. Beberapa teriakan mengema, sumpah serapah yang memenuhi isi ruangan berukuran 8x10 meter di ujung jalan utama menuju kawasan Gayung Kebonsari, Surabaya .
Septian sudah mendekatkan kepalanya ke layar monitor berukuran 15 inchi yang terlihat besar dari kejauhan. Dua botol air mineral menemaninya tepat di atas meja yang menopang tas kecil berwarna merah. Topi hitam miliknya pun parkir dengan indah.
Ia tak mau terburu-buru untuk memulai permainan, matanya masih begitu penasaran untuk memeriksa persenjataan dan teman yang akan diajak bergabung. Baginya, kehadiran teman yang akan diajak main bareng atau mabar menjadi faktor paling penting di Mobile Legends . Pasalnya, bermain solo sangat berisiko untuk binasa dan kehilangan berbagai poin penting dalam game online.
Segera ia membuka kolom public chat dan melihat add friend yang sudah disajikan. Beberapa kali ia menekan tombol klik untuk mengirimkan permintaan pertemanan. Tak menunggu lama, teman baru pun berdatangan dengan beragam profil.
Pertemanan secara acak itu membuka celah bagi dirinya untuk bertemu dengan semua pegiat game online di nusantara dan dari luar negeri. Beragam teman pernah dijumpai dengan ragam dan keseruan yang berbeda-beda.
Septian pernah bercerita, pada satu malam ia pernah mabar dengan empat orang. Dalam keseruan bermain game itu, percakapan-percakapan keluar. Mulai dari senjata, langkah sembunyi sampai strategi pertempuran yang dipakai.