Mabar Milenial Terselip Gerakan Radikal

Senin, 14 September 2020 - 13:05 WIB
loading...
A A A
"Jadi jangan heran kalau sekarang penampilan kelompik radikal lebih mudah dan rapi," katanya. (Baca juga: Lama Bungkam, Risma Bicara Alasan Tolak Bangun Tol Tengah Kota )

Cara yang dipakai pun beragam. Mereka memahami dulu sasaran milenial yang akan dibidik. Memahami pola serta ikut larut dalam gegap gempita yang disukai kelompok milenial. “Ada banyak cela kalau di internet, termasuk game online yang mudah untuk dimasuki,” jelasnya.

Bagi orang tua, katanya, ada yang masih konvensional beranggapan kalau anaknya aman ketika bermain game online. Anaknya diangap bisa bersosialisasi serta berteman dengan cara yang berbeda, yakni lewat internet. Semakin banyak temannya, si buah hati dianggap semakin baik.

"Ini menjadi peluang bagi kelompok muda untuk diajak dan disisipi berbagai gerakan radikal," ucapnya.

Gerakan radikal juga melakukan pemetaan wilayah yang dijadikan sasaran. Butuh kesiapan dari semua pihak untuk bisa berkolaborasi dalam mempersempit gerakan mereka.

Wali Kota Surabaya , Tri Rismaharini menuturkan, perubahan pola gerakan radikal harus bisa dipetakan. Pihaknya masih teringat betul ketika bom Surabaya yang terjadi 2018 lalu masih menyisahkan luka yang dalam di benak warga Kota Pahlawan.

Banyak trauma yang tersisa, dari orang tua dan anak-anak yang sedang bertumbuh. Waktu itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) serta tokoh agama untuk sama-sama menyelesaikan persoalan dengan penanganan cepat. Termasuk mengundang psikolog dan psikiater untuk melakukan trauma healing kepada anak-anak korban.

"Kita juga melakukan hal yang sama pada anak para pelaku yang masih hidup," ungkapnya. (Baca juga: Gerakan Pemuda Ka'bah Milenial Siap Menangkan Paslon MA-Mujiaman )

Risma pun menyadari ada sektor yang harus diselamatkan. Untuk anak para pelaku pengeboman juga didampingi oleh psikolog dari berbagai kampus. Semua ini dilakukan selain untuk menghilangkan rasa traumanya mereka juga dapat dilakukan deradikalisasi. "Selain dilakukan healing traumanya, juga di deradikalisasi sudut pandangnya. Makanya kami libatkan," katanya.

Saat ini, di tengah pandemi COVID-19 tak boleh luput untuk meletakan pondasi yang kuat bagi anak-anak untuk menghindari gerakan radikal. Dalam situasi yang ada saat ini, pihaknya memaksimalkan betul peran Ibu Pemantau Jentik (Bu Mantik) ikut dalam upaya penanganan kasus terorisme.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1593 seconds (0.1#10.140)