Tak Dapat Bantuan, Mahasiswa Perantau di Toraja Mulai Kelaparan
loading...
A
A
A
TORAJA UTARA - Sejak pandemi COVID-19 muncul di Indonesia dan diberlakukan kebijakan pembatasan sosial, mahasiswa yang sedang menempuh studi di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, harus ikut mengalami dampak kebijakan ini.
Mereka mulai kesulitan ekonomi seperti penyediaan bahan makanan dan membayar biaya sewa rumah atau biaya kost.
“Sebelum ada virus corona, kami mahasiswa menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa. Tapi saat wabah ini dan pemerintah pusat mengimbau untuk tidak keluar rumah dan kami mulai kesulitan mencari makan minum dan kebutuhan lain,” kata salah satu mahasiswa UKI Toraja, Agri Mafinto Day To Rinto, Minggu (3/5/2020). (Baca juga: Nakes Diberhentikan dan Diusir, Ombudsman Singgung Manajemen Kurang Baik)
Untuk tetap bertahan di kontrakan masing-masing, tambah Agri, para mahasiswa patungan untuk membeli makan. “Selama 14 hari pertama kami di masing-masing makan apa adanya. Ada berkat kami sumbang-sumbang baru beli makan sedikit yang penting bisa bertahan,” jelas mahasiswa asal Kalimantan Utara ini.
Agri yang mengambil jurusan PGSD ini mengatakan, kiriman uang dari orangtua untuk makan dan minum pun terhambat. “Ada puluhan mahasiswa asal Kalimantan di Toraja yang tinggal di kontrakan, sedang mahasiswi berada di kost. Untuk makan dan minum, kiriman dari orangtua juga tidak selalu ada. Kadang dikirim kadang juga tidak. Apalagi dengan situasi saat ini justru menyulitkan orangtua melakukan transaksi, pengiriman tidak selancar biasanya, bahkan orangtua kami ada yang sudah di-PHK dan tidak bekerja,” tutur Agri.
Walau makan sudah susah, namun kewajiban mereka sebagai mahasiswa tetap dilakukan. “Sejak wabah ini kami alami kelaparan, makan sudah susah dan ditambah lagi dengan kami harus melakukan aktivitas belajar dengan jarak jauh menggunakan internet, dan tidak semua mahasiswa punya handphone android yang paten mereka gunakan,” jelas anggota GMKI Cabang Toraja ini.
Mahasiswa semester 8 ini mengatakan, mahasiswa berharap agar Pemerintah Kabupaten Toraja Utara agar melihat situasi ini menyeluruh, baik di daerah dan di luar daerah.
“Pemerintah Kabupaten Toraja Utara seakan tidak peduli pada kami mahasiswa dari luar Toraja. Kami berharap, Pemerintah Kabupaten Toraja Utara segera menyalurkan bantuan kepada kami sampai situasi membaik dan kembali normal,” katanya.
“Tolong perhatikan kami. Kami lapar. Anggaran pusat dan daerah untuk wabah COVID-19 ini ke mana saja?, kami mahasiswa asal kalimantan sebanyak belasan yang tidak memilik keluarga di sini,” lanjut Agri.
Rudi Sumari, mahasiswa semester 6 UKI Toraja jurusan Bahasa Inggris mengatakan, sejak adanya wabah COVID-19, dirinya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah.
“Kami mahasiswa asal Papua yang saat ini sedang menuntut ilmu di Toraja mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas kuliah pun terhambat karena kuliah menggunakan sistim online,” ungkap Rudi.
Dia menambahkan, orangtuanya pun mengalami kesulitan dalam mengirimkan uang makan dan kebutuhan lain. “Orangtua kami belum bisa mengirimkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bayar kuliah, dan beli paket data untuk kuliah online. Kami bertahan dengan apa adanya,” jelas Rudi.
Mahasiswa ini berharap pemerintah dapat melihat kondisi mereka yang berada dalam karantina mandiri. “Kami minta perhatian dari Pemkab Toraja Utara,” jelasnya. Para mahasiswa dari luar ini tersebar di berbagi kos di Kabupaten Toraja Utara.
Mereka mulai kesulitan ekonomi seperti penyediaan bahan makanan dan membayar biaya sewa rumah atau biaya kost.
“Sebelum ada virus corona, kami mahasiswa menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa. Tapi saat wabah ini dan pemerintah pusat mengimbau untuk tidak keluar rumah dan kami mulai kesulitan mencari makan minum dan kebutuhan lain,” kata salah satu mahasiswa UKI Toraja, Agri Mafinto Day To Rinto, Minggu (3/5/2020). (Baca juga: Nakes Diberhentikan dan Diusir, Ombudsman Singgung Manajemen Kurang Baik)
Untuk tetap bertahan di kontrakan masing-masing, tambah Agri, para mahasiswa patungan untuk membeli makan. “Selama 14 hari pertama kami di masing-masing makan apa adanya. Ada berkat kami sumbang-sumbang baru beli makan sedikit yang penting bisa bertahan,” jelas mahasiswa asal Kalimantan Utara ini.
Agri yang mengambil jurusan PGSD ini mengatakan, kiriman uang dari orangtua untuk makan dan minum pun terhambat. “Ada puluhan mahasiswa asal Kalimantan di Toraja yang tinggal di kontrakan, sedang mahasiswi berada di kost. Untuk makan dan minum, kiriman dari orangtua juga tidak selalu ada. Kadang dikirim kadang juga tidak. Apalagi dengan situasi saat ini justru menyulitkan orangtua melakukan transaksi, pengiriman tidak selancar biasanya, bahkan orangtua kami ada yang sudah di-PHK dan tidak bekerja,” tutur Agri.
Walau makan sudah susah, namun kewajiban mereka sebagai mahasiswa tetap dilakukan. “Sejak wabah ini kami alami kelaparan, makan sudah susah dan ditambah lagi dengan kami harus melakukan aktivitas belajar dengan jarak jauh menggunakan internet, dan tidak semua mahasiswa punya handphone android yang paten mereka gunakan,” jelas anggota GMKI Cabang Toraja ini.
Mahasiswa semester 8 ini mengatakan, mahasiswa berharap agar Pemerintah Kabupaten Toraja Utara agar melihat situasi ini menyeluruh, baik di daerah dan di luar daerah.
“Pemerintah Kabupaten Toraja Utara seakan tidak peduli pada kami mahasiswa dari luar Toraja. Kami berharap, Pemerintah Kabupaten Toraja Utara segera menyalurkan bantuan kepada kami sampai situasi membaik dan kembali normal,” katanya.
“Tolong perhatikan kami. Kami lapar. Anggaran pusat dan daerah untuk wabah COVID-19 ini ke mana saja?, kami mahasiswa asal kalimantan sebanyak belasan yang tidak memilik keluarga di sini,” lanjut Agri.
Rudi Sumari, mahasiswa semester 6 UKI Toraja jurusan Bahasa Inggris mengatakan, sejak adanya wabah COVID-19, dirinya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah.
“Kami mahasiswa asal Papua yang saat ini sedang menuntut ilmu di Toraja mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas kuliah pun terhambat karena kuliah menggunakan sistim online,” ungkap Rudi.
Dia menambahkan, orangtuanya pun mengalami kesulitan dalam mengirimkan uang makan dan kebutuhan lain. “Orangtua kami belum bisa mengirimkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bayar kuliah, dan beli paket data untuk kuliah online. Kami bertahan dengan apa adanya,” jelas Rudi.
Mahasiswa ini berharap pemerintah dapat melihat kondisi mereka yang berada dalam karantina mandiri. “Kami minta perhatian dari Pemkab Toraja Utara,” jelasnya. Para mahasiswa dari luar ini tersebar di berbagi kos di Kabupaten Toraja Utara.
(nbs)