Cerita Para Pelaku UKM Semarang Bertahan di Masa Pandemi COVID-19

Senin, 07 September 2020 - 06:40 WIB
loading...
A A A
(Baca juga: Calon Gubernur Cantik Ini Tutup Pendaftaran Pilkada Sulut )

Begitu halnya dengan UKM Super Roti yang berada di Jalan Fatmawati nomor 91, Kota Semarang. UKM dengan produk unggulan Roti Bekatul milik Ismiati ini bisa bertahan karena mempertahankan ciri khas produk unggulan. Ia juga terus berinovasi dengan mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk Bekatul lain yang diinginkan. Ismiati juga tidak merumahkan satu pun karyawannya dari total 22 karyawan.

"Selama pandemi ini untuk Roti Bekatul justru naik, kalau yang roti terigu turun. Orang di masa pandemi ini kan mencari apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan karena butuh sehat dan lainnya. Karyawan tetap ada 22, di sini (toko) ada 4, lainnya di Sawah Besar. Selama pandemi ini saya tidak mengurangi atau merumahkan karyawan satu pun," ujar Ismiati.

Ismiati memilih tidak mengurangi karyawan karena kondisi saat ini sedang sulit dan mengajak untuk bergandengan tangan menghadapi lesunya roda perekonomian. Pilihannya jatuh dengan menginovasi harga jual produk-produk unggulannya menjadi setengah harga biasa.

"Saya bilang ke mereka, ayo kita bergandengan tangan jangan sampai ada pengurangan karyawan karena kondisi sedang sulit. Caranya kita bikin roti dari hati. Kita bikin yang bagus, yang enak, biar konsumen puas dan mencari kita," beber Ismiati yang telah berhasil mencapai pasar internasional untuk produknya.

Terakhir, UKM Anindya Batik di Jalan Kedungmundu, Semarang, yang dikelola oleh Lisa Farida. UKM ini sempat terjatuh dan berhenti produksi selama masa awal pandemi COVID-19. (Baca juga: 500 Prajurit TNI Tiba di Papua, Antisipasi Kerawanan di Pegunungan )

Cerita Para Pelaku UKM Semarang Bertahan di Masa Pandemi COVID-19


Masa awal itu Anindya Batik tidak mendapat satu pun order baju batik dan 11 pameran hingga bulan Desember batal. Namun UKM yang membina kawan difabel seperti tuna rungu dan tuna wicara itu akhirnya bangkit setelah berinovasi dengan membuat masker batik.

"Awal pandemi yaitu bulan Maret-April kami menangis, bukan hanya saya tetapi semua karyawan juga menangis karena saya liburkan. Mereka takut karena masih anget-angetnya Corona. Kami benar-benar stop produksi, akhirnya ada customer dari Surabaya minta dikirim masker batik abstrak," tuturnya.

(Baca juga: Hingga Penutupan, Hanya 1 Paslon yang Mendaftar di Sungaipenuh )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1117 seconds (0.1#10.140)