Kisah 7 Pejabat Staf Khusus Raja Majapahit Raden Wijaya Disingkirkan Dyah Halayudha
loading...

Raja pertama Majapahit Raden Wijaya dibantu pejabat Dharmaputra. Pejabat ini terdiri dari 7 orang ahli, kalau sekarang ini mungkin menyerupai staf khusus presiden. Foto: Ist
A
A
A
RAJApertama Majapahit Raden Wijaya dibantu pejabat Dharmaputra. Pejabat ini terdiri dari 7 orang ahli, kalau sekarang ini mungkin menyerupai staf khusus presiden.
Dharmaputra disebutkan dalam naskah kuno Kakawin Pararaton yang mengisahkan kehidupan masyarakat Majapahit.
Tujuh pejabat Dharmaputra yakni Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Jabatan 7 orang ini tak pernah disebutkan dalam sumber sejarah lain seperti Negarakertagama atau prasasti lainnya yang dikeluarkan raja-raja Majapahit setelah itu.
Dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa 1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit", jabatan Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka, yang artinya pegawai istimewa yang disayangi raja.
Definisi tersebut bukanlah orang sembarangan melainkan abdi kerajaan yang terpilih dan mempunyai kelebihan. Dari 7 pejabat Dharmaputra yang diangkat, semuanya mempunyai jasa dan keahlian masing-masing.
Ra Tanca misalnya, dia diangkat menjadi Dharmaputra karena berhasil menyembuhkan penyakit mematikan yang diderita raja. Ra Kuti diangkat menjadi Dharmaputra karena cakap dalam kemiliteran dan membanggakan negara. Begitu pun dengan yang lainnya mempunyai keahlian dan jasanya masing-masing.
Setelah wafatnya Raden Wijaya dan berganti ke takhta Jayanagara, anak laki-laki satu-satunya Raden Wijaya dari seorang wanita Melayu, kebijakan kerajaan kerap dipengaruhi seseorang bernama Dyah Halayudha yang disebut sebagai Mahapati dalam kitab kuno.
Sosoknya terkenal licik dan menghalalkan segala cara untuk mencapai misinya. Tak ayal, kebijakan raja banyak yang sengsara pada zaman ini.
Pejabat yang berseberangan dengan Dyah Halayudha, termasuk yang mengemban jabatan Dharmaputra satu per satu dibunuh dan disingkirkan atas nama kerajaan. Tuduhannya macam-macam, ada yang dianggap tidak becus bertugas sampai dituduh memberontak.
Gesekan Dharmaputra dengan pemerintah Majapahit dimulai pascapembunuhan Mahapatih Nambi. Pada 1316 ayah Patih Nambi yang bernama Pranaraja meninggal dunia di Lumajang. Salah satu anggota Dharmaputra yaitu Ra Semi ikut dalam rombongan pelayat dari Majapahit.
Kemudian terjadi peristiwa tragis di mana Nambi difitnah melakukan pemberontakan oleh Dyah Halayudha. Karena lebih percaya Dyah Halayudha, Raja Jayanagara kemudian menghukum Nambi.
Saat pasukan Majapahit menyerang, Ra Semi masih berada di Lamajang bersama anggota rombongan lainnya. Mau tidak mau ia pun bergabung membela Nambi.
Akhirnya, Nambi dikisahkan terbunuh beserta seluruh pendukungnya, termasuk Ra Semi. Kisah tersebut dituturkan pada naskah Kidung Sorandaka. Setelah kejadian itu, 6 anggota Dharmaputra yang masih hidup menyimpan dendam luar biasa kepada Jayanagara dan Dyah Halayudha.
Kedekatan batin satu anggota dengan anggota lain menjadi sebabnya. Selain itu, selama pemerintahan Jayanagara roda pemerintahan Majapahit tidak berjalan dengan baik.
Pada situasi yang tidak kondusif inilah, Ra Kuti dan Dharmaputra lainnya merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Jayanagara. Di antara 6 Dharmaputra, Ra Kuti yang memang terlihat paling unggul dan memiliki kedekatan dengan Jayanagara.
Dia berusaha sebisa mungkin mendekatkan diri kepada Jayanagara demi berhasil membunuhnya. Sebab sangat raja telah menjadi penyebab meninggalnya sang istri dan merusak rumah tangganya.
Dharmaputra disebutkan dalam naskah kuno Kakawin Pararaton yang mengisahkan kehidupan masyarakat Majapahit.
Tujuh pejabat Dharmaputra yakni Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Jabatan 7 orang ini tak pernah disebutkan dalam sumber sejarah lain seperti Negarakertagama atau prasasti lainnya yang dikeluarkan raja-raja Majapahit setelah itu.
Dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa 1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit", jabatan Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka, yang artinya pegawai istimewa yang disayangi raja.
Definisi tersebut bukanlah orang sembarangan melainkan abdi kerajaan yang terpilih dan mempunyai kelebihan. Dari 7 pejabat Dharmaputra yang diangkat, semuanya mempunyai jasa dan keahlian masing-masing.
Ra Tanca misalnya, dia diangkat menjadi Dharmaputra karena berhasil menyembuhkan penyakit mematikan yang diderita raja. Ra Kuti diangkat menjadi Dharmaputra karena cakap dalam kemiliteran dan membanggakan negara. Begitu pun dengan yang lainnya mempunyai keahlian dan jasanya masing-masing.
Setelah wafatnya Raden Wijaya dan berganti ke takhta Jayanagara, anak laki-laki satu-satunya Raden Wijaya dari seorang wanita Melayu, kebijakan kerajaan kerap dipengaruhi seseorang bernama Dyah Halayudha yang disebut sebagai Mahapati dalam kitab kuno.
Sosoknya terkenal licik dan menghalalkan segala cara untuk mencapai misinya. Tak ayal, kebijakan raja banyak yang sengsara pada zaman ini.
Pejabat yang berseberangan dengan Dyah Halayudha, termasuk yang mengemban jabatan Dharmaputra satu per satu dibunuh dan disingkirkan atas nama kerajaan. Tuduhannya macam-macam, ada yang dianggap tidak becus bertugas sampai dituduh memberontak.
Gesekan Dharmaputra dengan pemerintah Majapahit dimulai pascapembunuhan Mahapatih Nambi. Pada 1316 ayah Patih Nambi yang bernama Pranaraja meninggal dunia di Lumajang. Salah satu anggota Dharmaputra yaitu Ra Semi ikut dalam rombongan pelayat dari Majapahit.
Kemudian terjadi peristiwa tragis di mana Nambi difitnah melakukan pemberontakan oleh Dyah Halayudha. Karena lebih percaya Dyah Halayudha, Raja Jayanagara kemudian menghukum Nambi.
Saat pasukan Majapahit menyerang, Ra Semi masih berada di Lamajang bersama anggota rombongan lainnya. Mau tidak mau ia pun bergabung membela Nambi.
Akhirnya, Nambi dikisahkan terbunuh beserta seluruh pendukungnya, termasuk Ra Semi. Kisah tersebut dituturkan pada naskah Kidung Sorandaka. Setelah kejadian itu, 6 anggota Dharmaputra yang masih hidup menyimpan dendam luar biasa kepada Jayanagara dan Dyah Halayudha.
Kedekatan batin satu anggota dengan anggota lain menjadi sebabnya. Selain itu, selama pemerintahan Jayanagara roda pemerintahan Majapahit tidak berjalan dengan baik.
Pada situasi yang tidak kondusif inilah, Ra Kuti dan Dharmaputra lainnya merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Jayanagara. Di antara 6 Dharmaputra, Ra Kuti yang memang terlihat paling unggul dan memiliki kedekatan dengan Jayanagara.
Dia berusaha sebisa mungkin mendekatkan diri kepada Jayanagara demi berhasil membunuhnya. Sebab sangat raja telah menjadi penyebab meninggalnya sang istri dan merusak rumah tangganya.
(jon)