Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara
loading...

Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara, Desa Gembara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. FOTO/IST
A
A
A
KUTAI TIMUR - PT Kaltim Prima Coal (KPC), unit usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), berkomitmen mengelola lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati di wilayah operasionalnya. Dengan wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) seluas ±61.453 hektare, KPC berada di antara dua kawasan konservasi bernilai tinggi, yaitu Taman Nasional Kutai dan Kawasan Mangrove di pesisir Selat Makassar.
Posisi strategis tersebut menjadikan wilayah tambang KPC berperan penting dalam mendukung kelestarian lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.
Keanekaragaman hayati menjadi indikator utama dalam keberhasilan reklamasi tambang. Untuk melindungi ekosistem, KPC telah menetapkan kawasan bernilai konservasi tinggi seluas ±2.040,70 hektare yang terdiri dari: Kawasan Konservasi Taman Payau (163,06 hektare), Kawasan Konservasi Arboretum Murung (22,23 hektare), Swarga Bara (1,22 hektare), Kawasan Konservasi Pinang Dome (968,71 hektare), Kawasan Tanjung Bara (502,56 hektare), dan Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara (382,92 hektare).
Salah satu kawasan konservasi utama, Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara, berlokasi di Desa Gembara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Wilayah ini didominasi oleh vegetasi mangrove seperti Rhizophora sp., Sonneratia sp., dan Ceriops tagal. Dengan kadar biomassa mencapai lebih dari 10 ton per hektare dan serapan karbon lebih dari 5 ton C/ha/tahun, kawasan ini berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim.
Selain fungsi ekologisnya, Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara memiliki peranan penting dalam berbagai aspek, antara lain: Habitat Satwa Langka yang menjadi rumah bagi spesies endemik seperti bekantan dan orangutan, serta lebih dari 69 spesies burung dan 9 spesies mamalia yang dilindungi. Sumber Pangan dan Nutrisi yang berperan dalam mendukung kehidupan biota akuatik. Penyeimbang Ekosistem yang Menghubungkan ekosistem darat, laut, dan air tawar; dan Pemberdayaan Masyarakat yang Memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir, terutama nelayan.
Dalam pengelolaan lingkungan, KPC menerapkan Kebijakan Keselamatan Pertambangan, Lingkungan Hidup, dan Keamanan (KPLK). Kebijakan ini mencakup prosedur dalam setiap tahapan tambang, mulai dari praperencanaan, produksi, pengendalian pencemaran, pemantauan dampak, hingga reklamasi dan rehabilitasi pascatambang.
"Kami menyadari tanggung jawab besar dalam mengelola lingkungan dan sumber daya alam dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan menerapkan praktik terbaik dalam pertambangan, kami terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatif serta memaksimalkan manfaat bagi ekonomi dan sosial," ujar GM Health, Safety, Environment & Security KPC, Kris Pranoto, dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
KPC menegaskan bahwa upaya perlindungan lingkungan akan terus diperkuat seiring dengan aktivitas pertambangan, sehingga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya alam dan kelestarian lingkungan tetap terjaga demi keberlanjutan masa depan.
Posisi strategis tersebut menjadikan wilayah tambang KPC berperan penting dalam mendukung kelestarian lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.
Keanekaragaman hayati menjadi indikator utama dalam keberhasilan reklamasi tambang. Untuk melindungi ekosistem, KPC telah menetapkan kawasan bernilai konservasi tinggi seluas ±2.040,70 hektare yang terdiri dari: Kawasan Konservasi Taman Payau (163,06 hektare), Kawasan Konservasi Arboretum Murung (22,23 hektare), Swarga Bara (1,22 hektare), Kawasan Konservasi Pinang Dome (968,71 hektare), Kawasan Tanjung Bara (502,56 hektare), dan Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara (382,92 hektare).
Salah satu kawasan konservasi utama, Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara, berlokasi di Desa Gembara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Wilayah ini didominasi oleh vegetasi mangrove seperti Rhizophora sp., Sonneratia sp., dan Ceriops tagal. Dengan kadar biomassa mencapai lebih dari 10 ton per hektare dan serapan karbon lebih dari 5 ton C/ha/tahun, kawasan ini berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim.
Selain fungsi ekologisnya, Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara memiliki peranan penting dalam berbagai aspek, antara lain: Habitat Satwa Langka yang menjadi rumah bagi spesies endemik seperti bekantan dan orangutan, serta lebih dari 69 spesies burung dan 9 spesies mamalia yang dilindungi. Sumber Pangan dan Nutrisi yang berperan dalam mendukung kehidupan biota akuatik. Penyeimbang Ekosistem yang Menghubungkan ekosistem darat, laut, dan air tawar; dan Pemberdayaan Masyarakat yang Memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir, terutama nelayan.
Dalam pengelolaan lingkungan, KPC menerapkan Kebijakan Keselamatan Pertambangan, Lingkungan Hidup, dan Keamanan (KPLK). Kebijakan ini mencakup prosedur dalam setiap tahapan tambang, mulai dari praperencanaan, produksi, pengendalian pencemaran, pemantauan dampak, hingga reklamasi dan rehabilitasi pascatambang.
"Kami menyadari tanggung jawab besar dalam mengelola lingkungan dan sumber daya alam dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan menerapkan praktik terbaik dalam pertambangan, kami terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatif serta memaksimalkan manfaat bagi ekonomi dan sosial," ujar GM Health, Safety, Environment & Security KPC, Kris Pranoto, dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
KPC menegaskan bahwa upaya perlindungan lingkungan akan terus diperkuat seiring dengan aktivitas pertambangan, sehingga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya alam dan kelestarian lingkungan tetap terjaga demi keberlanjutan masa depan.
(abd)