Keperkasaan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda, dan Perjanjian Bongaya yang Meruntuhkan Kerajaan Gowa

Senin, 06 September 2021 - 05:05 WIB
loading...
Keperkasaan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda, dan Perjanjian Bongaya yang Meruntuhkan Kerajaan Gowa
Makam Sultan Hasanuddin. Foto: wikipedia
A A A
“Tuhan telah menciptakan bumi dan lautan, telah membagi-bagi daratan di antara umat manusia. Tetapi mengaruniakan laut untuk semuanya. Tak pernah kedengaran larangan buat siapapun untuk mengarungi lautan.”

Inilah filosofi kebudayaan bahari orang Makassar yang disampaikan oleh Sultan Hasanuddin sebagai penolakannya atas permintaan VOC untuk memonopoli perdagangan di Makassar.

Sejak kecil, kepemimpinan Sultan Hasanuddin sudah menonjol. Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, gagah berani, dia juga pandai berdagang. Karena itulah dia memiliki jaringan dagang yang bagus hingga disegani orang asing.

Sultan Hasanuddin, lahir pada 12 Januari 1631, dari pasangan Sultan Malikussaid, Sultan Gowa ke-15, I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad Said dengan I Sabbe To’mo Lakuntu. Jiwa.



Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Ahmad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan yang juga adalah gurunya, termasuk guru tarekat dari Syeikh Yusuf Al-Makassari.

Hasanuddin kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak kecil dia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.

Keperkasaan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda, dan Perjanjian Bongaya yang Meruntuhkan Kerajaan Gowa

Sebelum memerintah Kerajaan Gowa mulai tahun 1653 sampai 1669. Atau saat memasuki usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Meski masih ada putra raja yang lebih layak, namun Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya kerajaannya diteruskan oleh Hasanuddin. Untuk masa pemerintahannya, ada dua versi sejarah yang menjelaskan kapan dia diangkat menjadi raja, yaitu saat berusia 24 tahun atau pada 1655 atau saat dia berusia 22 tahun atau pada 1653.

Kerajaan Makasar yang merupakan gabungan Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653-1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3293 seconds (0.1#10.140)