Kisah Sultan Amangkurat I Bangun Istana Mataram Bersamaan dengan Pemberontakan Pangeran Alit
loading...
A
A
A
Sultan Amangkurat I lantas memerintahkan agar Tumenggung Pasisingan segera dibunuh begitu tiba untuk bekerja.
Benar saja, ketika Tumenggung Pasisingan tersebut tiba keesokan paginya, ia dibunuh dengan ditikam oleh prajurit-prajurit Mataram, yang sudah diberi tahu sebelumnya, atas isyarat Pangeran Purbaya.
Para kaki tangannya segera melarikan diri dan memberitahukan kepada Tumenggung Agrayuda.
Dengan berputus asa, disandangnya tombaknya, dinaikinya kudanya, dan diperintahkannya anak buahnya mengikutinya. Tetapi mereka melarikan diri semua, dan terpaksalah Tumenggung Agrayuda maju seorang diri.
Di Panguragan ia dihadang para prajurit Mataram dan berhasil dibunuh.
Kepalanya dipenggal, menurut Serat Kandha, para keluarga dan anak buahnya tidak meninggalkannya, tetapi ia maju jauh di depan mendahului mereka, ia mengamuk, terkepung, terbunuh, dan dipenggal kepalanya.
Pangeran Purbaya lalu memberitakan kepada Sunan-di bangsal witana, bahwa Pasisingan dan Agrayuda sudah dibunuh, dan kepala mereka dipenggal.
Ketika Raja mendengar berita itu dan tentara sudah hadir selengkapnya, maka seorang pesuruh wanita bernama Tajem, diperintahkan memanggil adiknya. Pangeran Alit seharusnya mengawasi pekerjaan pembangunan keraton baru.
Ketika Pangeran Alit datang dan berhadapan dengan Sultan Amangkurat I. Ketika berhadapan itulah Amangkurat I melemparkan kepala teman-temannya yang dipenggal kepalanya ke saudara tirinya itu.
Sultan Amangkurat I pun berkata, "Beginilah tampang orang-orangmu yang ingin mengangkatmu sebagai raja".
Benar saja, ketika Tumenggung Pasisingan tersebut tiba keesokan paginya, ia dibunuh dengan ditikam oleh prajurit-prajurit Mataram, yang sudah diberi tahu sebelumnya, atas isyarat Pangeran Purbaya.
Para kaki tangannya segera melarikan diri dan memberitahukan kepada Tumenggung Agrayuda.
Dengan berputus asa, disandangnya tombaknya, dinaikinya kudanya, dan diperintahkannya anak buahnya mengikutinya. Tetapi mereka melarikan diri semua, dan terpaksalah Tumenggung Agrayuda maju seorang diri.
Di Panguragan ia dihadang para prajurit Mataram dan berhasil dibunuh.
Kepalanya dipenggal, menurut Serat Kandha, para keluarga dan anak buahnya tidak meninggalkannya, tetapi ia maju jauh di depan mendahului mereka, ia mengamuk, terkepung, terbunuh, dan dipenggal kepalanya.
Pangeran Purbaya lalu memberitakan kepada Sunan-di bangsal witana, bahwa Pasisingan dan Agrayuda sudah dibunuh, dan kepala mereka dipenggal.
Ketika Raja mendengar berita itu dan tentara sudah hadir selengkapnya, maka seorang pesuruh wanita bernama Tajem, diperintahkan memanggil adiknya. Pangeran Alit seharusnya mengawasi pekerjaan pembangunan keraton baru.
Ketika Pangeran Alit datang dan berhadapan dengan Sultan Amangkurat I. Ketika berhadapan itulah Amangkurat I melemparkan kepala teman-temannya yang dipenggal kepalanya ke saudara tirinya itu.
Sultan Amangkurat I pun berkata, "Beginilah tampang orang-orangmu yang ingin mengangkatmu sebagai raja".