Meski Pandemi COVID-19, Gejala dan Derita Stroke Harus Segera Ditangani RS

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 16:15 WIB
loading...
Meski Pandemi COVID-19,...
Penyakit stroke tidak saja menimbulkan cacat pada tubuh bahkan mengancam keselamatan jiwa. (Foto/Ilustrasi)
A A A
BEKASI - Mengetahui adanya gejala stroke pada tubuh namun tidak melakukan tindakan pencegahan karena adanya Pandemi COVID-19 bukanlah keputusan yang tepat.

Sebab, penyakit stroke tidak saja menimbulkan cacat pada tubuh bahkan mengancam keselamatan jiwa.

Saat ini rumah sakit telah menetapkan protokol kesehatan yang ketat yang diberlakukan tidak saja kepada pengunjung maupun pasien, namun secara menyeluruh termasuk kepada petugas kesehatan.

Karenanya mencegah atau tindakan pengobatan stroke sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

Dokter Spesialis Neurologi/Saraf RS Siloam Sentosa Bekasi dr Angelina Juwita Wibowo SpN mengatakan stroke banyak yang menyebabkan kecacatan dan kematian. (BACA JUGA: Ketimbang Flu, Stroke Lebih Mungkin Terjadi karena Covid-19)

Bahkan, WHO mencatat sejak 2005 dalam setiap menitnya setidaknya ada 10 orang yang meninggal akibat stroke. Banyak yang menganggap stroke itu kelemahan anggota gerak, tapi secara spesifik stroke adalah penyakit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi mendadak.

Dengan menunjukkan gejala sesuai dengan lokasi otak yang terkena Stroke menduduki tempat ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker.

“Orang awam hanya mengenal stroke ringan dan berat. Padahal, stroke itu dibagi atas stroke perdarahan dan sumbatan,” ungkap dr Angel di sela Health Talk Siloam Hospitals Sentosa dengan tema Stroke, Jangan di Rumah Aja, pada Kamis (27/8).

Menurut dr Angel, gejala klinis yang sering terjadi pada saat terjadinya stroke adalah merasa pusing berlebihan diikuti pandangan dobel tidak sadar, bicara menjadi pelo dan tidak jelas, kesulitan menelan, kesemutan, kelemahan.

Apabila seseorang mengalami stroke membutuhkan penanganan yang secepat mungkin agar tidak menimbulkan kecacatan atau bahkan mengancam jiwa penderitanya. Angelina menyarankan segera dibawa ke rumah sakit

"Saat ini rumah sakit telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sehingga tidak perlu takut untuk ke rumah sakit. Diam di rumah dengan gejala stroke bukan keputusan yang tepat," imbuh Angelina. (BACA JUGA: Ini 3 Efek Virus Corona pada Otak: Alami Kebingungan, Kejang dan Stroke)

Salah satu cara mendeteksi dini gejala stroke adalah dengan metode FAST, yaitu F = face drooping (wajah tampak terkulai) ketika menemukan sebelah sisi wajah yang tampak tidak normal, tidak simetris, atau dikeluhkan terasa baal sesisi wajah, maka kecurigaan stroke meningkat.

Untuk A, lanjut dia, adalah arm weakness atau kelemahan lengan.Hal ini terjadi bila sebelah tangan tampak tertinggal atau tidak mampu mencapai level yang sama dengan tangan satunya, kemungkinan telah terjadi stroke.

Selanjutnya adalah S atau speech difficulty (kesulitan berbicara). Gangguan bicara yang terjadi mendadak adalah salah satu gejala paling khas dari stroke. Bila suspek penderita tiba-tiba tidak mampu berbicara dengan lancar dan terbata-bata, atau bahkan berbicara pelo. Sedangkan terakhir adalah T = time atau saatnya memanggil bantuan.

“Dengan segera menghubungi puskesmas atau RS. Siloam Sentosa Bekasi. Jangan di rumah saja. Hal itu untuk segera ditemukan masalah yang terjadinya stroke, dengan melakukan CT Scan, MRI, pemeriksaan laboratorium. Demi menghindari adanya kecacatan atau bahkan kematian akibat stroke,” tutupnya.
(vit)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1516 seconds (0.1#10.140)