Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak

Kamis, 10 Oktober 2024 - 06:07 WIB
loading...
Aksi Senyap Jenderal...
Letjen TNI (Purn) Sutiyoso (kiri) saat masih berdinas di Kopassus. Foto/Ist
A A A
LETJEN TNI (Purn) Sutiyoso, sosok yang tak asing lagi dalam dunia militer Indonesia, telah melewati berbagai palagan tempur yang penuh risiko. Lulusan Akademi Militer tahun 1968 ini dikenal sebagai seorang prajurit komando yang tak gentar menghadapi bahaya.

Karier militernya dihiasi berbagai operasi militer mulai dari operasi di Kalimantan, Timor Timur, hingga menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Namun, salah satu operasi yang paling berbahaya dan mendebarkan yang pernah ia jalani adalah ketika ia harus menyusup dan menangkap seorang petinggi GAM, Tengku Muhammad Usman Lampoh Awe, seorang tokoh penting yang berperan sebagai Menteri Keuangan GAM.



Operasi ini bukanlah operasi militer biasa. Ini adalah misi intelijen yang menuntut keberanian, kesabaran, dan kecerdikan dalam penyusunan strategi. Dikutip dari buku bigorafinya berjudul, “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando”.

Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak


Awalnya nama Sutiyoso tidak masuk dalam daftar pasukan yang diberangkatkan ke Aceh. Pada suatu malam, Sutiyoso yang masih berpangkat Mayor mendadak mendapat perintah untuk menggantikan Mayor Yani Mulyadi dalam sebuah operasi ke Aceh.

Tugasnya adalah menangkap pucuk pimpinan GAM Hasan Tiro serta beberapa tokoh penting lainnya, termasuk Usman. Tanpa banyak persiapan, ia langsung diperintahkan untuk berangkat pada pukul 05.00 WIB keesokan harinya.

Meski sempat terkejut, sebagai prajurit Kopassus yang sudah kenyang pengalaman operasi berbahaya, Sutiyoso menerima tugas itu dengan sigap. Bersama timnya, ia memulai Operasi Sandi Yudha dengan sandi “Nanggala 27,” yang dilaksanakan di wilayah Aceh.

Operasi ini berlangsung selama berbulan-bulan, penuh ketegangan, dan diliputi ketidakpastian. Selama tiga bulan pertama, Sutiyoso dan pasukannya menyisir hutan-hutan Aceh yang lebat dan luas penuh bahaya.



Mereka menyusuri setiap jengkal wilayah yang diperkirakan menjadi tempat persembunyian Hasan Tiro dan tokoh-tokoh GAM lainnya, dari Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Timur, hingga wilayah Pidie.

Namun, selama periode itu, mereka tidak berhasil menemukan keberadaan Hasan Tiro. Pencarian ini membuat Sutiyoso sempat frustasi. Ia merasa begitu sulit untuk menemukan jejak musuh yang beroperasi dalam bayang-bayang dan sangat lihai dalam menyembunyikan diri.

Namun, kegigihannya tak pernah surut. Sutiyoso terus menelusuri informasi hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah petunjuk penting. Petunjuk pertama datang dari sebuah informasi bahwa juru masak Hasan Tiro kerap mengambil beras di sebuah rumah yang terletak dekat hutan.

Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak


Merasa ini adalah peluang yang tidak boleh dilewatkan, Sutiyoso bersama pasukannya segera melakukan pengepungan di sekitar rumah tersebut, menunggu juru masak itu muncul.

Saat juru masak itu datang dan hendak mengambil beras ia tiba-tiba merasa curiga. Melihat situasi ini, Sutiyoso segera memerintahkan sniper untuk melumpuhkannya. Juru masak itu berhasil ditangkap hidup-hidup dan diinterogasi.



Dari mulut juru masak tersebut, Sutiyoso mendapatkan informasi penting tentang pergerakan Hasan Tiro dan kelompoknya.

Namun, meskipun pengejaran dilanjutkan, Hasan Tiro selalu berhasil meloloskan diri, seperti bayangan yang sulit ditangkap. Sutiyoso terus mengikuti jejaknya, hingga akhirnya ia mendengar kabar bahwa Hasan Tiro mengutus Menteri Keuangan GAM ke Lhokseumawe.

Informasi mengenai Usman menjadi titik krusial bagi Sutiyoso. Usman, yang juga dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Hasan Tiro, dikabarkan akan bertemu dengan seorang pengusaha di Lhokseumawe.

Sutiyoso pun dengan cerdik merancang sebuah rencana penyamaran. Ia bertekad menangkap Usman dengan cara yang tidak biasa dengan menyamar sebagai sopir pribadi pengusaha tersebut.

Sutiyoso mengatur pertemuan bisnis menyamar sebagai seorang pebisnis dengan pengusaha.



Dalam pertemuan ini, Sutiyoso berhasil meyakinkan pengusaha itu untuk menggelar pertemuan lanjutan di kediaman pengusaha di mess LNG, tempat yang lebih tenang dan aman. Pada hari yang ditetapkan, pengusaha itu bersama sekretarisnya datang menemui Sutiyoso.

Namun, di tengah pertemuan itu, Sutiyoso mengeluarkan pistol dan langsung menodongkannya ke arah pengusaha tersebut. Dalam situasi penuh tekanan, pengusaha itu akhirnya membocorkan bahwa Usman berada di Medan, di rumah kakaknya.

Bahkan, dia sedang merencanakan perjalanan penting ke Badan Keamanan PBB di New York. Mengetahui hal ini, Sutiyoso langsung memutuskan untuk bertindak cepat. Dengan pengusaha dan sekretarisnya sebagai umpan, mereka menyewa pesawat dan bergegas menuju Medan.

Sesampainya di Medan, Sutiyoso menyusun strategi baru. Ia membutuhkan kendaraan dan orang yang bisa diandalkan. Dengan cepat, Sutiyoso mendapatkan dua mobil; sebuah Toyota Hardtop dari kenalannya di Lhokseumawe, dan sebuah mobil sedan dari kontak di Medan.

Ia kemudian memberi instruksi kepada pengusaha agar menjadikannya sebagai sopir pribadi yang baru, berasal dari Makassar, yang belum menguasai bahasa Aceh. Sutiyoso ingin memastikan bahwa tidak ada kecurigaan dari Usman saat nanti mereka bertemu.

Dengan dua mobil yang sudah siap, tim kecil yang terdiri dari Sutiyoso, pengusaha, sekretaris, dan tiga anggota pasukan intel bergerak menuju rumah kakak Usman. Saat tiba, Sutiyoso dan timnya menunggu di luar rumah.

Detik demi detik berlalu, ketegangan kian meningkat. Hingga akhirnya, Usman keluar bersama pengusaha dan sekretarisnya. Usman sempat ragu ketika melihat Sutiyoso, yang berpura-pura menjadi sopir.

Namun, pengusaha tersebut, sesuai arahan Sutiyoso, dengan cepat menjelaskan bahwa Sutiyoso adalah sopir barunya. Usman pun masuk ke dalam mobil tanpa kecurigaan. Setelah mobil mulai berjalan, Sutiyoso memberi kode rahasia dengan mengedipkan lampu mobil dua kali.

Itu adalah sinyal bagi Kapten Lintang dan pasukan yang mengikuti mereka dari belakang. Pasukan intelijen segera memepet mobil dan menghentikan laju kendaraan. Dalam waktu singkat, mereka masuk ke dalam mobil dan langsung memborgol Usman.

Saat itu, Usman masih belum menyadari bahwa dirinya telah ditangkap oleh militer Indonesia. Ia bahkan mengira dirinya sedang dirampok. Namun, kenyataannya, ia telah jatuh ke dalam jebakan yang dirancang rapi oleh Sutiyoso.

Usman kemudian dibawa ke Guest House Hotel Iskandar Muda untuk diinterogasi. Dari Usman, Sutiyoso berhasil mendapatkan berbagai informasi berharga mengenai petinggi GAM lainnya, termasuk informasi tentang Hasan Tiro.

Berkat informasi dari Usman, Sutiyoso berhasil melakukan penyergapan besar-besaran terhadap para petinggi GAM lainnya di Pidie. Para menteri GAM, gubernur wilayah Pidie, dan staf-staf penting lainnya berhasil ditangkap.

Sebagian dari mereka menyerahkan diri, sedangkan yang lainnya ditangkap dalam operasi pengepungan yang disusun dengan sangat hati-hati. Namun, meskipun operasi ini sukses besar, Hasan Tiro, sang pemimpin utama GAM, berhasil melarikan diri ke Malaysia.

Ia meloloskan diri melalui jalur pantai utara yang tidak dijaga ketat oleh aparat keamanan. Hasan Tiro dianggap sebagai wali oleh sebagian besar masyarakat Aceh, sehingga keberadaannya selalu dijaga dengan baik oleh penduduk setempat.

Selama 10 bulan operasi di Aceh, Sutiyoso dan pasukannya hampir tidak pernah melepaskan tembakan, kecuali satu peluru yang digunakan untuk melumpuhkan juru masak Hasan Tiro. Hal itu menunjukkan betapa briliannya Sutiyoso dalam menjalankan operasi intelijen.

Operasi yang berhasil ini mendapatkan apresiasi tinggi dari Pangdam Iskandar Muda, Brigjen TNI RA Saleh, dan mengukuhkan reputasi Sutiyoso sebagai “Jenderal Lapangan” yang sangat berani dan cerdas.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1874 seconds (0.1#10.140)