Mengintip Bawomataluo, Desa Tradisional Nias Asal Lompat Batu yang Mendunia

Rabu, 02 Oktober 2024 - 12:58 WIB
loading...
A A A
Di dalam rumah ini banyak ornamen hasil ukiran, mulai gambar kapal yang menurut sejarah gambar itu dibuat untuk menandakan bahwa VOC telah datang ke sana, ada juga gambar cicak dan sebagainya.

Selain itu, di sana juga ada topi sang raja yang disimpan dalam sebuah boks kaca.

Menurut sejarah, pada masa lalu saat dalam menyelesaikan sebuah masalah di wilayah setempat jika topi dibawa ke lokasi pembicaraan hal itu sudah menjadi simbol raja telah hadir.

"Saya ahli waris generasi kelima, keturunan raja. Rumah ini mulai didirikan pada tahun 1865, dalam setiap tahapannya disembelih babi. Dan rahangnya inilah yang dipajang," ucap Martinus Waarota Fau, keturunan kelima sang raja kepada iNews Media Group, Senin (2/10/2024).

2. Lompat Batu

Mengintip Bawomataluo, Desa Tradisional Nias Asal Lompat Batu yang Mendunia


Lompat batu tradisi Nias yang terkenal dan mendunia ini mempunyai sejarah tersendiri.Pada zaman dahulu, di Nias sering terjadi peperangan antar desa dan setiap desa mempunyai benteng masing-masing dengan pagar yang terbuat dari bambu runcing.

Sehingga, tokoh adat di sana membuat lompat batu sebagai latihan melompat. Bagi mereka yang bisa melompati batu tersebut maka dia dijadikan seorang prajurit yang siap bertempur melawan desa lain.

"Dulu sering ada peperangan, setiap desa dipagari dengan bambu runcing. Untuk bisa melewati pagar musuh, maka dibuatlah lompat batu sebagai latihan," ujar Martinus.

3. Ukiran seni dengan pahat

Mengintip Bawomataluo, Desa Tradisional Nias Asal Lompat Batu yang Mendunia


Sebagian mata pencaharian warga Desa Bawomataluo mengandalkan keahlian seni ukir. Ukiran kayu yang dibuat berbagai bentuk, mulai dari patung prajurit perang lengkap dengan tombak dan perisai, asbak dengan bentuk kura-kura, lompat batu sebagai gantungan kunci, dan lain-lain.

Salah seorang pengrajin ukir setempat, Taguikhou Wau mengatakan untuk membuat kerajinan tangan tersebut sangat memerlukan keahlian. Wajar saja jika nilai jualnya tidak murah.

"Tidak menentu, kadang-kadang dalam 1 minggu dapat empat juta. Dan kadang juga tidak dapat sama sekali, tergantung rezeki jika pengunjung mau membeli," katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)