Hendi Dorong Urban Farming Tanaman Pangan di Kota Semarang
loading...
A
A
A
SEMARANG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi atau akrab disapa Hendi mendorong urban farming tanaman pangan di ibu kota Jawa Tengah ini. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan ditengah tekanan pandemi COVID-19.
"Saya terus fokus mengupayakan ketersediaan pangan bagi warga di tengah pandemi COVID-19. Untuk itu, kegiatan produksi dan distribusi bahan pangan harus tetap berjalan," kata Hendi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (24/8/2020).(Baca juga : Beredar Hoaks Pungutan Rp87 M, Undip Tempuh Jalur Hukum )
Menurut Hendi, untuk menjaga ketahanan pangan, tidak cukup jika hanya menitikberatkan pada masyarakat atau pemerintah. Perlu ada sinergi dan usaha mulai dari tingkat individu, rumah tangga, masyarakat, sektor privat (perusahaan), dan pemerintahan sebagai pemangku kebijakan sesuai konsep bergerak bersama yang selalu kita pakai dalam pembangunan kota Semarang selama ini.
Salah satunya upaya tersebut adalah dengan menggalakkan urban farming tanaman yang dapat dikonsumsi langsung. Hal tersebut yang mungkin dapat diakses dengan mudah oleh kalangan masyarakat. “Dan kita diuntungkan, karena bangsa kita sudah akrab dengan budaya bertani,” ujar.
Lebih lanjut Hendi mengatakan, melalui urban farming masyarakat diharapkan mampu menghasilkan ketersediaan pangan bagi keluarganya yang secara tidak langsung dapat mendukung ketahanan pangan dan pada akhirnya mampu mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Jika dalam tataran masyarakat mungkin bisa dengan memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan tidur ini untuk menjaga ketahanan pangan imbas pandemi COVID-19.
"Diharapkan agar setiap keluarga dapat memanfaatkan setiap jengkal lahan pekarangannya untuk bercocok tanam atau beternak. Terlebih, saat wabah COVID-19 seperti sekarang ini, pasokan dari sentra produksi menjadi sedikit terhambat,” pungkas Hendi.
Jauh hari sebelum terjadi pandemi COVID-19, konsep urban farming atau pertanian perkotaan telah dikampanyekan oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian dengan hashtag #ayonandur dan #bertaniitukeren dengan harapan urban farming berkembang di setiap keluarga.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur sejak dirinya bersama jajaran Dinas Pertanian menggelorakan urban farming, animo masyarakat untuk melaksanakan pertanian perkotaan menjadi semakin meningkat.
"Apalagi didukung sepenuhnya oleh bapak walikota dan ibu wakil wali kota, dibarengi dengan kondisi pandemi COVID-19, maka keinginan masyarakat untuk menanam di pekarangannya masing-masing menjadi sangat besar. Hal ini dibuktikan dari molonjaknya permintaan masyarakat akan kebutuhan bibit tanaman".(Baca juga : Dipandu Google Map, Pemotor Malah Nyasar ke Jalan Tol Bawen Semarang )
Di Kota Semarang sendiri sampai saat ini sudah ada 110 kelompok tani urban farming yang tersebar di 16 kecamatan. Dinas Pertanian Kota Semarang juga telah mengupayakan pengganti tanaman pangan selain ubi dan jagung di antaranya sukun. “Untuk ubi sudah banyak juga diolah menjadi tepung cassava. Untuk tepung sukun sedang kita coba,” tandasnya.
"Saya terus fokus mengupayakan ketersediaan pangan bagi warga di tengah pandemi COVID-19. Untuk itu, kegiatan produksi dan distribusi bahan pangan harus tetap berjalan," kata Hendi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (24/8/2020).(Baca juga : Beredar Hoaks Pungutan Rp87 M, Undip Tempuh Jalur Hukum )
Menurut Hendi, untuk menjaga ketahanan pangan, tidak cukup jika hanya menitikberatkan pada masyarakat atau pemerintah. Perlu ada sinergi dan usaha mulai dari tingkat individu, rumah tangga, masyarakat, sektor privat (perusahaan), dan pemerintahan sebagai pemangku kebijakan sesuai konsep bergerak bersama yang selalu kita pakai dalam pembangunan kota Semarang selama ini.
Salah satunya upaya tersebut adalah dengan menggalakkan urban farming tanaman yang dapat dikonsumsi langsung. Hal tersebut yang mungkin dapat diakses dengan mudah oleh kalangan masyarakat. “Dan kita diuntungkan, karena bangsa kita sudah akrab dengan budaya bertani,” ujar.
Lebih lanjut Hendi mengatakan, melalui urban farming masyarakat diharapkan mampu menghasilkan ketersediaan pangan bagi keluarganya yang secara tidak langsung dapat mendukung ketahanan pangan dan pada akhirnya mampu mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Jika dalam tataran masyarakat mungkin bisa dengan memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan tidur ini untuk menjaga ketahanan pangan imbas pandemi COVID-19.
"Diharapkan agar setiap keluarga dapat memanfaatkan setiap jengkal lahan pekarangannya untuk bercocok tanam atau beternak. Terlebih, saat wabah COVID-19 seperti sekarang ini, pasokan dari sentra produksi menjadi sedikit terhambat,” pungkas Hendi.
Jauh hari sebelum terjadi pandemi COVID-19, konsep urban farming atau pertanian perkotaan telah dikampanyekan oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian dengan hashtag #ayonandur dan #bertaniitukeren dengan harapan urban farming berkembang di setiap keluarga.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur sejak dirinya bersama jajaran Dinas Pertanian menggelorakan urban farming, animo masyarakat untuk melaksanakan pertanian perkotaan menjadi semakin meningkat.
"Apalagi didukung sepenuhnya oleh bapak walikota dan ibu wakil wali kota, dibarengi dengan kondisi pandemi COVID-19, maka keinginan masyarakat untuk menanam di pekarangannya masing-masing menjadi sangat besar. Hal ini dibuktikan dari molonjaknya permintaan masyarakat akan kebutuhan bibit tanaman".(Baca juga : Dipandu Google Map, Pemotor Malah Nyasar ke Jalan Tol Bawen Semarang )
Di Kota Semarang sendiri sampai saat ini sudah ada 110 kelompok tani urban farming yang tersebar di 16 kecamatan. Dinas Pertanian Kota Semarang juga telah mengupayakan pengganti tanaman pangan selain ubi dan jagung di antaranya sukun. “Untuk ubi sudah banyak juga diolah menjadi tepung cassava. Untuk tepung sukun sedang kita coba,” tandasnya.
(nun)