Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Everest, Danjen Kopassus Ini Pegang Teguh Pesan Prabowo

Minggu, 14 Juli 2024 - 16:08 WIB
loading...
A A A
Iwan selanjutnya terpilih memimpin tim terkuat dari selatan Nepal bersama Pratu Asmujiono dan Sertu Misirin. Satu tim lagi dipimpin Letnan Sudarto dari Tibet. Perjuangan Iwan bersama timnya kembali diuji, di camp 4 timnya kehabisan logistik. Kondisi ini membuat Iwan tidak bisa mengonsumsi makanan sementara puncak gunung masih belum dicapai.

“Tiga hari itu saya tidak makan, hanya makan muntah saja. Tidak ada makanan kan sudah habis,” papar pria kelahiran Bandung Jawa Barat, 16 Februari 1968.

Meski begitu, Lettu Iwan Setiawan bersama Pratu Asmujiono dan Sertu Misirin telah bertekad menancapkan Merah Putih di Puncak Everest meski nyawa sebagai taruhannya. “Dari Camp 4 sampai puncak sampai jam 15.20 padahal aturannya jam 2 kalau tidak sampai, pasti pulangnya mati. Saya bertiga Asmujiono dan Misirin sudah berikrar lebih baik pulang nama dari pada gagal dalam tugas. Akhirnya 15.10 sampai di puncak, 10 menit foto-foto kita turun,” kenangnya.

Karena terlambat mencapai puncak, Iwan mengaku kemalaman di ketinggian 8.500 meter tanpa oksigen, sleeping bag, dan matras. Kondisi ini semakin diperparah dengan terputusnya hubungan dengan Kolat. Namun, keajiban dan peristiwa aneh dialami oleh ketiga pendaki dari Kopassus tersebut.

”Kita kemalaman di ketinggian 8.500, belum pernah ada orang hidup diketinggian 8.500 dengan cuaca minus 50 derajat celcius tanpa oksigen, tanpa sleeping bag, tanpa matras. Orang yang di base camp mengiranya kita sudah mati semua,” tuturnya.

Iwan mengisahkan, keesokan hari mereka seperti ada yang membangunkan, cuaca, dan semuanya putih. “Kita turun ke bawah semuanya kaget ternyata kita masih hidup,” ucapnya.

Mantan Danpusdikpassus ini mengingat pesan Danjen Kopassus Prabowo Subianto ketika akan mendaki untuk meluruskan niat jangan sekali-kali tebersit untuk menaklukan Mount Everest.

“Kenapa bisa selamat, bukan karena kita kuat, tapi Tuhan memberi kesempatan untuk kita menziarahi puncak tertinggi di dunia. Dari 24 negara hanya kita yang sampai duluan di 1997,” tutupnya.
(wib)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1919 seconds (0.1#10.140)