Nestapa Warga Monggot Grobogan Puluhan Tahun Tak Punya WC, Terpaksa Buang Air Besar di Hutan
loading...
A
A
A
GROBOGAN - Selama puluhan tahun warga Desa Monggot, Geyer, Grobogan, Jawa Tengah hidup dalam kondisi yang kurang sehat dan nyaman. Mereka terpaksa buang air besar (BAB) sembarangan di dalam hutan, sungai maupun jamban darurat.
Ratusan kepala keluarga di Desa Monggot yang berada di kawasan sekitar Hutan Gundih hingga saat ini belum memiliki jamban atau WC yang layak dan syarat dengan kesehatan.
Selama ini mereka selalu beraktivitas buang air besar (BAB) di dalam hutan atau sungai terdekat dengan rumah.
Saat musim kemarau berkepanjangan kondisi sungai akan mengering. Sehingga warga terpaksa membuat jamban darurat dengan membuat lubang sedalam satu hingga dua meter di belakang rumah yang masih menjadi satu dengan hutan untuk BAB.
Begitu juga ketika hujan deras turun, warga tidak bisa pergi ke tengah hutan ataupun sungai sehingga mereka juga memanfaatkan jamban darurat tersebut.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat selama puluhan tahun ini membuat warga menjadi tidak nyaman dan sering mengalami gangguan polusi udara dan sakit pada pernapasan.
Salah seorang warga, Riswadiyono yang sudah tinggal selama bertahun-tahun bersama keluarga di desa kawasan hutan ini mengaku selalu melalui situasi seperti ini dengan ikhlas dan sabar.
Ratusan kepala keluarga di Desa Monggot yang berada di kawasan sekitar Hutan Gundih hingga saat ini belum memiliki jamban atau WC yang layak dan syarat dengan kesehatan.
Selama ini mereka selalu beraktivitas buang air besar (BAB) di dalam hutan atau sungai terdekat dengan rumah.
Saat musim kemarau berkepanjangan kondisi sungai akan mengering. Sehingga warga terpaksa membuat jamban darurat dengan membuat lubang sedalam satu hingga dua meter di belakang rumah yang masih menjadi satu dengan hutan untuk BAB.
Begitu juga ketika hujan deras turun, warga tidak bisa pergi ke tengah hutan ataupun sungai sehingga mereka juga memanfaatkan jamban darurat tersebut.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat selama puluhan tahun ini membuat warga menjadi tidak nyaman dan sering mengalami gangguan polusi udara dan sakit pada pernapasan.
Salah seorang warga, Riswadiyono yang sudah tinggal selama bertahun-tahun bersama keluarga di desa kawasan hutan ini mengaku selalu melalui situasi seperti ini dengan ikhlas dan sabar.