Kisah Sultan Agung Murka Tebar Wabah Ciliwung Tewaskan Gubernur Batavia
loading...
A
A
A
Sultan Agung penguasa Kesultanan Mataram berusaha memperluas kekuasaannya. Ekspansi wilayah pun dicanangkan usai berhasil menaklukkan Surabaya dan beberapa wilayah di timur Pulau Jawa. Konon setelah Surabaya, target sasaran berikutnya adalah Banten.
Tetapi saat itu menaklukkan Banten tidaklah mudah. Sebab sudah masuk kekuasaan VOC Belanda. Alhasil bila ingin menguasai wilayah Banten, Sultan Agung harus menyingkirkan VOC yang dianggap sebagai batu perintang.
Awalnya Sultan Agung menawarkan perdamaian dengan VOC, asalkan ia mengakui Kerajaan Mataram Islam. Syarat-syarat tertentu juga ditawarkan pada 1628. Tapi jelaslah tawaran itu akhirnya ditolak VOC, maka Sultan Agung pun menyatakan perang melawan VOC.
”Perang digaungkan, Sultan Agung mengirim pasukan Mataram I dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, pada 27 Agustus 1628” demikian dikutip dari "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita”, karya Sri Wintala Achmad.
Pasukan Mataram lain dipimpin oleh Pangeran Mandurareja pada Oktober 1628, dengan sebutan Pasukan Mataram II. Total ada10.000orang pasukan disiapkan Mataram. Perang besar antara Mataram melawan VOC di Holandia pun terjadi.
Kurangnya perbekalan membuat pasukan Mataram mengalami kehancuran. Alhasil Sultan Agung pun dibuat marah dan mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja.
Mengingat kedua pemimpin pasukan Mataram itu gagal menjalankan tugasnya. Pada peristiwa itu sendiri VOC menemukan 744 mayat pasukan Mataram yang sebagian besar tewas tanpa kepala. Alhasil Mataram gagal di serangan pertama.
Namun kegagalan serangan pertama tak membuat Sultan Agung kapok. Sultan Agung melancarkan serangan keduanya. Sultan Agung mengirim pasukan Mataram I di bawah komando Adipati Ukur pada Mei 1629 Masehi.
Tetapi saat itu menaklukkan Banten tidaklah mudah. Sebab sudah masuk kekuasaan VOC Belanda. Alhasil bila ingin menguasai wilayah Banten, Sultan Agung harus menyingkirkan VOC yang dianggap sebagai batu perintang.
Awalnya Sultan Agung menawarkan perdamaian dengan VOC, asalkan ia mengakui Kerajaan Mataram Islam. Syarat-syarat tertentu juga ditawarkan pada 1628. Tapi jelaslah tawaran itu akhirnya ditolak VOC, maka Sultan Agung pun menyatakan perang melawan VOC.
”Perang digaungkan, Sultan Agung mengirim pasukan Mataram I dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, pada 27 Agustus 1628” demikian dikutip dari "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita”, karya Sri Wintala Achmad.
Pasukan Mataram lain dipimpin oleh Pangeran Mandurareja pada Oktober 1628, dengan sebutan Pasukan Mataram II. Total ada10.000orang pasukan disiapkan Mataram. Perang besar antara Mataram melawan VOC di Holandia pun terjadi.
Kurangnya perbekalan membuat pasukan Mataram mengalami kehancuran. Alhasil Sultan Agung pun dibuat marah dan mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja.
Mengingat kedua pemimpin pasukan Mataram itu gagal menjalankan tugasnya. Pada peristiwa itu sendiri VOC menemukan 744 mayat pasukan Mataram yang sebagian besar tewas tanpa kepala. Alhasil Mataram gagal di serangan pertama.
Namun kegagalan serangan pertama tak membuat Sultan Agung kapok. Sultan Agung melancarkan serangan keduanya. Sultan Agung mengirim pasukan Mataram I di bawah komando Adipati Ukur pada Mei 1629 Masehi.